62. Louis Tomlinson: Thankyou

383 29 10
                                    

Rec. Songs : One Heart/ Million Voices by New Empire (di mulmed, coba diplay, pas banget) // To Build A Home (the cinematic orchestra) // Sad Song by We The kings
Dedicated to : Madein-99

***

“Kapan kamu akan kembali ke Mullingar, Marcel ?”
                “ngga tau kapan”

                “Maksudmu ?” tanya Mom yang berusaha untuk sabar meladeniku . “Mom tahu, ini tidak mudah. Tapi mungkin memang ini yang  Dadmu inginkan, sayang”

                “Mom aku harus pergi, talk to you later. Bye, love you” aku langsung mematikan sambungan telepon lalu berjalan-jalan disekitar Dermaga  

                Again. Untuk yang kesekian kalinya Mom menggunakan alasan itu lagi hanya untuk membujukku pulang. Ya, aku tengah berlari sekarang, lari dari kenyataan bahwa Mom dan Dad resmi bercerai beberapa hari lalu dan rumahku berubah menjadi neraka. Richie-adikku tidak pulang sejak itu. Mom dan Dad tetap bertengkar, saling menyalahkan—sekalipun mereka sudah bercerai, dan aku memilih untuk kabur ke Somerset daerah pinggiran kota London.

 Kabur tanpa tujuan, berbekal dengan uang tabungan dan kartu kredit pemberian Dad. Aku hanya mengirim pesan untuk mereka berdua dan bilang jika aku butuh waktu sendiri dan mereka tak perlu khawatir soal itu.

“fuck, dingin sekali disini” seseorang dibelakngku mengumpat. Aku menoleh, menemukan seorang pria yang hendak melempar kaleng minuman ke arahku—Wait, kearahku ?  tunggu dulu!
                “Shit” kali ini aku yang mengumpat begitu kepalaku terkena lemparan kaleng minuman. “Sakit tau!”

Aku berharap laki-laki menyebalkan itu datang menghampiriku untuk meminta maaf, tapi ternyata dia justru cuek. Berjalan melewatiku begitu saja seolah-olah aku ini tembus pandang. Aku belum mati tau!

“Hey, tunggu!” aku mengejar laki-laki tadi dengan susah payah.

Tapi dia terlihat tidak peduli denganku yang berusaha untuk berjalan beriringan dengannya. Aku benar-benar tidak tahu siapa laki-laki ini karena sejak tadi ia berjalan menunduk dan tak kunjung mendongak. Aku tetap melangkah disampingnya, menunggu dia berbicara.

“Go away, its over” ucapnya pelan.
HAH ? Apanya yang berakhir ?
“Zayn, he left. Its over” ucapnya lagi tanpa mau menoleh atau mendongak.
Siapa Zayn ?

Aku menyentuh pundaknya yang langsung ditangkis oleh laki-laki tadi. Dia menatapku dengan  geram, seolah-olah dia ingin menelanku hidup-hidup. Tunggu, sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk menyuruhnya meminta maaf. Dia terlihat sangat kacau, wajahnya, pakaiannya, semuanya kacau.

“s-sorry” ucapku ketakutan. “a-aku tidak maksud mengganggu”

“Mengganggu ? memangnya sejak kapan kau tahu arti kata menganggu ? bukankah mengganggu, mengikuti orang dan mencapuri urusan orang lain adalah pekerjaanmu” laki-laki dihadapanku tersenyum sinis.

Ucapannya berhasil menghantar emosiku naik keubun-ubun. “Jangan sembarang berbicara, tuan sombong. Kau tadi melempar kaleng minuman ini-kan ?!”

Aku menunjukan kaleng minuman yang dia lempar tadi dihadapannya. “Kaleng sialan ini mengenai kepalaku dan aku tadi hanya ingin kau meminta maaf dan membuangnya ditempat sampah. Aku tidak peduli dengan urusanmu, karena aku tidak mengenalmu. Dan satu lagi, aku masih mahasiswa jadi mengikuti, menganggu dan mencampuri urusan orang lain bukan pekerjaanku. Paham, hah ?!”

Kami berdua saling bertukar pandangan, dia menatapku dengan tatapan intimidasi sementara aku memperhatikan penampilannya. Siapa laki-laki ini ? kurus, rambutnya panjang ia sisir kebelakang, bau alkohol dan kacau. Dia baru putus cinta ? wow harus sefrustasi inikah ? dia belum pernah melihat orang tuanya bertengkar dan bercerai dihadapannya sendiri ya ?

Clouds ❌ o.s [CLOSED]Where stories live. Discover now