22. Harry Styles : After (3 years) 7 Days

1.2K 39 7
                                    

    

                “Esther ?”

                “Yes, iam”

                “We are sorry, we couldn't save him. He is gone”

                “Oh”

                Hanya kata itu yang mampu kuucapkan untuk merespon ucapan sang Dokter, bukan maksud tidak sopan. Tapi saat ini hanya kata itulah yang mampu kuucapkan untuk menanggapinya. Jadi tolong jangan salahkan aku.

                Inikah akhir dari semuanya, Harry ? Batinku bertanya.

                Kakiku melangkah mundur dengan teratur, tanganku meraba dinding terdekat yang ada untuk menompang tubuhku yang merosot kelantai. Nafasku terasa sesak, dadaku terasa sangat sakit, aku ingin menjerit kehilangan, menangis layaknya aktris yang tengah bermain peran. Tapi aku tidak bisa, yang kulakukan hanyalah duduk, memeluk kedua lututku dan diam.

                Gemma, Anne dan Des yang baru datang langsung masuk kedalam ruangan untuk menemui Harry. Mereka terlihat jauh lebih kacau dibandingkan diriku, hati mereka tentu jauh lebih sakit dibandingkan diriku. Aku mengintip dari celah pintu, mereka menangis histeris bahkan Gemma terlihat mengguncag-guncang tubuh Adiknya yang tengah terbaring ditempat tidur, tidak bernyawa dan ditutup oleh kain putih.

                Aku berusaha semampuku untuk bangkit dan pergi. Aku menutup kedua telingaku berusaha untuk mengacuhkan suara tangisan mereka yang terngiang dikepalaku. Aku tidak ingin mempercayai ini semua. Semuanya terlalu cepat. Baru minggu lalu hubungan kita berganti dari sahabat menjadi berpacaran setelah tiga tahun aku mengenalmu, setelah tiga tahun aku menjadi sahabatmu, setelah tiga tahun aku menemanimu kemanapun kamu berobat. Setelah tiga tahun aku berada disisimu.

                Aku ingat, minggu lalu Harry baru saja mengatakan perasaanya padaku. Baru minggu lalu ia membuka haatinya dan membuang prinsip bodohnya yang sangat tidak masuk akal.

                “Aku tidak ingin kita berhubungan lebih dari seorang sahabat karena aku hanya akan melukaimu kelak ketika aku pergi”

                Haruskah kita berakhir seperti ini, Harry ?

.

.

                Hari itu juga, kau dilepas. Sesuai dengan keinginanmu.

Keluargamu terlihat sangat sibuk dengan acara pelepasanmu – maaf tapi aku lebih suka menyebutnya dengan pelepasan dibanding pemakaman. Aku hanya duduk diluar, jauh dari tempatmu dibaringkan. Tanganku begetar ketika menerima segelas the dari Gemma. Kakakmu terlihat sangat cantik bahkan dengan matanya yang sembab. Dia memelukku Harry, kau tahu ?  Dan kami menangis, berdua.

                Andai saja kau mau menuruti perkataanku untuk tidak bergabung bermain basket dilapangan, mungkin saat ini kau sedang berada diruangan kemoterapi bersamaku. Kita pasti masih bisa bercanda, kita pasti masih bisa meledek satu sama lain atau meledek salah seorang petugas rumah sakit hanya untuk mengacuhkan rasa sakit yang kau rasakan akibat jarum-jarum suntik itu. Dan mengesampingkan rasa takutku akan kehilangan dirimu.

                Kau berjanji padaku untuk sembuh, kemana janji itu ?

                “Aku akan sembuh dan nanti kita akan masuk kuliah bersama”  itu janjimu, how could you leave me this way ?.

Clouds ❌ o.s [CLOSED]Where stories live. Discover now