104. Kepiluan Jiwa (6)

3.3K 328 3
                                    

Sebelum matahari semakin tinggi, Dwina dan Putri memutuskan pulang. Taksi yang mereka tumpangi mengantar Dwina lebih dulu balik ke apartemen, setelah itu barulah membawa Putri kembali ke rumahnya.

Jalan-jalan mereka cukup menyenangkan, meski hanya sebentar tetap membuat Putri maupun Dwina bisa melepaskan sedikit beban di hati mereka tentang rumitnya kehidupan. Terutama Dwina, dia terlihat lebih rileks dan banyak tersenyum.

Tak butuh waktu lama Putri akhirnya tiba di depan rumahnya. Dia membayar biaya taksi, lalu turun. Putri mendesah berat menatap rumahnya yang hanya di tinggali seorang diri, sedangkan bibinya-asisten rumah tangga hanya datang pagi pulang sore. Meratapi kesendirian tanpa keluarga, Putri harus lebih tabah.

Lekas Putri membuka grandel pintu gerbang susah payah dengan satu tangan sambil mengatupkan bibirnya kuat. "Susah banget sih," Putri ngomel-ngomel sendirian.  Tiba-tiba mumcul sosok laki-laki di belakang Putri.

"Habis dari mana kamu?" Nada beratnya bagai mengintrogasi Putri. Sontak Putri terlonjak, berteriak karena kaget. Punggung Putri seketika menegang sampai ke ujung kepala.

Putri langsung melotot mendapati Ethan Prasaja sudah berdiri di belakangnya muncul seperti makhluk halus. Pantas saja Dwina suka mengatakan Ethan itu Setan.

"Ngapain sih di sini. Kayak nggak ada kerjaan aja." Putri mengacuhkan kehadiran Ethan, namun lelaki itu sepertinya tidak terpengaruh sama sekali dan membantu Putri membukakan pintu gerbang.

"Kamu habis pergi dari mana? Sama siapa?" Pertanyaan Ethan sukses membuat Putri sewot. Suka-suka dialah mau ngapain aja, memang Ethan bapaknya dia.

Putri malas menjawab, diapun berjalan ke dalam ke teras rumah. Sudah cukup dia bergaul dengan Ethan, terutama kedua orang tuanya Ethan yang mengolok-ngolok dia seolah dia adalah wabah penyakit dan bisa menghancurkan masa depan anaknya hanya karena latar belakangnya. Dasar! Punya otak tapi pikirannya sempit! Memang kenapa kalau bunda lebih memilih kematiannya dengan cara bunuh diri? Itu bukan salah Putri. Waktu itu dia masih berumur sepuluh tahun untuk bisa memahami keadaan ibunya sendiri.

"Aku minta maaf atas sikap orang tuaku," ujar Ethan sungguh merasa bersalah telah menyinggung perasaan Putri padahal dia sendiri yang mengajak Putri lebih dulu untuk menginap di tempatnya karena saat itu sudah larut malam.

"Aku capek, aku mau istirahat. Udahlah kamu pulang aja. Lagi pula kita nggak punya urusan apa-apa." Putri mulai jengkel, kenapa seminggu ini Ethan bersemangat sekali meminta maaf. Memang maaf darinya sepenting itu? Putri sendiri saja tak merasa dirinya orang yang berharga.

"Dan satu lagi, kalau kamu masih gentayangan disini. Pembantu aku bakalan siram kamu pakai air cucian beras."

"Baiklah, besok aku akan datang ke sini lagi," sahut Ethan bikin Putri menjadi darah tinggi.

"Apa sih mau kamu? Kamu nggak salah apa-apa. Kalau kamu minta aku maafin, iya aku maafin. Tapi itu nggak mengubah apapun. Rasanya tetap buat aku sakit hati dan kecewa. Seluruh keluargaku menelantarkanku itu bukan atas keinginan aku. Latar belakangku yang buruk juga diluar kendali aku. Cukup Ethan, kalau kamu masih ada disini buat aku mengingat ucapan buruk orang tua kamu ke aku. Pulang aja sana!" Putri mendorong punggung Ethan susah payah, tubuh laki-laki itu tinggi besar dua, tiga kali lipat darinya.

"Oke. Aku pergi." Ethan murung. Berat hati dia beranjak keluar. Tapi sebelum pintu gerbang di tutup, Ethan menyipit tajam bagai pengintai pada Putri. "Besok aku akan datang lagi. Sampai perasaan kamu membaik. Aku orang yang nggak buta pada kesalahanku sendiri. Aku sadar diri, Put. Kamu teman ngobrol yang baik dan seru. Mana mungkin aku mau buat kamu kecewa."

"Ini orang! Pergi dari rumah gue!" Putri semakin gemas, nyaris saja dia melempar sandalnya ke muka Ethan. Dari dulu lelaki itu memang suka nggak jelas. Suka cengengesan, suka tiba-tiba ngamuk, suka membuat orang sewot.. Pasti dulu otak Putri miring pernah pacaran satu Minggu dengan Ethan saat SMA. Putri ingat mereka putus karena Ethan ketahuan naksir sama cewek lain dan menggoda cewek itu. Walaupun ketika itu Putri tak memiliki sedikitpun perasaan khusus pada Ethan sama seperti sekarang. Tetapi tingkah Ethan buat dia jengkel bukan kepalang.

Trust Your Heart [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora