23. Perasaan ini (10)

9.1K 824 15
                                    

Selamat membaca🥰🥰

Hingga nanti malam Dwina hanya sendirian di rumah. Kedua orang tuanya pergi menjenguk tetangganya yang sakit sedangkan kak Bayu dia tidak kemana perginya. Putus dengan kak Juwita membuat kak Bayu jadi uring-uringan, walaupun begitu Dwina tetap diam tanpa banyak bertanya. Itu adalah urusan dia. Sebagai saudara yang baik Dwina harus mencoba mengerti, semisal kak Bayu meminta saran dan bantuan darinya, Dwina akan berusaha untuk selalu disampingnya.

Dwina melangkah malas menuju dapur, dia membuka pintu kulkas melihat apakah ada sesuatu yang bisa dia makan siang ini? Dia mendapatkan beberapa kentang, wortel, kol dan potongan mentah dada ayam. Sepertinya dia harus membuat sayur sop.

Diri Dwina mengusap pelan tengkuk lehernya, dia menguap untuk kesekian kalinya. Memikirkan menu makanan lain membuat Dwina tambah bingung. Semalam dia sudah menghabiskan dua bungkus mie instan jadi tidak baik bila dia memakan itu kembali.

Mula-mula Dwina membersihkan daging ayam lalu merebusnya, kemudian dia menyiangi sayuran dengan cepat serta menyajikan bumbu seperti lada dan bawang putih. Dwina mengambil panci lainnya guna memasak air untuk memasak sayuran sopnya, ini semua agar ia tidak membutuhkan waktu lama dalam memasak. Hanya butuh waktu setengah jam kurang Dwina berhasil menyajikan satu mangkuk sop ayam.

Dwina makan seorang diri di meja makan sambil memutar lagu Thingking Out Loud - Ed Sheeran. Kaki Dwina dibentuk sila di atas kursi, biasanya ibu akan melarang dia bersikap demikian. Apalagi kalau dia berani mengecap saat makan. Sudahlah.. Setiap keluarga mempunyai peraturan masing-masing yang kadang kala harus dituruti mau tidak mau.

Beberapa waktu kemudian usai makan, bel rumahnya berbunyi. Dwina lekas berjalan ke gerbang depan, dia mendapati seorang kurir membawa buket bunga mawar yang segar dan harum.

"Dengan mbak Dwina?"

"Iya itu saya."

"Ini paket bunga untuk anda." Masih dalam rasa terkejut Dwina menerima bunga itu ke sisinya.

"Dari siapa ya?" Sudah tidak perlu ditanya lagi betapa ekspresi Dwina penuh kecurigaan sekaligus penasaran.

Kurir tersebut memberikan sebuah surat pada Dwina. "Nama pengirimnya ada di dalam surat itu. Terima kasih." Kurir itu kemudian langsung pergi.

Untuk pertama kali dalam hidup Dwina ada orang yang memberi buket bunga, dan dia tahu berapa nominal harga dari bunga tersebut. Segera Dwina kembali masuk ke dalam rumah, dia meletakkan bunga itu di atas meja depan sofa. Terburu Dwina membuka surat lalu membacanya. Jujur dia benar-benar gugup sekaligus skeptis. Sekilas ia berpikir ini pasti Arya.

-

Dwina Aryani, terima bunga ini dari aku

Aku tidak tahu harus mulai dari mana

Banyak hal yang aku pikirkan tentang kamu

Dwina adalah perempuan baik dari keluarga baik-baik

Dia juga sangat disenang oleh keluarga aku

Dan akupun juga merasa demikian

Sering aku berfikir, sebenarnya apa yang membuat aku tertarik sama kamu?

Kenapa aku ingin memperjuangkan seorang Dwina?

Trust Your Heart [END]Where stories live. Discover now