77. Awal Pernikahan (8)

6.5K 504 9
                                    

Spesial Dwina Pov (end)

Setelah beberapa hari berlalu, akhirnya kita kembali ke Jakarta. Dan untuk pertama kalinya tempat tujuanku pulang adalah apartermen milik kak Arya yang kini telah menjadi tempat menetapku. Mungkin aku tampak biasa saja tentang perubahan keadaan ini dan sama sekali tidak terlalu mempengaruhiku. Nyatanya saat aku tiba tepat di pintu apartemen baru dan besar emudian kak Arya membukakan pintu untukku, dibenaku terselip rasa menekan hebat. Bukan sesuatu yang buruk, hanya saja ada tanggung jawab baru dan besar untukku sebagai seorang istri. Tentu ini bukan untuk sementara waktu, aku mencoba meneguhkan diri.

Ada beberapa hak dan tanggung jawab istri yang selalu kuingat yaitu bahwa istri aku wajib menjaga rumah tangganya, suaminya, dan anak-anaknya dengan segenap jiwa. Berbeda ketika aku belum menikah, kewajiban berbakti pada orang tua mungkin tak terlihat memberatkan ku.

Haduh...

Aku lagi-lagi terlalu banyak berpikir sampai kak Arya mengamatimu lalu tersenyum, dia mendorong pelan punggungku mengusir segala keraguan, kita pun berjalan masuk ke dalam apartemen.

"Ini akan jadi tempat tinggal kita sementara waktu sampai rumah kita bener-bener selesai di renovasi.." Seru kak Arya tampak bersemangat menyambut kehadiranku sebagai istri di tempat tinggalnya.

Kita berdua kemudian masuk ke ruang tengah. Aku sedikit tertegun melihat terdapat koper, beberapa kotak barang milikku serta kado pernikahan yang bertumpuk memenuhi setengah lantai ruangan tersebut.

"Waktu kita pergi bulan madu, si Bayu milih untuk ngirim barang kamu secepatnya ke apartemen ini. Katanya mumpung masih ada orang tuaku dan teh Bika di apartemen ini." Tukas kak Arya. Dalam pikiranku aku bisa membayangkan wajah cemberut kak Bayu kerepotan mengemasi dan mengirim barang-barangku yang amat berat karena sebagian besar terisi oleh bukuku.

"Padahal rencananya besok aku mau ngambil barang-barangku di rumah." Ya sekalian ketemu sama mama, aku sudah sangat merindukan keluargaku kembali. Bisik batinku tapi sepertinya kak Arya tau maksud terselubungku. Aku meringis.

"Mungkin Bayu tau kamu masih repot dan dia cuma sekedar bantu. Kalau besok kamu mau ke sana juga nggak papa, aku akan anterin."

Kini pandanganku beralih ke tumpukan kado pernikahan, "boleh aku buka kadonya?"

"Tentu aja boleh." Mendengar jawaban santai dari kak Arya, akupun duduk di atas karpet dengan ekspresi penasaran. Sebagian besar tamu undangan pernikahan lebih memilih memberikan amplop berisi uang guna membantu sedikit biaya pernikahan. Aku tidak akan menutupi apapun tentang pengeluaran pernikahan kami, ya bisa dibilang lebih dari pada empat ratus juta rupiah. Itu masih perhitungan kasar, aku tidak tau berapa dana pengerluaran di pihak keluarga kak Arya untuk acara syukuran di rumah orang tua dia.

Sesaat memulai persiapan acara pernikahan memang sangat berat, dan rasa tertekan itu masih melekat di pikiranku. Meski beruntung orang tuaku memiliki investasi khusus untuk pernikahan anak-anaknya, walaupun delapan puluh lima persen di tanggung oleh pikah kak Arya.

Uang sewa gedung, katering, rias penganting, pakaian akad, pakaian resepsi, acara syukuran sebelum hari pernikahan di rumah, akomodasi, sovenir, kartu undangan, dekorasi dan biaya nikah KUA berkisar 600 ribu untuk wilayah Jakarta.

Kini semua sudah kita lewati bersama dengan luar biasa sabar serta sangat berkenang bagiku.

Aku tergugah dari lamuananku kemudian segera membuka bungkus kado tersebut, sedangkan kak Arya ke dapur untuk mengambil dua gelas air putih untuk kita.

Kotak kado yang ingin ku buka pertama adalah dari teh Bika, di atas kado tersebut terdapat kartu ucapan selamat atas pernikahan kami dan teh bika memberikan hadiah berupa tiga setelan pakaian bayi? Aku terdiam sejenak, ada perasaan aneh merayap hatiku.

Trust Your Heart [END]Where stories live. Discover now