66. Detakan Rindu (4)

24.8K 2.5K 14
                                    

Nggak papa ya telat update.. yang penting update kan🙏🙏🙏

Happy reading¿

Andai semua orang tau apa yang dia rasakan saat ini. Mungkin beban hatinya akan terasa sedikit ringan. 

Putri menatap kosong pantulan dirinya di depan cermin. Dia berulang kali mendesah berat merasakan beban berat di benaknya makin memburuk setiap harinya. Kemarin dia bertemu dengan Arya. Laki-laki itu mengancamnya supaya tidak mendekati Dwina lagi. Bukan sekedar teguran biasa, melainkan dia akan bertindak lebih jika Putri berani melanggar. 

Kata-kata Arya sangat tajam serta pahit. "Aku nggak nyangka kamu sebodoh ini Putri. Dan kamu pura-pura lupa tentang status kita yang udah nggak ada apa-apanya. Kamu dulu buang aku begitu aja. Lupa kalau kamu pernah ngelakuin itu? Terus kenapa kamu nyakitin perempuan aku? Sebenarnya siapa yang salah disini? Dulu kamu minta aku untuk berhenti ganggu kamu karena aku cuma jadi beban dalam hidup kamu. Lalu aku berusaha untuk ikutin semua permintaan itu walaupun sebenarnya aku benci." Arya tersenyum kecut, pandangan dia begitu kelam seolah Putri tak pantas melakukan pembelaan. 

"Ternyata aku bisa lihat sekarang, Dwina lebih baik dari pada kamu. Dia nggak pernah meragukan perasaan aku dan sangat mengharagai aku. Apa kamu kira aku akan tinggal diam saja Dwina disakiti begitu?" Bila Dwina tersakiti, maka Arya bisa merasakan hal yang sama. 

"Jangan pernah coba sentuh dia lagi? Kamu bukan orang yang pantas menjadi sahabat dia." Kalimat yang Arya tuturkan sangat perlahan namun begitu dalam mengiris hati Putri. 

Diri Putri masih saja tercengang. Ya dia bersalah. Putri tak akan melupakan kenyataan itu. Dia bahkan tidak berhenti kebodohannya telah menyakiti Dwina. Saat itu dipengaruhi alkohol, dia luar biasa mabuk sampai sulit membedakan mana nyata dan halusinasi. Putri kembali berdecak keras tanda kekesalan dia. 

Dalam langkah berat diapun keluar dari kamar mandi. Sebenarnya dalam hati Putri ingin menemui Dwina lalu minta maaf. Tapi apakah dia pantas melakukan itu? Dia yakin Dwina pasti langsung memaafkannya, Putri tau Dwina orang yang seperti apa. Sayangnya perlakuan Putri benar-benar keji, dia sendiri bahkan sulit menerima. 

"Put.. lo bego banget sih! Tolol!" Putri mengerang keras sambil menjambaki rambutnya sendiri memaki seluruh kebodohan yang dia miliki. Ingin sekali Putri membenturkan kepalanya ke tembok supaya dia makin sadar kalau dia adalah orang bego, bisa marah besar hanya karena hal sepele? Dia sungguh gila. Banyak laki-laki di dunia ini bisa yang menggantikan Arya lalu kenapa dia memilih marah pada Dwina?

Padahal Dwina adalah teman terpenting bagi Putri. Persahabatan mereka tidak mungkin retak begitu saja. Dwina seseorang yang paling mengerti dirinya, hatinya serta dia pasti mengambil langkah terbaik untuk Putri. 

Memikirkan betapa ngeri apa yang sudah Putri lakukan pada Dwina membuat perut Putri kembali bergejolak. Meski sudah seharian tidak makan, dia tetap mual. Segera Putri berjalan cepat ke toilet kemudian muntah. Lambungnya terasa sangat perih, sampai menguras seluruh energi. 

Usai menyeka mulut, tangisan Putri pecah. Dia dingin gemetaran di sudut kamar mandi kalut menghadapi ketakutan kehilangan teman terbaiknya. 

Dwina akan meninggalkannya seperti bunda. Mencampakkan seluruh kata maaf yang Putri tuturkan. 

.....

Mama Ratih bisa langsung tau betapa Dwina gelisah selama mereka bertiga jalan-jalan. Namun Dwinta tetap menutup mulutnya rapat-rapat dan berpura dengan tersenyum bahagia di hadapan Destina maupun mama Ratih. 

Trust Your Heart [END]Where stories live. Discover now