41. Louis Tomlinson : Hurts

912 35 4
                                    

(Play lagu di mulmed dan liat Louis ya disebelah, noh disebelah. Instrumentnya bagus (Excuse the imagines, kalo mau baca juga boleh itu bagus kok imaginenya di YT), ciyus) ***

               “Bagaimana keadaannya ?”

                “Baik-baik saja, dia mulai membaik”

                “Syukurlah kalau begitu”

                “Jadi, kapan kau akan menemuinya ?”

                “…Aku tidak tahu—kuharap secepatnya, nanti kuhubungi lagi ya, Terima kasih Ni”

                ***

                Usai menelpon Niall, aku naik kejendela hanya untuk duduk disisinya sambil memeluk kedua lututku. Langit sore ini terlihat mendung walaupun masih bisa kulihat Matahari diujung sana beranjak pulang kerumahnya.

                Kukeluarkan foto kami berdua yang sedaritadi kukantongi. Louis berdiri disampingku, tangan kanannya merangkul leherku dan kami berdua tersenyum. Aku ingat, itu saat kami berdua tengah berada diacara ulang tahun Niall. Foto terakhir yang kami ambil sebelum semuanya berubah.

                Dimanapun dia berada saat ini, kuharap Eleanor merawatnya dengan baik. Dan yang paling penting, kuharap ia bahagia walaupun bukan bersamaku.

                Empat tahun aku mengenal Louis, empat tahun kami bermain bersama sampai-sampai dijuluki Amplop dan Kertas surat hanya karena kami selalu bersama-sama, empat tahun bukan waktu yang singkat, empat tahun cukup untuk mengukir kenangan-kenangan indah untuk satu sama lain dan begitulah yang terjadi sebenarnya. Tapi Louis sudah melupakannya akibat kecelakaan yang dialaminya enam bulan lalu.

                Aku menangis terisak ketika tahu bahwa keadaan Louis sudah membaik, pasti Eleanor merawatnya dengan sangat perhatian. Aku memutuskan untuk menjauh dari Louis lantaran Ibunya menentang hubungan kami. Aku bukan wanita kaya yang bekerja sebagai model, aku hanya seorang guru musik dan penghasilanku tidaklah seberapa. Tidak sebanyak Louis dan keluarganya atau bahkan Eleanor.

                “Na..” panggil Ibu dari bibir pintu. “Sabrina sayang..”

                Aku segera menghapur air mataku dan menoleh kearah pintu, menemukannya berdiri masih memakai apron berwarna biru. Apron yang pernah Louis gunakan ketika memasak bersama keluargaku. Aku turun dari jendela untuk menyambut pelukan hangatnya.

                “berhentilah menangis, sayang. Kau sudah  memilih untuk merelakannya, lantas sekarang apa yang kau tangisi ?”

                “aku merindukannya Mom, aku mencintainya”

                “tapi dia, bukanlah Louis yang dulu. Mom takut kalau suatu saat nanti kalian bertemu dan dia sama sekali tidak mengingatmu itu akan terasa lebih menyakitkan. Belajarlah untuk merelakannya seperti yang sudah kau pilih”

                Aku sudah mencobanya selama ini. Selama enam bulan tapi tidak bisa, aku selalu berakhir menghubungi Niall hanya untuk mengetahui keberadaannya. Aku selalu berakhir menunggu pesan terbaru dari Niall mengenai Louis sambil duduk dijendela. Kemanapun aku pergi dan apapun yang kulakukan, semuanya mengingatkanku pada Louis.

                Setiap kali aku bergabung dalam suatu perbincangan atau tengah melakukan sesuatu, aku tidak bisa berhenti untuk tidak mengatakan kalimat, “dulu aku dan Louis..” yang mana justru membawaku kembali ke masa-masa dulu. dan aku selalu mengatakan hal itu, kemudian  orang-orang disekitarku hanya akan menatapku dengan tatapan kasihan.

Clouds ❌ o.s [CLOSED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang