5. Mengenal (3)

12.3K 987 11
                                    

Aroma kue pukis yang baru matang sangat enak, apalagi dengan keju leleh sebagai toping. "Ayo silahkan dicicip nak." Ibu Laras menyodorkan piringan kue ke sisi Dwina. Entah kenapa dia gemas dengan anak satu ini. Kalem dan sopan banget. Tumben sekali Arya pilih calon istri tipe begini.

"Iya makasih tante." Dwina mengambil satu kue pukis dengan kikuk namun senyuman tak luput dari sikap segannya pada orang tua.

"Ini tuh pukis kesukaan Arya. Biasanya dia selalu request. Ibu nggak tau si Arya bakalan pulang, tapi ada perasaaan ibu yang bilang kalau Arya pulang hari ini. Jadi kemarin ibu beli bahannya sekalian buat makanan arisan keluarga."

Oh.. Hari ini ada arisan keluarga, seru batin Dwina atas pertanyaan yang akhirnya terjawab. Kok Dwina seolah ada pemikiran jika Arya dan kakaknya menjebaknya disini. "Maaf tante aku nggak tau disini ada acara keluarga."

"Nggak papa kok. Ini juga udah selesai dari tadi acara arisannya. Kan arisannya diadain buat kumpul-kumpul keluarga aja. Palingan hasil arisannya buat liburan anak sekolahan. Oh iya, kamu bisa masak?"

"Iya." Bisa atau tidak bisa masak sepertinya bukan hal yang penting untuk Dwina. Dia bisa masak karena ia ingin membuat masakan enak semi restoran yang harganya cukup bermasalah buat dirinya.

"Berarti kamu bisa masak tumis kangkung dan gudeg?"

"Kalau tumis-tumis sayuran aku bisa. Tapi kalau gudeg aku belum pernah nyoba buat. Soalnya gudeg biasanya ibuku yang buat."

"Hemm.. begitu ya. Arya itu suka banget loh sama tumis kangkung dan gudeg. Kalau masak gudeg itu memang lumayan lama, dan sebenarnya nggak susah kok. Nanti tante ajarin."

Ha?

Dwina mulai paham kemana arah dia terjerumus. Dalam senyuman, Dwina menyimpan satu kepalan tangan yang siap menghajar kak Bayu. Kita lihat sampai mana permainan ini berlanjut.

"Aku sih sebenarnya udah pernah belajar resepnya tante dan mau nyoba masak. Sayang banget kuliah aku tuh padat apalagi semester depan ada magang dan skripsi. Jadi nggak ada waktu." Dwina melontarkan tekanan bahwa dia tidak bisa menikah dengan pria manapun satu tahun ke depan. Seketika ada kekecewaan dari kilatan mata ibu Laras, mau bagaimana lagi Dwina harus meluruskan keadaan ini. Walaupun sebenarnya dia tanpa sengaja mengenal banyak hal tentang Arya lebih dari yang ibu Laras kira karena Putri sering menceritakan apapun tentang pacar-pacarnya.

Dapat disimpulkan, Arya adalah pria yang suka membagi para manusia menjadi tiga. Keluarga, pacar dan teman. Dan kehadiran Dwina ada diluar hirarki tersebut. Arya penyuka wanita seksi, percaya diri, pintah dan cantik, serta akan bertindak kurang ramah pada orang baru apalagi perempuan gatel. Makanan favorit nomor wahid yaitu bakso Mang Dalah di tikungan jalan dekat kantornya. Arya tipikal orang dengan kadar posesif cukup akut bila berhadapan dengan wanitanya. Belum lagi kebiasaannya sering lupa makan sampai hampir terkena tipes.

Masih ada banyak lagi yang Dwina ketahui tentang mantan dan pacar Putri dan itu bukan hanya Arya. Belum tentang Tommy si gamers sejati, Roy dengan hobi memancing ikan tengah laut, Jaka yang suka mengoleksi miniatur pahlawan super dan lain-lain.

Bagi Dwina informasi seperti itu bermanfaat, berhubung dia tidak pernah pacaran apalagi mengenal dekat cowok lain selain ayah dan kak Bayu. Pernah Putri bercerita tentang dirinya meminta putus dengan Arya. Arya benar-benar marah. Namun, rasa sayang Arya lebih tinggi dari marah dan kecewanya hingga laki-laki tersebut lebih memilih mengalihkan amarahnya dengan minum-minum. Bagi Dwina itu terdengar sangat buruk atas perilaku Arya yang satu ini. Meneguk alkohol berlebih dapat menyebabkan toksik organ hati hingga fungsi hati yang berguna untuk menetralisir darah dari racun tidak dapat bekerja dengan baik dan membuat seseorang keracunan sampai mengidap penyakit kuning.

Kembali pada topik putusnya hubungan Putri dengan Arya. Kenyataannya, yang mesti disalahkan adalah Putri karena ketahuan berselingkuh, tapi Arya tetap kukuh mempertahankan hubungan mereka. Mungkin gosip yang mengatakan Arya terlalu cinta mati pada Putri walaupun sudah tau keburukannya benar adanya. Jadi Dwina mengambil pelajaran dengan mencoba lebih berhati-hati dalam menjaga sikap di depan Arya tanpa membuat laki-laki itu marah sampai meledak-ledak. Jujur Dwina paling takut lelaki temperamental apalagi yang main tangan ditambah pemabuk. Serem banget.

...

Permen manis dengan kadar gula tinggi dapat memicu Hormon Serotonin alias salah satu hormon penghadir sensasi bahagia dikala stres. Dibalik itu kadar gula tinggi dapat meningkatkan stimulasi insulin serta pemicu diabetes militus yang menjadi penyakit tertinggi di Indonesia.

Dwina hapal pola farmakoterapi dari alasan penyebab penyakit diabetes militus dan biasanya terjangkit tidak hanya orang berusia lanjut namun anak-anakpun bisa terkena. Meski begitu, sekali lagi Dwina tak peduli. Ia butuh asupan glukosa tinggi agar fungsi otaknya berjalan baik lalu menerjang kelelahan tubuhnya tanpa mau tau betapa Dwina frustasi di dalam ruang lingkup rumah ini. Ia harus tersenyum sepanjang waktu, meladeni perbincangan keluarga Arya Wijaya hingga menyentuh jam makan malam. Ditambah dari awal Dwina memang kurang enak badan, kepalanya secara perlahan berdenyut nyeri.

Dan dimakah kak Bayu nyebelin itu berada?

Ingin sekali Dwina menjabak Kak Bayu serta mencakar habis wajahnya. Setiap Dwina mencoba mengirim pesan serta menelpon, secara sengaja kakaknya pasti offline seolah dia berada di atas ribuan kilometer dari bumi.

"Kita lihat nanti…" Ujar Dwina pada diri sendiri meredam segalanya di dalam hati sambil mencari sisa-sisa permen di tasnya sayangnya tak kunjung ketemu. Ya, satu pack permen ludes ia telan tanpa berasa apapun. "Mana sih permennya…?" Suara Dwina agak menekan. Beruntung semua orang sedang fokus pada perbincangan lain.

"Dwina.." Panggil Arya tiba-tiba muncul dibelakang sofa.

"Kenapa?" Ekspresi Dwina sengaja dibuat datar namun tidak berhasil menutupi kejengkelannya.

"Minum ini." Arya menyerahkan minuman jahe hangat dengan campuran madu.

"Jangan terlalu makan banyak permen, nggak bagus." Arya paham Dwina bukan perempuan bodoh dan harus diingatkan tentang hal sepele terutama menyangkut urursan pribadi.

Napas berhembus berat, Dwina mengambil alih gelas itu setelahnya ia teguk sampai habis. Ia lupa bahwa minuman jahe itu masih terlalu panas yang bisa membuat lidahnya terbakar.

Keadaan menghening sesaat memperhatikan tingkah Dwina. Si wanita penuh kesopan santunan, menjaga nama baik keluarga, berusaha memberi interaksi baik bagi setiap orang. Kesan itu langsung buyar. Ia mempunyai emosi yang ditampakan begitu unik sekaligus mencengangkan.

Arya salah. Dia sadar akan kebodohannya. "Dwina mau istirahat dulu ma…" Secepat mungkin Arya meraih tas ransel Dwina sambil menarik tangan wanita itu usai Dwina memberikan atraksi hebat karna meneguk jahe panas.

________________________________

Jangan lupa berikan Vote dan komentarnya ya supaya makin semangat nulis..

Terima kasih

Trust Your Heart [END]Where stories live. Discover now