47. Melodi Jiwa (5)

5.5K 509 4
                                    

Aku kembali setelah libur sehari..
Happy reading....

Benak Dwina berdenyut parah dia merasa kacau terutama tentang Putri maupun Jordan. Dia mencoba tenang dengan menenggelamkan diri dalam tumpukan tugas kuliah.

Ada saatnya Dwina ingin sekali hanyut dalam kehampaan sejati, dimana tidak ada masalah yang datang bertubi-tubi. Fisik serta sikap Dwina memang tampak biasa saja seperti manusia normal, berbeda apa yang terjadi dalam hati Dwina.

Dwina bukan manusia suci, dia juga dapat melakukan kesalahan seperti berprasangka buruk juga dia bisa marah. Namun saat ini dia berulang kali menyalahkan diri sendiri. Semua terlalu sensitif untuk dia.

Apakah dia mau datang bulan? Pramentruasi memang bisa mengacaukan kejiwaan seorang wanita. Bahkan ada seseorang mencapai tahap frustasi, menangis dan hilang arah.

Dwina meneguk habis air mineral dari botolnya. Perut bagian bawahnya mendadak nyeri. Dwina merebahkan kepalanya di atas meja belajar penuh kemalasan.

Dua jam lalu Dwina mencoba mengirim pesan chat ke Arya kalau buku yang dia minta sudah Dwina belikan, namun lelaki itu belum kunjung membaca dan membalasnya.

Mata Dwina terpejam. Bisikan hatinya berkata dirinya takut ditinggal, diabaikan bahkan dia sampai ketakutan merasakan sakit. Tetapi jika takdir memaksa dia melewati itu, apalah daya?

Lagi-lagi Dwina berprangsaka buruk menyadari hal tersebut dia kemudian menegakkan kepalanya lalu melanjutkan tugasnya supaya pikirannya teralihkan.

Sebuah ketukan pintu terdengar "Dwi... Kamu lagi ngapain?" Seru mama mengintip perlahan dari balik pintu.

Dwina segera menoleh ke mama, "aku lagi ngerjain tugas kuliah ma."

"Oh ya udah. Nggak jadi deh.." Mama beringsut keluar.

"Memang kenapa ma?"

"Mama mau minta kamu bantuin bikin asinan Bogor, mama lagi pengen makan itu."

"Ya udah aku bantu." Dwina beranjak dari tempat duduknya.

"Terus tugas kuliah kamu bagaimana? Nggak diselesain dulu?"

"Nanti aku lanjutin. Tugas yang bakalan dikumpulin besok udah pada aku kerjain, sisanya nanti di setor minggu depan."

Dwina dan mama menuju dapur. Semua bahan-bahan untuk membuat asinan sudah disiapkan di atas meja dapur seperti mentimun, nanas, kol, touge, tahu, kacang tanah dan buah lainnya.

Mama mendapatkan bagian membuat kuah untuk asinan, sedangkan Dwina diberi bagian mengupas, merajang isian asinan.

"Ma aku mau tanya deh, menurut mama kak Arya itu gimana? tapi berdasarkan sudut pandang mama," tanya Dwina.

"Dia cowok dewasa yang di umurnya memang sudah siap untuk menikah apalagi dia udah mapan. Dia juga dari keluarga yang baik. Jenjang pendidikan Arya juga tinggi."

"Iya. Semua keluarganya pada lulusan sarjana, termasuk orang tuanya."

"Kamu udah mulai suka sama dia dek?"

"Biasa aja." Dwina tertawa pelan. Dia tidak boleh kalah saat mama mau mencoba menggodanya.

"Heh? Suka juga nggak papa kok. Orangnya kan cakep." Mama mendelik memperhatikan Dwina. Ucapan mama bukan asal ngomong saja, dari sudut manapun Arya memang terbilang ganteng, tubuhnya tinggi dan dia tampak bisa diandalkan.

Trust Your Heart [END]Where stories live. Discover now