92. Dinding Batas (5)

3.3K 345 14
                                    

Arya bergegas masuk ke dalam gedung mall. Dwina berkata dia menunggu di depan restauran makanan khas Solo. Hanya lima menit hingga akhirnya Arya menemukan Dwina berdiri dekat eskalator.

Mata mereka menemukan satu sama lain, mengundang senyum di wajah Dwina.  Namun tidak jauh dibelakang Dwina, Arya menangkap sosok laki-laki berjaket hitam dengan topi sewarna sambil menunduk hingga wajahnya tidak terlihat jelas. Siluet lelaki itu pernah ia lihat semalam. Tubuhnya tinggi bungkuk, memiliki rambut ikal serta pakaiannya kusut. Dia mempunyai aura yang tidak menyenangkan.

Senyuman Dwina menghilang mendapati ekspresi lembut Arya berubah kaku. "Ada apa?" Dwina mendadak bingung.

Lelaki asing itu langsung buru-buru pergi waktu menyadari kedatangan Arya dengan tatapan tajam ke arahnya.

"Katanya kamu sama Bayu. Bayu dimana?" Seru Arya pada Dwina.

"Baru aja pergi. Itu dia jalan keluar. Memang ada apa?" Dwina menunjuk sosok Bayu yang masih terlihat dari kejauhan sebelum menghilang ke pintu keluar.

"Nggak ada apa-apa. Ayo kita pergi, aku mau ajak kamu ke suatu tempat." Setelah itu Arya merangkul pinggang Dwina. Sepertinya Dwina tidak sadar apa yang terjadi. Tidak, Arya enggan memberitahukannya.

Mereka pun akhirnya pergi keluar gedung mall dan menaiki mobil. Arya tetap tidak menjawab ketika ditanya oleh Dwina kembali tentang kemana tujuan mereka pergi. Juga sepanjang perjalanan lelaki itu hanya diam saja. Padahal ketika tadi mereka menelpon, semua terdengar baik-baik saja.

Kenapa suasana hati Arya cepat sekali berubah-ubah? Dwina mengenggam erat seatbelt-nya sambil berusaha menahan diri untuk tetap tenang. Ia akan mengetahuinya nanti. Sebaiknya dia tidak mengkhawatirkan apapun.

Dua puluh menit kemudian mobil mereka berhenti di pelantara sebuah toko pakaian.
Arya menoleh ke arah Dwina, "ini toko butik rekomendasi teh Bika. Aku mau kamu beli gaun untuk acara pesta Sabtu nanti."

"Aku ingat, kamu pernah bilang itu waktu di Bandung."

"Aku hanya punya waktu hari ini untuk mengantar kamu belanja." Ketegangan di wajah Arya sudah hilang, Dwina bisa kembali tenang. "Ayo kita turun."

Dwina mengangguk patuh, iapun langsung turun dari mobil. Lalu Arya meraih tangannya, bersemangat menuntun dia ke toko butik tersebut seperti hal ini sudah dalam rencana Arya.

Toko butik khusus menjual gaun pesta, dari yang sederhana hingga termewah. Mereka memasang banyak pencahayaan di dalam toko untuk memberikan kesan menyilaukan mata hingga membuat gaun-gaun terpajang menjadi tambah indah. Para wanita pasti tak bisa memalingkan matanya.

"Apa kamu udah menyiapkan jas yang mau kamu pakai? Aku ingin mencocokkan warnanya." Tanya Dwina ketika ia melihat  banyak sekali pilihan gaun di rak gantungan.

"Aku udah pesan jas di toko langganan aku. Kira-kira seperti ini.." Arya mengeluarkan ponsel dan menunjukkan gambaran jas berwarna Navy Blue berdesain modern, memiliki garis-garis gelap berpadu rompi senada dan kemeja putih. Dwina bisa membayangkan pakaian tersebut cocok pada proposional tubuh Arya. Suaminya akan terlihat tampan sekali.

"Bagus. Aku suka." Dwina ingin memuji lebih dari pada itu. Namun dia harus memikirkan gaun apa yang cocok bersanding dengan Arya.

Dwina kembali berkeliling memilah gaun-gaun yang hampir mendekati warna jas Arya. Tanpa disadari langkah Dwina berhenti di depan gaun putih pernikahan terpajang mewah di tengah-tengah ruangan. Berkilau elegan dan menakjubkan.

"Kita sudah menikah, kenapa kamu masih melihat ini?" Arya menangkup kedua pundak Dwina.

"Karena gaun pernikahan itu luar biasa indah. Aku mengaguminya."

Trust Your Heart [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora