95. Dinding Batas (8)

3.6K 371 8
                                    

Lima menit..
Sepuluh menit...
Lima belas menit...
Sebenarnya butuh berapa lama wanita membutuhkan toilet? Kenapa waktu terasa melambat baginya. Seru Arya dalam hati.

Arya tidak bisa membuat kakinya berhenti bergerak di bawah meja dan menjadi tenang. Pria paruh baya yang mengajaknya bicara masih belum memberinya kesempatan untuk enyah dari tempat duduk sialan tersebut. Sedangkan ketiga temannya sesekali melirik kekhawatiran menimpa diri Arya.

"Mr. Thomas, ada hal penting yang ingin ku bicarakan denganmu..." Satria Harrison menjadi penyelamat untuk Arya. Pasalnya Mr. Thomas adalah orang penting dalam bidang kontruksi di Sydney. Dulu ketika kuliah Arya mendapatkan kelas yang di ajar Mr. Thomas dan Arya merupakan salah satu mahasiswa paling diingat oleh beliau. Mereka sudah lama tidak bertemu, jadi menolak obrolan Mr. Thomas hal berat untuk di lakukan Arya.

Satria menghampiri Mr. Thomas, saling berjabat tangan kemudian membahas isu hangat politik di Sydney. Arya pun segera undur diri.

Di tengah ruangan pesta Arya mendengar seorang wanita berkata pada bagian keamanan, "aku ingin ke toilet di bilik barat, karena toilet di bilik timur sangat ramai. Tiba-tiba aku mendengar jeritan wanita di koridor. Bisakah anda memeriksanya sepertinya ada yang tidak beres."

Tanpa pikir panjang Arya berlari menerobos para tamu yang berdiri dan saling berkumpul untuk berbincang. Sikap paniknya sukses membuat orang-orang terkejut dan mengumpat tetapi Arya sudah tak lagi menggubrisnya.

Inikah sesuatu buruk yang di cemaskan Dwina sejak tadi? Ia terlalu menyepelekannya. Jantung Arya serasa berhenti berdetak melihat Dwina berjalan gontai keluar dari koridor. Wajahnya amat pucat dan tubuhnya dingin gemetaran.

"Aku ingin pulang..." Seru Dwina hampir tak terdengar. Namun dari gerak bibirnya Arya bisa paham betapa wanita itu ketakutan.

Arya lekas menahan tubuh Dwina, perempuan itu nyaris pingsan menangis di dekapannya membuat Arya bagaikan tak berkutik.

Jauh di depan Arya terdapat sosok Jordan Avendis menghilang di ujung koridor serta Indira terkulai di lantai. Apa yang sebenarnya yang brengsek itu lakukan!

"Aku mau pulang.. aku mohon." Pinta Dwina merengek bagaikan anak kecil. Padahal tak biasanya dia bertingkah sepertu itu.

"Iya.. kita pulang. Tapi aku ingin tau apa kau terluka? Apakah ada yang sakit?" Dwina menggeleng cepat pada Arya.

Ia perlu menenangkan Dwina terlebih dulu. Meskipun perempuan itu masih bisa merespon ucapannya dengan baik, kondisi tetap dia diluar dari kata tersebut. Dia akan membawanya ke rumah sakit. Begitulah rencana Arya.

Mengetahui ada kejadian buruk, Alexander Agung menghampiri Arya duluan kemudian disusul dua teman lainnya.

"Aku akan menyiapkan mobil untuk kalian." Alexander lalu memerintah asistennya agar memberikan jalan untuk Arya dan Dwina.

Sedangkan Indira, dia segera dibawa ke rumah sakit oleh petugas keamanan. Dia kehilangan kesadaran akibat syok walaupun cederanya tidak parah.

Mobil mereka sudah siap di lobby, dengan sigap asisten Alexander membukakan pintu mobil lalu Arya melesak masuk dengan Dwina masih berada di dekapannya.

"Lokasi rumah sakit cukup dekat dari sini. Kita akan masuk ke bagian UGD." Ujar asisten wanita tersebut masih dalam sikap profesional. Mendengar itu Arya merasa sedikit tenang, ia lekas mendekap Dwina lebih erat untuk menghilangkan rasa ketakutannya.

"Jangan khawatirkan apapun. Aku disini." Bisik Arya meyakinkan Dwina. Sungguh Arya tak habis pikir, ketika di awal pernikahannya dengan Dwina, Jordan mengacaukan Dwina dengan memberinya teror. Menghubungi Dwina berulang kali dan mengirim pesan yang mengancam.

Trust Your Heart [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora