42. Louis Tomlinson : Fix You

828 33 2
                                    

(Song : Fix You – Glee Cast version (additional Song : Invisble- Hunter Hayes, Photograph – Ed Sheeran) itu lagu yang anggi denger waktu nulis ini try to listen all of them, kali feelsnya nyangkut ^^)

***

“kalau suatu hari nanti aku melakukan kesalahan or something bad happen to me. What will you do ?”

“I will try to fix you”

“Will you leave me?”

“I wont, im promise”

**

Pukul dua siang kelas ekonomi selesai. Para mahasiswa dan mahasiswi dikelas ini akhirnya bisa bernafas lega setelah seharian ini lelah mengerjakan tugas yang diberikan oleh para Dosen. Mr. Flark keluar dari kelas disusul oleh para murid dibelakangnya. Rasa kantuk segera menghampiri dengan cepat, beberapa hari ini aku selalu terbangun saat tengah malam kemudian terjaga sampai pagi, mungkin karena terlalu banyak pikiran.

Dengan tergesa-gesa, kumasukan seluruh buku dan alat tulis yang tercecer dimejaku. Kulihat Louis sudah lebih dulu meninggalkan kelas, meninggalkanku entah untuk yang keberapa kalinya. Aku segera menyusul Louis yang berada cukup jauh didepanku, langkahnya membelok menuju lorong yang menghubungkan gedung ruang kelas dengan gedung ruang olahraga.

                Sudah pasti dia kelapangan basket. Aku tahu Louis akan lari kesana kalau ia sedang ada masalah. Menghilang selama yang ia mau dengan bola basket orange kesayangannya. Ketika aku sampai diruang olahraga, Louis tengah men-dribble bolanya dengan penuh emosi kemudian melemparnya ke ring.

                Meleset, dan memantul jauh kearahku. kutangkap bola tersebut dan berjalan menuju kearahnya.

                “Apakah aku melakukan kesalahan, Lou ?” tanyaku.

                Louis bungkam. Dia merebut bola yang kupeluk dan kembali melakukan aktivitas tadi. Men-dribble kemudian melemparnya ke ring, entah apakah itu namanya Slam Dunk or Chest Pass or Bounce Pass hanya dia yang tahu.

                “Louis, say something”

                Tiga tahun kami bersahabat. Louis sudah kuanggap seperti saudara laki-lakiku sendiri, kami selalu bersama dan dia adalah satu-satunya orang yang kupercaya didunia ini. Setiap hal kecil yang mengganggu ataupun terjadi pasti kuceritakan padanya. Kami selalu menghabiskan malam minggu kami bersama-sama mengingat kami berdua tidak memiliki kekasih. Louis sering main bahkan menginap dirumahku kalau Ayah masuk rumah sakit dan Liam terpaksa harus menginap dirumah sakit untuk menjaga Ayah.

                “Louis, please say something” aku kembali memohon. Mendudukan tubuhku disalah satu bangku penonton dipinggir lapangan. Louis memilih untuk men-dribble bola basketnya lebih keras dan diam membisu.

                Tiba-tiba saja sebuah pesan masuk ke ponselku. Ketika kubuka, nama Liam tertera dikolom pengirim.

                “Re, papa masuk rumah sakit. Kerumah sakit setelah kuliah selesai, okay ?”

                Aku mendesah pelan setelah membaca pesan Liam. Lagi-lagi untuk yang keempat kalinya dalam sebulan Papa masuk rumah sakit tanpa alasan yang jelas. Sudah beberapa bulan ini keadaan Papa seringkali memburuk sampai harus tinggal dirumah sakit. Aku dan Liam dulunya tinggal terpisah dengan Papa karena alasan pekerjaan, sekalipun keadaannya semakin buruk ia tetap mengotot untuk tinggal sendiri.  

Balik kepermasalahan awal. Aku menyayangi Louis, sungguh. Tiga tahun bersahabat, tidak ada rahasia diantara kami—kuharap. Menginap dirumah satu sama lain, tidur dikamar, berganti baju disatu ruangan. Hal itu bukanlah masalah bagi kami, like duh. Open up your mind!

Clouds ❌ o.s [CLOSED]Where stories live. Discover now