55. Kekasih Hati (3)

5K 446 17
                                    

Sesuai janji, hari Sabtu malam Dwina akan pergi dengan Putri. Jadi pukul setengah lima sore Dwina berjalan kaki mendatangi rumah Putri sambil membawa tas mungil serta tote bag berisi gaun formal selutut berwarna violet. 

Dwina menekan bel rumah Putri, tak lama pintu gerbang terbuka secara otomatis. Dwinapun segera masuk ke dalam. 

Ternyata Putri baru selesai mandi. Dia masih berpakaian santai sambil mengeringkan rambut dengan hair dryer.

"Jadi pinjem bajunya nggak?" tanya Putri. 

"Boleh deh. Tapi aku tetep bawa baju pilihan aku dari rumah. Bagus nggak?" Dwina mengeluarkan gaunnya yang tampak sederhana dari totebag. 

"Hem. Bisa sih dipake buat acara. Nanti aku pinjemin kalung aku untuk dipaduin sama gaunnya."

"Oke." Dwina kemudian memperhatikan gaun Putri yang digantung di depan lemari. Gaun bercorak biru keunguan namun memiliki desain elegan dengan garis emas di tepi gaun. 

"Sepatunya jadi pinjem jugakan?" Putri bertanya lagi. 

"Iya."

"Nanti aku pilihin yang cocok buat kamu. Ukuran sepatu kita sama kan?"

"Sebenarnya ukuran sepatu aku lebih kecil dari kamu." Seru Dwina lalu duduk di tepi ranjang Putri 

"Hem, kayaknya Aku punya deh ukuran kamu. Tapi coba nanti aku cari."

Mesin hair dryer Putri sudah mati. Lalu dia meminta Dwina mencuci wajah agar dia bisa mulai mendandani dia. 

Putri memberikan bando kepada Dwina supaya anak rambut dia tidak menutupi wajah. Dwinapun duduk di kursi rias, sedangkan Putri menyiapkan peralatan make up. 

"Mau dandanan medok, apa natural?" Seru Putri sambil terkekeh. 

"Natural. Aku nggak biasa dandanan medok. Mau ah."

"Biar waktu di foto makin keliahatan jelas dan bagus." Ujar Putri penuh antusias. Dengan make up tebal menjadikan karakter luar seseorang tampak berbeda.

"Tetep aja aku kurang pede." Tolak Dwina mentah-mentah. 

"Oke-oke."

Dari dulu selalu saja Dwina enggan berpenampilan beda. Dia kurang minat terhadap sesuatu hal yang mencolok serta nyaman pada dirinya yang begitu saja. Ya sudahlah. Putri tak akan memaksa lagi pula berkat hasil make upnya Dwina tetap akan tampak luar luar biasa

Dandan, berganti pakaian, mereka berdua membutuhkan waktu lebih dari satu jam. Tentu saja ini menjadi hal menyenangkan bagi mereka berdua terutama diselingi oleh obrolan panjang juga seru. 

Hampir jam setengah tujuh malam sebuah mobil mewah audi berwarna hitam datang menjemput mereka. 

"Bukannya kita naik mobil kamu, Put?"

"Mana mungkin aku mau pake mobil begituan ke acara kelas atas. Aku pinjam mobil Jordan sekaligus supirnya." Putri mendorong sedikit bahu Dwina dengan bahunya supaya menyadarkan temannya itu dari lamunan. Semua orang pantas kaget bila tahu betapa mahal mobil itu, bahkan pajak pertahunnya saja sudah membuat orang tutup mata ketakutan. 

Trust Your Heart [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt