63. Detakan Rindu (1)

5.3K 427 2
                                    

Tidak ada lagi tangisan. Dwina hanya diam memandangi langit-langit rumah sakit dengan tatapan kosong. Ada beban berat di tempatkan di atas pundaknya sampai ia merasa kesulitan untuk sekedar menarik napas. 

"Kamu mau minum?" Tanya Arya. Laki-laki itu duduk di samping ranjang dengan wajah khawatir. 

Dwina mengangguk sebagai jawaban. 

Aryapun membantu Dwina duduk, kemudian memberikan air mineral kepada perempuan itu. Dokter mengatakan kalau Dwina mengalami syok berat. Dia butuh istirahat penuh hari ini, beruntung tak ada hal buruk lainnya. 

"Setelah infus kamu habis, kata dokter kamu udah boleh pulang." Seru Arya sambil memenggengam salah satu tangan Dwina. 

Dwina masih saja membisu, sering kali tatapannya kosong  tak menghiraukan ada Arya di sampingnya. Dwina ingin sekali lari dari kenyataan. Kenapa dia harus melewati hal buruk ini? Sebisa mungkin dia tidak menangis di hadapan Arya. 

Dwina kembali merebahkan diri, sedang Arya membenarkan selimutnya. Rasa pusing akibat meminnum alkohol tadi masih terasa kuat, bahkan perut dia begitu mual. 

Diri Dwina tidak tau harus berbuat apa lagi. Bayangan mama, ayah, kak Bayu, mama Ratih, Putri dan Arya semakin menekan Dwina agar mengambil langkah besar. Dwina harus mengakhiri masalah ini. 

"Kak Arya, jangan bilang ke kak Bayu atau orang tua aku ya atas kejadian tadi. Aku nggak pengen mereka khawatir." Seru Dwina. 

Arya terdiam, dia tak bisa menuruti permintaan Dwina. Keluarga Dwina berhak tahu apa yang terjadi demi menghindari masalah serupa. 

"Kak Arya aku mau tidur." Lanjut Dwina. Kedua mata dia perlahan terpejam masuk ke alam mimpi. 

"Kamu tidur aja. Aku bakalan jagain kamu." Tangan Arya membelai kepala Dwina. Melihat keadaan Dwina seperti ini membuat hatinya sakit diliputi rasa bersalah berkepanjangan. Dia tidak menyangka Putri akan berbuat seburuk itu kepada temannya sendiri. Atau memang ada hal lain yang membuat dia berubah?

Arya akan mencari jawaban tersebut. Mana mungkin Arya akan tinggal diam setelah tahu Dwina mengalami penyerangan. 

Tidak lama Bayu datang bersama orang tuanya. Sebelum permintaan Dwina tadi Arya sudah mengubungi mereka. Kemudian Arya menjelaskan singkat apa yang sebenarnya terjadi pada Dwina. 

"Dwina.. Dwina.." Seru mama terlihat miris menatap wajah lebam anak perempuannya. 

Karena sadar masih ada yang ditutupi oleh Arya, Bayu mengajak Arya untuk bicara di luar ruangan. 

"Dari pagi itu tingkah Dwina udah aneh. Memang dia salah apa ke orang lain?" Ujar Bayu menahan marah pada Arya. 

"Semua berkaitan, nggak ada yang salah dan benar." Arya sulit menjelaskan kronologinya karena yang bisa menceritakan secara detai adalah Dwina sendiri. 

"Jangan pernah temuin adek gue lagi kalau lo belum tuntasin urusan lo sama mantan lo. Mana mungkin gue mau adik gue sama lo yang begini." Ancam Bayu kemudian berlalu pergi. 

Arya berdecak kesal, tangannya terkepal kuat menahan emosi. Cepat atau lambat dia harus menemui Putri. 

....

Trust Your Heart [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat