38. Merakit hati (6)

7K 582 5
                                    

Banyak orang mengatakan, asalkan dalam sehari memiliki waktu lebih dari 24 jam mereka pasti melakukan bisa banyak hal terutama orang yang mempunyai jam kerja padat.

Sosok Arya sedang menghela napas dalam, mobilnya bergerak memasuki basemen parkiran. Dia harus segera istirahat, maka dari itu acara makan dia bersama Putri terbilang cepat, tentu Arya juga punya alasan lain. Dia menjaga perasaan Dwina, perempuan yang sedang dia dekati.

Arya bergegas menaiki lift menuju apartemen, belum lama dari itu dia mendapatkan panggilan telpon Dwina yang sudah dia tunggu sejak pagi. Segera Arya mengangkatnya.

"Halo.." Seru Dwina dengan nada hati-hati. Pasalnya dia terlalu lama mematikan hp hingga tidak sadar kalau Arya menghubunginya.

"Iya." Dwina tak heran mendengar nada dingin Arya, dia pasti kesal sekali.

"Maaf aku baru sempat nelpon." Arya bisa membayangkan Dwina sedang meringis di seberang telpon. Perempuan itu sadar diri dimana letak kesalahannya karena membuat Arya frustasi.

Arya membuka pintu apartemen dan melesak masuk. Seekor kucing turunan murni Persia berbulu hitam pekat salah satu penghuni apartemen ini kini mulai menghampiri Arya. Ekspresi waspada kucing itu berubah menjadi manja. Arya tersenyum kecil sambil menggendong kucing bernama Mike itu ke kamar.

"Tadi kakak ada apa nelpon aku?" Dwina berdehem pelan.

"Mau tau kabar kamu. Aku pikir kamu hilang entah kemana." Arya memang sampai berencana menghampiri rumah Dwina, langkah terakhir ketika kesabaran dia pecah.

"Kabar aku baik-baik aja. Aku kuliah sampai sore, terus keasikan baca novel."

"Sekarang udah kelar novelnya?" Dwina tidak tahan dengan keacuhan Arya. Laki-laki sedang berbalas dendam.

"Udah kok. Ini mau lanjut baca novel yang lainnya." Dwina belum jera.

Arya merebahkan diri di ranjang lalu membelai kepala si kucing Mike, dia langsung mendengar dengkuran nyaman dari Mike.

"Itu suara apa kak?"

"Kucing peliharaan aku."

"Kakak punya kucing?" Bayangan Arya memiliki kucing belum terbayangkan sama sekali, maka dari itu Dwina sedikit terkejut.

"Kamu memang nggak suka kucing?" Sejumlah mantan pacarnya takut atau alergi pada kucing jadi dia lebih sering menyembunyikan keberadaan Gabe dan Mike dari orang lain demi kenyamanan bersama.

"Biasa aja. Intinya aku nggak benci kucing."

"Aku punya dua kucing namanya Gabe dan Mike. Kapan-kapan kamu boleh main ke aparteremen aku untuk ngeliat mereka."

"Aku lupa kalau kakak itu tinggal di apartermen." Orang-orang yang Dwina kenal kebanyakan bertempat di rumah biasa. Terlebih mama suka sekali bersosialisasi dengan tetangga hingga apartermen di anggap tempat paling terisolasi.

"Kenapa? Kamu kurang tertarik tinggal di apartermen?"

"Hem.. Sebenarnya aku bisa tinggal dimana aja yang penting nyaman. Sikap adaptasi aku lumayanlah, nggak terlalu buruk. Paling aku pengen banget punya perpustakaan kecil khusus untuk aku. Lemari buku aku sekarang udah nggak tertolong."

Trust Your Heart [END]Where stories live. Discover now