15. Harry Styles : Unexpected

1.4K 55 10
                                    

“I love You..”

“I love you too”

“berjanjilah untuk pulang”

“aku janji aku akan pulang untukmu”

 

***

"He is fine.. he is gonna be fine. Sarah" aku mensuggesti diirku sendiri agar tenang. Sudah dua jam aku terduduk dikamarku sambil memainkan jari-jariku untuk menghilangkan rasa gugup dan juga rasa khawatir yang menurutku berlebihan ini.  

Kulihat jam didinding menunjukan pukul sepuluh pagi. Masih pagi tapi matahari sudah menolak untuk memancarkan sinar cerahnya dan memilih untuk bersembunyi dibalik awan kelabu yang terlihat sangat berat dan siap untuk menjatuhkan air yang ikut bersamanya. Aku duduk dikursi kamarku menanti kedatangan Harry dengan antusias. 

Aku tak sabar ketika ia berbicara pada kedua orang tua kami mengenai keinginannya untuk menikahiku, caranya bersumpah dihadapan mereka, caranya menyatakan alasan kenapa ia memilihku untuk menjadi pendamping hidupnya, bagaimana bahagianya ketika kami saling berkenalan dengan keluarga masing-masing, bagaimana Harry mengucapkan janji sehidup semati dihadapan para undangan dan juga pendeta  yang menjadi saksi. Sungguh, aku bisa saja pingsan ketika nanti semua itu menjadi kenyataan. 

Satu jam lagi ia akan datang dan menepati janjinya, kamu harus yakin itu sarah. 

"Sarah..." Panggil seorang perempuan. Aku menoleh. mendapati ibu berdiri tak jauh dibelakangku. Gaun putih yang ia kenakan terlihat sangat pas ditubuhnya. Gaun itu memang tidak baru, bahkan sudah berumur lebih dari lima belas tahun. Aku ingat sepulangnya Ayah dari Basecamp, beliau memberikan gaun itu untuk Ibu diulangtahun pernikahan mereka yang kelima.

"Mom…” aku menjemputnya lalu mengajaknya duduk disofa. “Ada apa ?”

"Kamu akan menikah sebentar lagi. Kamu sudah dewasa, menurutlah pada Harry dan hormati dia. Ga boleh egois karena kamu punya tanggung jawab, dan kamu bukan lagi tanggung jawab Mama atau Papa. Keputusan semua ada ditangamu dan harry, apapun yang terjadi dan konsekuensinya harus kalian tanggung bersama” Mom mengelus puncak kepalaku dengan lembut.

Kuusap air mata Mom yang tanpa sengaja terjatuh. Aku paham betul kalau Mom belum siap untuk kutinggalkan mengingat aku satu-satunya anak yang ia miliki. Mom seringkali menaruh beberapa keinginannya padaku dengan harapan kelak aku bisa mewujudkannya.

“Mom, jangan menangis. Aku akan mengunjungimu ketika Harry sedang bertugas, dank au bisa mengunjungi kami kapan saja” hiburku. Mom tersenyum sambil mengangguk. “Iya nak,  Mom percaya”

"Mom hanya takut kalau kamu tidak akan tahan. Menikah dengan seorang tentara angkatan darat tidaklah mudah, sayang" tambah Mom. 

Aku tersenyum. Memeluknya dengan erat. "Aku tahu mom. Aku bahkan hapal dengan se--"

Ucapanku terputus begitu saja ketika mendengar kericuhan yang terjadi diluar rumah. Kulihat jam didinding sekali lagi. Pukul sebelas, mungkin Harry sudah tiba makannya diluar ramai. Mom bangkit dari tempatnya untuk menyematkan setangkai bunga mawar dirambutku yang sudah rapi. Ia tersenyum setelah mengusap kedua pundakku.  "Tersenyumlah,apapun yang terjadi. Sayang" pesan mom sebelum keluar dari pintu meninggalkanku sendirian

Kutatap bayanganku dicermin sekali lagi sebelum mengambil sebuket bunga putih dimeja rias dan melangkah keluar, bersiap untuk menyambut Harry yang sebentar lagi akan menjadi suamiku.

Gaun pernikahan berwarna putih yang Harry pilih begitu juga dengan sebuket bunga mawar berwarna putih dan merah muda yang ia pilihkan untukku. Semua ini adalah keinginan Harry dimulai dari tanggal, waktu, tempat, sampai dekorasi semuanya Harry yang memilih tiga bulan yang lalu sebelum ia pergi bertugas. Dia bilang kalau hari ini adalah hariku, akulah putrinya dan dia adalah seorang pangeran yang datang menjemputku. 

Clouds ❌ o.s [CLOSED]Where stories live. Discover now