28. Harry Styles : Sad , beautiful, tragic.

1.2K 39 5
                                    

This is for @Dharold_ who is highly blessed and recommended untuk jadi tempat curhat. She has a power (secret power) BAHAHAHA LOL. nah She is nice, she is my nenek actually LOL *kabur* xo

***

                “Harry im afraid she wouldn’t make it”

                Damn. Kata-kata dokter terus kuingat. Sudah empat jam, Day berada didalam ruang operasi dan belum juga ada kabar mengenai keadaannya. Bagaimana dengan anakku ? Bagaimana dengan Dayanti ?. kami sudah berhubungan selama tiga tahun, since I was in X Factor. Dia adalah orang yang menarik kerah bajuku lalu dibawa kemeja pendaftaran audisi.

                Dia juga yang rela menemaniku selama dua hari mengantri untuk menunggu giliran audisi. Dia dan senyumannya yang tak pernah terpisahkan. We are not married, yet. Tapi tampaknya Tuhan memberi kami berdua hadiah lebih awal. Sembilan bulan yang lalu, ketika aku tengah berada diruang rekaman Day menghubungiku dan bilang jika dia hamil. In that time, aku merasa sangat bahagia dan excited untuk menjadi seorang Ayah.

                AKu tahu, mungkin akan susah nantinya. Karena aku tidak melanjutkan kuliah, I am just a boyband member yang karirnya tidak menentu dan sangat unpredictable. Aku tahu, aku juga masih muda bahkan tidak tahu bagaimana caranya memakaikan popok bayi. Tapi aku tahu, selama aku memiliki Dayanti maka semuanya akan baik-baik saja. Kami bisa melewatinya.

                “Harry, calm down” ujar Niall ketika melihatku berjalan mondar mandir dihadapannya dengan gelisah.

                Dia satu-satunya orang yang bisa datang kerumah sakit untuk menemaniku. Sementara yang lainnya masih berada dirumah maisng-masing dan akan datang besok pagi. Mom dan Dad juga baru bisa datang besok pagi. Gemma dalam perjalanan. Lagipula ini jam dua subuh, memangnya ada yang mau mati kedinginan jam dua subuh ?

                “Bertahanlah, Day kumohon”

                Tak lama, beberapa orang dokter keluar dari ruang operasi sambil mendorong sebuah incubator. Aku berlari mengikuti mereka, tapi sialnya dicegah. Saat kutanya apakah itu anakku atau bukan mereka tidak menjawab, ketika aku bertanya mengenai keadaan Dayanti didalam sana taka da satupun yang mau angkat bicara. Mereka hanya menatapku dengan tatapan prihatin.

                Niall menjemputku untuk kembali duduk dan menunggu didekat ruang operasi. Hingga akhirnya seorang dokter keluar dari ruangan. 

“Harry Styles, Dayanti’s husband ?”

“Iam” jawabku.

Perasaanku mulai tidak enak ketika mlihat raut wajah dokter tersebut.

“Dia tidak akan bertahan lama, dia mengalami pendarahan hebat. And she wants to see you”

Kalian tahu rasanay ketika seorang dokter memvonis hidup orang yang kalian sayangi seennaknya ? bukan menyakitkan. Tapi kesal, dan aku benci itu. aku benci ketika Dokter melakuakn hal-hal yang seperti itu.

Tanpa pikir panjang, aku masuk kedalam ruang Operasi. Dayanti sudah siuman walaupun masih harus ditunjang dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya. Ia menepuk sisi tempat tidurnya. Memintaku untuk mendekat.

“Harrk..” nafasnya tersengal dan matanya menyiratkan ras asakit yang amat dalam. “Har..”

“SSt.. Im here, Day”

“Bag-kh, bagaiman anak kita ?”

Air mataku sukses terjatuh ketika melihatnya terbaring lemah dan tidak bisa berbicara. Biasanya dirumah dia adalah satu-satunya orang yang tidak pernah berhenti berbicara. Ia akna mengoceh mengenai smeua hal yang menurutnya perlu ia bicarakan. Dan aku tidak akan eprnah lelah menanggapinya, she is so precious.

“She is beautiful, persis seperti dirimu”

“tell her, kalau ibunya sangat menyayanginya”

“I will. Tidurlah, Day. Aku akan menjagamu. Nanti kita bisa mengunjungi bayi mungil itu bersama”

Ia tersenyum. Bahkan ditengah wajah pucatnya ia maish bisa menampakkan senyum manisnya. Ia menyatukan tangan kami. Menggenggamnya dengan erat, sungguh dia adalah wanita paling kuat yang pernah kutemui.

“I have something for you, ask the nurse later”

Dengan begitu ia terlelap, matanya dengan damai tertutup dan nafasnya berhembus dengan sangat teratur. Jari-jarinya dingin, wajahnya semakinn lama semakin pucat. Dan aku tahu, she will no longer alive. Dia akan pergi. 

Suara mesin pendeteksi denyut jantung berbunyi nyaring. Hanya ada garis horizontal disana, tidak ada tanda-tand abahwa jaantung gadis itu itu berdetak. Genggamannya terlepas begitu saja dan para suster kembali masuk keruangan. Niall menarikku untuk menjauh dari Dayanti, membuat genggaman tangan kami terlepas.

“Pukul berapa sekarang ?” Tanya sang Dokter.

“3.40, Dok”

“Time of Death 3.40” ujar Sang Dokter. Ia menunduk sejenak dihadapan Dayanti sebelum pergi meninggalkan ruangan. Para suster segera melepas alat-alat medis dari dayanti, dan menutup wajahnya dengan kain putih.

Time Of Death 3.40 AM

Aku berpaling kepelukan Niall, tak kuasa menerima kenyataan bahwa kekasihku pergi begitu saja. Niall membawaku keluar ruangan, membimbingku menuju ruang perawatan Bayi. And I see it, aku melihat bayi itu tengah berjuang didalam sana. Tubuhnya mungil sekali, terlihat sangat ringkih. Ibunya sudah lebih dulu menyerah, dan bayi mungil ini masih berjuang dengan bantuan suster-suster yang ada.

Berjuanglah nak, demi Papa. Papa menunggumu disini, Papa sudah berjanji akan mengenalkanmu pada Dunia. Bertahanlah sayang demi papa.

Beberapa Kemudian

Aku bisa membawa gadis kecilku pulang kerumah, aku bisa mengenalkannya pada dunia. Mengenalkannya pada paman-pamannya yang aneh, mengenalkannya pada kakek dan neneknya. Aku bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ayah bagaimana mengesankannya mengenalkan anak sendiri pada orang-orang, meskipun Dayanti tak lagi ada disisku.

***

“Alexis, lihat kesini !”

Gadis mungil itu menoleh. anak-anak rambut yang tumbuh dikepalanya beterbangan tertiup angina, balutan jaket training berwarna merah yang ia kenakan ikut tertiup angin. Tawanya berhasil terbidik oleh kamera ponselku.

Kami tengah menikmati sore ditaman dekat rumah. Kebetulan cuaca sedang cerah jadi aku memanfaatkan waktu untuk berolahraga bersama Alexis dan juga Niall. Hanya saja Paman Alexis yang satu itu sudah lebih dulu lari didepan.

Alexis berlari kearahku minta digendongku. Ia memukul pundakku dengan kesal, tahu bahwa dirinya baru saja diphoto.

“Pa, mama itu seperti apa ?” Tanya Alexis ketika berada dalam gendonganku. Umurnya sudah lima tahun, dia selalu kuajak kemanapun aku pergi. Dia selalu bersamaku.

“She is smart, dia cantik, dia sopan, dia sempurna ditengah ketidak sempurnaannya” jawabku. “Kau merindukannya ?”

Dia mengangguk lemah. Aku sering menunjukan foto-foto Dayanti padanya entah saat kami masih awal-awal pacaran sampai saat ia mengandung. Jadi Alexis bisa mengenal ibunya, aku sering mengajaknya menonton rekaman Dayanti ketika ia sedang hamil. Jadi Alexis ttahu bahwa ia dicintai , ia bisa mengenali suara ibunya.

“Nanti kita temui Mom, ya”

***

VOTES AND COMMENTS kalo engga anggi cium nanti satu-satu! xo

Clouds ❌ o.s [CLOSED]Where stories live. Discover now