60. Kekasih Hati (8)

5K 396 9
                                    

Seperti biasa, deretan pertokoan pinggir jalan raya tampak ramai orang berlalu-lalang. Karena ada dorongan dalam diri Putri untuk membeli sekotak sedang cheese cake, akhirnya Putri memarkirkan mobilnya di depan perantara toko kue. Hari ini dia tetap ingin bertemu dengan Dwina. Membawa sekotak kue menurutnya bisa mengawali obrolan mereka dengan baik. 

Putri bergegas turun. Tanpa perlu mengantri, Putri langsung mendapatkan kue pesanannya. Sekilas Putri tersenyum ketika mencium aroma wangi kue tersebut. Pasti Dwina akan menyukainya. 

Sesaat Putri berjalan kembali ke dalam mobil. Dia tertegun melihat sosok Dwina bersama Arya sedang memasuki toko butik pernikahan yang tak jauh dari toko kue. Apakah dia salah lihat? Hati kecil Putri masih mengelak.  

Sejenak Putri tenggelam oleh gejolak kuat di dalam dada. Dia melangkah cepat mengikuti Dwina dari belakang, masuk ke dalam toko butik dengan wajah pias. Kantung kue yang berada di tangan tak sadar Putri cengkram kuat. 

Dihadapannya jelas ada Dwina sedang berpegang tangan erat engan Arya. Bukan kemesraan yang mereka pamerkan seperti layaknya pasangan muda lain mengharapkan perhatian orang sekitar. Melaikan diantara mereka terdapat ketengangan, rasa sayang begitu tulus, kesetian yang hangat juga lembut namun kokoh tak tergoyahkan. 

Putri tahu akan jadi seperti ini. Dia rayapi perasaan iri, kecemburuan, serta kemarahan. 

Dan ia bisa melihat Arya sangat membuka diri kepada keindahan seorang Dwina Aryani. Arya kini tak berlagak bodoh seperti dulu, tenggelam oleh cinta buta. Jiwa Arya tampak lebih tenang, kedewasasan dia mencurahkan kepastiaan sebagai seorang kekasih.

Entah apa yang Dwina lakukan hingga dapat menaklukan sifat keras kepala, pemarah, posesif, penuh akan kegilaan obsesi cinta lalu kini semua itu hilang bagai terhembus angin tak bersisa. Lalu Arya menjadi laki-laki sempurna dalam kebijaksanaan. 

Putri menutup mata akan hal itu semua, kebersamaan mereka adalah kepedihan bagi Putri. Menggoreskan luka di hatinya. 

"Bisa kita bicara sebentar?" 

Suara Putri menyentak keras diri Dwina. Dwina melepaskan tangan dari geggaman Arya kemudian berbalik kebelakang dimana Putri tengah berada. 

Dwina menahan napas sejenak, ekspresi dingin Putri benar-benar menghujam jantung Dwina. 

"Ada kafe di sebelah, kita bisa bicara di sana. Dan Arya, bisa kamu tinggalin kita berdua?" Nada bicara Putri datar tak berbelas kasih. 

Putri menghela napas berat, wajah Dwina dia lihat tetap tenang seperti biasanya. Dwina selalu hebat dalam berakting, pintar memasang ekspresi tenang dan terlukis di wajah dia harapan gila kalau semua akan berakhir baik dan bahagia. Sialan. 

Padahal itu mustahil. Dwina jelas dapat menyadari kekecewaan tak padam dalam diri Putri. 

Dwina mengikuti Putri berjalan menuju kafe. Mereka memesan minuman kopi espresso kental dimana sebenarnya mereka tidak sukai. Keadaan ini membuat mereka menjadi bukan dirinya sendiri. 

Putri duduk tegak, kedua tangan dia menangkup gelas kopi panas tersebut tanpa menghiraukan rasa melepuh. 

"Kenapa bisa kayak begini ya? Kenapa kamu nggak cerita dari awal? Apa alasan kamu menyembunyikan hubungan kalian dari aku? Dwina aku tahu kalau kamu udah siapin jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.

Trust Your Heart [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon