69. Detakan Rindu (7)

5.5K 452 9
                                    

Up lebih awal nggak papa ya...
Happy reading...


Pada akhir pekan, Dwina menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur nyenyak dan membaca novel di atas ranjang. Dia benar-benar menikmati hari libur tanpa terlalu banyak pikiran. Semua rasa lelah serta beban di hatinya menghilang secara perlahan. Semua keadaan kembali ke sedia kala. 

Sedangkan mengenai tentang Putri, temannya itu sudah pulang ke rumah. Dia mulai tampak sehat, juga dalam kurun waktu dekat Putri bisa kembali kuliah dan bekerja. Itu berita baik. Putri melakukan beberapa pertemuan dengan seorang psikiater berpengalaman, bahkan Dwina pernah sekali menemani agenda konsultasinya. Dwina bisa melihat kalau Putri sudah banyak tersenyum dan hal tersebut sangat mengharukan. 

Dwina merenggangkan tubuhnya, diri dia semakin merasa malas ketika hujan turun kian deras seolah menina bobokan dirinya. Sepertinya hujan kali ini datang di waktu yang tepat. 

"Bangun wi, tidur melulu." Itu kak Bayu dengan berwajah cemberut sambil berdiri di daun pintu kamar Dwina. 

"Jangan gangguin aku. Hus..Hus.." Sahut Dwina sembari memberi isyarat tangan mengusir agar kak Bayu segera pergi dair pandangannya. Entah kenapa seorang kakak senang sekali menganggu kedamaian adiknya. 

"Bantuin masak nasi goreng tuh di dapur." Lanjut kak Bayu tak merespon sikap Dwina. 

"Kan kak Bayu yang disuruh. Kenapa jadi aku?" Suka begitu deh. Dwina memang sempat mendengar mama berteriak minta bantuan di dapur, lalu berakhir memanggil nama kak Bayu. 

"Anak cewek itu kerjanya masak. Bukan si anak cowok." Sifat kekanakan kak Bayu mulai kambuh. 

"Yey! Enak aja." Dwina melempar bantal ke kak Bayu namun kakaknya itu pintar menghindar. 

Sebenarnya kak Bayu bukan mempermasalahkan kodrat perempuan itu kerja di dapur, melainkan dia terlalu malas bergerak sama halnya dengan Dwina. 

"Ya udah bantuin sebentar lah, nanti biar cepet kelar kerjaannya. Kan kita saudara, jadi harus saling kerja sama membantu satu sama lain." Tangan Dwina ditarik-tarik supaya segera beranjak dari ranjang kemalasan. Kerja sama apaan? Ngupas satu buah bawang saja kak Bayu sudah nangis tersedu-sedu. Dasar laki-laki payah. 

Secepat mungkin Dwina mengumpulkan sisa-sisa semangat lalu ikut berjalan menuju dapur dengan langkah terseret. Mama sudah menyiapkan berbagai bahan serta menu tambahan seperti kembang tahu dan jahe yang cocok untuk dimakan saat suasana cukup dingin. 

Satu alasan kenapa Dwina menyukai keluarga ini adalah kesederhanaannya juga kehangatannya. Mungkin itu salah satu penyebab kenapa dia tidak terlalu terpaku oleh cinta buta. Perlu diketahui kembali Dwina bukan orang yang mudah tuk jatuh cinta hingga nyaris tergila-gila, bertindak sesuatu berlebih demi mengharapkan balasan perasaan serta dia sangat mengharapkan kesadaran tanggung jawab dan ketulusan dari seseorang yang dicinta. Atau bisa disebut berharap perasaannya dibalas. 

"Nanti kalau kamu udah nikah, urus suami kamu baik-baik." Mama mulai dengan sebuah petuah sambil menyiapkan rebusan jahe dan gula merah, sedangkan Dwina tak mengelak ucapan tersebut dan setia mendengarkan. Lanjut mama, "Jangan lupa, perempuan itu harus punya simpanan harta yang nggak boleh dikasih tau suami. Itu berguna buat sesuatu yang mendesak untuk kamu atau keluarga kamu nanti."

Trust Your Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang