50. Melodi Jiwa (8)

5.7K 466 11
                                    

Aroma khas secangkir kopi didapatkan dari mesin pembuat kopi mahal dan menjadi salah satu minuman favorit Jordan Avendis di pagi hari. Dia butuh kadar caffein tinggi untuk menyegarkan pikirannya sebelum dia memulai aktivitas. 

Jordan berjalan melewati meja bar berpenampilan modern, lalu mengambil tabletnya dari meja pendek di depan sofa. 

Sudah menjadi kebiasaan Jordan dia akan memantau perkembangan nilai saham hari ini sambil mendengarkan musik terobosan milik Mozart ataupun Chopin dari alat pemutar piringan lagu di sudut ruangan. Lagu-lagu mereka seolah menggambarkan perasaan Jordan yang terombang-ambing setiap detiknya. Jordan menyeringai menampilkan deretan gigi menggegat kuat. 

Jiwa Jordan berkecamuk hebat tanpa orang lain tahu. Yang paham akan siapa dirinya hanyalah Jordan seorang. 

Jordan melirik ke arah hpnya, pagi ini dia mendapatkan dua panggilan telpon tak terjawab dari Putri Anjani, kurang lebih Jordan tahu apa yang nanti mereka bicarakan. Dan perempuan itu mencoba menghubunginya lagi. 

Diletakkan gelas kopinya, Jordan mulai mengangkat telpon. 

"Selamat pagi Jordan.."

"Suara lo kayak pegawai penerima telpon yang ketakutan ngehadapi costumer pemarah." Jordan menimpali dengan nada sarkastik yang bisa membuat orang sakit hati bila belum memahami karakter Jordan. 

"Elo mah susah di ajak bercanda." Sergah Putri dari seberang telpon. 

"Cepetan lo mau ngomong apa, gue masih banyak urusan." Lagi-lagi Jordan menyalurkan nada ketus.

Putri menghela napas panjang, "gue mau bilang makasih udah ngasih tau alamat Arya ke gue. Ya, gue udah balikin jaket dia?"

Kening Jordan berkerut, sepertinya ada yang tidak sesuai rencana. "Lo ketemu dia?"

"Waktu itu dia belum pulang kerja, jadi aku cuma ketemu sama teman seapartemennya."

"Yang penting lo udah balikin jaket dia." Jawab Jordan malas. 

"Iya sih. Tapi gue mau bilang makasih langsung ke dianya. Lo tau sendiri, chat gue sama sekali nggak di baca sama dia."

Perempuan merepotkan! Sialan!

"Kalian udah putus, jadi itu wajar. Ya udah gue tutup telponnya." Jordan langsung memutuskan panggilan secara sepihak. 

Memikirkan urusan kehidupan orang lain memang sangat memuakkan bagi Jordan. Dia tidak suka mendengar keluhan. 

Dan alasan Jordan bertahan hingga sekarang karena dirinya tertarik dengan perempuan bernama Dwina—teman dekatnya Putri. Tentu bukan tanpa maksud. Perempuan itu sangat menarik perhatiannya pada saat mata mereka bertemu. Gejolak di dalam jiwanya mirip dengan diri Dwina layaknya kepekatan malam menyembunyikan rahasia diri yang berbahaya. 

Kita lihat kisah ini berlanjut. Gumam Jordan sambil mengamati ratusan foto Dwina di dinding ruangan pribadinya. 

"Dwina Aryani, perempuan munafik." Sampai kapan Dwina akan menyembunyikan hubungannya dengan Arya dari Putri? Akankah dia terjerumus?

...…

Hari ini Dwina mengikuti satu sesi kuliah, dia juga sudah mengumpulkan tugas yang sudah ia kerjakan kemarin dan memilih untuk cepat pulang setalah segala urusan selesai. 

Trust Your Heart [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя