59. Kekasih Hati (7)

4.6K 368 2
                                    

Akhirnya Arya dan keluarganya tiba di apartermen. Serempak mereka mendesah lega, lalu sebagian beristirahat di sofa sedangkan yang lainnya berada di kamar Arya dan Satria. Hari ini Satria memilih menginap di hotel, dia meminjamkan kamarnya untuk keluarga Arya. Lagi pula Satria tidak punya banyak barang di apartermen itu kecuali dua buah koper yang dia bawa dari Australia. 

Arya menyiapkan air putih hangat untuk kedua orang tuanya, lalu menaruhnya di atas meja pendek depan sofa. 

"Dari awal ketemu keluarga Dwina ramah ya? Ibu suka. Dwina juga tadi cantik banget pas lamaran." Seru bu Laras

"Ibu udah sebelumnya udah ngomong itu." Sahut Arya ikut menghepaskan diri di atas sofa. Dia sedikit bisa bernapas lega setelah melewati ketegangan tadi. 

Bu Lara membuka galeri foto di hp lalu menunjukkan foto Arya dan Dwina di acara lamaran. "Tuh kan. Baju kamu meching sama Dwina. Ada list merahnya gitu." Beruntung bu Laras tidak lupa mengabadikan momen berharga ini, beberapa foto Arya dan Dwina sudah dia post ke Instagram. Teman-teman arisannya banyak yang memberi komentar dengan mengucapkan 'selamat'. 

Arya menatap foto tersebut cukup lama. "Iya Dwina kelihatan manis hari ini. Nanti fotonya kirim ke aku ya bu."

"Oke."

Menurut Arya jika diperhatikan dengan baik hari ini Dwina sangat mirip dengan mama Ratih. Aura serta pembawaan yang tenang memberikan kesan kalau dia menyimpan rahasia kelembutan hati. 

Rasanya Arya ingin bertemu Dwina lagi, cukup dengan melihat wajah perempuan itu membuat hatinya nyaman.  Mendengar dia berbicara, bersemu malu ketika di puji, juga tatapan jernihnya mampu menarik perhatian Arya. 

Perasaan dalam benak Arya semakin kuat. Dia harus bersabar, menunggu sebentar lagi supaya dia dapat memiliki Dwina dengan sah secara agaman dan negara. Bahkan diam-diam Arya sangat menikmati proses penantian seperti ini. Adrenalin dia terpicu, menyulut gairan hidup. 

Arya mendapat kiriman foto tadi dari ibu, kemudian dilanjutkan dengan mengirimnya ke Dwina. 

Arya : Kamu kelihatan kaku banget di foto itu, kenapa? 

Masih dalam sepotong senyuman, Arya mengirim pesan teks itu. Tak butuh lama bagi Dwina membalas. 

Dwina : Bukannya kakak juga? Huh?

Arya : Nggak usah malu. Karena semua orang tahu kalau wajah kamu yang paling bahagia di sana. 

Arya dapat membayangkan wajah Dwina langsung merah padam saat membaca pesan darinya. Namun disitulah daya tarik paling menawan diri dia. 

Tiba-tiba terdengar bunyi bel apartermen Arya, tetapi tamu tersebut langsung membuka kunci dan masuk ke dalam yang ternyata itu adalah Satria. 

"Maaf, maaf. Ada dokumen gue ketinggalan di kamar." Seru Satria menggosok lehernya yang tak gatal. 

"Dimana? Gue ambilin." Sahut Arya. Dikamar Satria ada saudaranya sedang istirahat, demi menghindari kecanggungan dia yang akan mengambilnya. 

"Di laci nakas samping ranjang."

"Oke." Arya pergi ke kamar Satria, sedangkan Satria ikut bergabung di sofa bersama kedua orang tua Arya, mengangguk sopan ke mereka. 

Trust Your Heart [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant