28. Tentang Dia (5)

7.9K 719 14
                                    

Hai., Bonus chapter hari ini

Selamat membaca 🤓🤓

____________

Arya menekan bell rumah berpagar hitam lalu tak berapa lama sosok anak kecil bertubuh gemuk keluar membukakan pintu dan mempersilahkan Arya dan Dwina masuk ke dalam rumah. Mereka mengikuti anak laki-laki yang sejak awal belum berkata apapun seolah menunjukkan jika dia anak pendiam.

"Sodaranya Bika ya?" Tanya seorang wanita paruh baya yang sedang menimbang Serin anak teh Bika di ruang tamu.

"Iya bu. Saya Arya adiknya teh Bika." Balas Arya ramah sambil menjabat tangan wanita tersebut.

"Ayo duduk dulu. Pasti pada capek karena buru-buru ke sini." Arya dan Dwina menuruti ucapan tersebut. Seorang pembantu lalu datang menyajikan minuman untuk mereka.

"Ibu kaget, jam sepuluh pagi tadi tiba-tiba pak Erwin suaminya Bika dateng mukanya panik banget sambil gendong Serin. Terus katanya Bika demam tinggi nyaris pingsan di kamar mandi."

"Iya aku dapet kabar kalau teh Bika kena demam berdarah. Orang tua aku juga mau dateng ke Jakarta."

"Maaf ya, ibu nggak bisa bantu banyak. Si Candra dari kemarin juga sakit, suhu badannya naik turun terus mau ibu bawa ke dokter hari ini. Dia belum makan apa-apa dari pagi karena radang." Ternyata anak laki-laki gendut jika diperhatikan secara baik wajahnya memang pucat dan lesu.

"Iya nggak papa bu. Ini juga makasih banget udah nungguin Serin. Saya kesini juga mau ngambil Serin sambil nunggu ibu saya dateng."

"Oalah gitu." Wanita paruh baya itu mengangguk paham. "Tadi pak Erwin ngasih kunci rumah, jadi ibu cuma ngambil susu sama popok aja."

Arya menerima sebuah kunci serta tas tangan berisi barang-barang Serin. Lalu Arya menoleh ke Dwina memberi isyarat agar dia menggendong Serin. Dalam benak Dwina pasti Arya tidak bisa menggendong anak bayi sama sekali, maka dari itu Dwina sangat di butuhkan di sini.

Dwina bangkit dari sofa lalu mendekat ke wanita paruh baya itu untuk mengambil alih gendongan Serin ke sisinya. Andai Arya tahu jika Dwina juga hampir lupa cara menggendong benar anak bayi. Perlu diingatkan lagi bahwa menahan leher dan kepala bayi itu sangat penting karena bayi belum bisa menahan beban kepala dan bisa berakibat cedera bila dia salah menggendong.

Jantung Dwina berdebar, dia kesulitan menelan ludahnya sendiri akibat kerongkongannya terasa kering. Aroma wangi bayi bernama Serin tersebut sangat harum, bayi itu masih dalam keadaan tertidur nyenyak bagaikan berada di rengkuhan ibunya sendiri. Serin telah berada di gendongannya, wanita paruh baya itu langsung membantu Dwina mengikat kain gendongan.

Dwina memperhatikan wajah kecil Serin kemudian tanpa sadar dia tersenyum menimang pelan bayi tersebut. Bahkan Dwina seperti tidak bosan menciumi gemas pipi Serin.

"Nanti kasih kabar lagi ya tentang keadaan Bika."

"Iya bu. Makasih banyak bu." Seru Arya lalu dia dan Dwina pamit pergi.

Mereka berdua jalan sebentar menuju ke rumah teh Bika. Setelah itu Arya mengarahkan Dwina ke kamar teh Bika untuk menidurkan Serin di ranjang namun baru beberapa detik diletakkan Serin langsung terbangun dan menangis.

Trust Your Heart [END]Where stories live. Discover now