32. Tentang dia (9)

7.6K 643 3
                                    

Seorang Arya bisa melakukan banyak hal, serumit apapun itu dia pasti akan berjuang mencari jalan keluar agar dapat memenuhi sesuatu yang ingin dia capai. Sebenarnya apa sih makna sebuah pernikahan menurut konteks Arya. Dia seperti menggampangkan seperti sedang melakukan tawar menawar barang.

Dwina perlu bersabar, sabar terhadap sikap terburu Arya untuk dapat menikahinya. Dalam pandangan Dwina pernikahan adalah sesuatu hal besar, menjalin komitmen bahkan dia harus berani mengambil konsekuensi jika suatu saat nanti ada pertengkaran di pernikahan mereka. Manusia itu dasarnya mempunyai sifat egois, ingin menang sendiri serta tak takut dan marah bila dirinya di sakiti. Dan, Arya tampak mempedulikan itu.

"Bagaimana jika orang tua kita berdua setuju kita nikah?" Dwina mengulang pertanyaan Arya, nada suaranya terdengar kecut. "Ya berarti kita beruntung dari awal udah di kasih restu orang tua."

Seketika Arya sadar dia telah membuat kesalahan. Sosok Dwina kembali sibuk menyiapkan teh, mengambil air panas dari despenser lalu menyeduhkan daun teh di sebuah teko cantik. Kemudian dia mengambil beberapa gelas serta sebuah baki untuk disajikan ke para tamu.

"Kalau pendapat aku sendiri, ya begitu. Bukannya restu orang tua tu paling utama." Lancarnya pernikahan memang turunnya keridhoan orang tua. Dwina sangat mempelajari itu dari mama. "Tapi tetap aku harus lebih banyak mengenal kakak, karena aku bener-bener serius dalam hubungan ini. Menikah bukan hanya memikirkan aku dan kakak. Siapa diri kakak? Bagaimana pekerjaan kakak? Bagaimana suatu rumah tangga bisa berjalan baik meski kita berdua banyak kekurangan? Teori memang mudah di pelajari hanya cukup mendengar dari pengalaman orang lain. Tapi kita nggak bisa menduga masa depan. Semua orang dapat berubah drastis, bahkan sehari setelah pernikahan."

Sebuah jawaban, bukankah Arya ingin itu darinya. Sungguh ini keluar dari hati naruni Dwina sebab dia melakukan itu karena sayang. Tidak mungkin dia rela menjerumuskan orang lain ke dalam kesakitan, rasa depresi setelah sebuah ujian dalam pernikahan itu datang.

"Aku ngomong begini bukan bermaksud ngajarin atau semacamnya ke kakak. Semua itu adalah hal yang aku pikiran selama ini." Dwina lalu mengatakan permisi pada Arya sembari membawa baki dan teh yang telah dia siapkan.

Arya memperhatikan Dwina berjalan melewatinya. Kekukuhan perempuan itu bisa sanggup membuat para laki-laki melangkah mundur bila tidak mempunyai tekat kuat. Walaupun di sudut lain sifat baik dia memberi harapan besar.

...….

Seminggu berlalu. Terik matahari jam dua siang sangat menyengat meski Dwina telah menggunakan sunblok lotion. Dia berjalan cepat memasuki toko kue lalu sontak mendesah lega, ruangan ber-AC menjadi penolongnya.

Dwina menghampiri rak berisi makanan ringan. Sempat dia bingung ingin membawa apa untuk berkunjung menjenguk teh Bika dan ketika dia melintasi toko kue saat pulang kuliah, Dwina memutuskan membeli bolu pisang. Kenapa Arya mendadak sekali ingin mengajak ia pergi ke rumah teh Bika, berhubung kakaknya itu baru pulang dari rumah sakit? Sebenarnya Dwina bisa menolak dengan mudah namun mulutnya seolah sulit mengatakan 'tidak'. Dwina langsung mengigit keras lidahnya ketika menjawab panggilan telpon Arya tadi.

"Satu loyang kue bole pisang, sama satu ice Thai Tea less sugar yang ada ektra whipped cream." Seorang kasir segera menyiapkan bon pembayaran dan pesanan Dwina.

Dari arah pintu masuk muncul sosok Angel. Namun Dwina masih perlu memastikan apakah perempuan bersiluet seksi itu beneran Angel teman SMA nya, atau mungkin dia memang sedang berkunjung ke Jakarta. "Angel." Panggil Dwina sedikit pelan.

Trust Your Heart [END]Where stories live. Discover now