39. Niall Horan : Goodbye...

985 44 10
                                    

(Song and Niall Gif on Multimed, might as well play it) ***

“You said you’re scared, but I’ll catch you if you fall, don’t fear. Im right here”

                ***

“Kamu takut ?”

“takut ? akan apa ?” aku berbalik bertanya.

“Akan kematian” jawab Niall sambil mengeratkan selimut putih yang membungkus tubuhnya. Tangannya yang menyembul dari barik selimut sibuk memainkan balon air yang ia pegang.

Aku menutup buku yang sedari tadi kubaca lalu menggerakkan kursi roda milikku agar mendekati Niall. Kami bersisian sekarang, kutatap wajahnya yang tampan.

Pria disampingku ini memiliki ketakutan akan kematian, dia takut sekali jika suatau saat nanti ia harus pergi meninggalkan dunia yang—sering kali –ia katakan indah namun juga menyebalkan. Dia suka protes kenapa manusia-manusia yang sakit parah seperti kami harus dikurung dalam rumah sakit, dan dia juga suka memuji seberapa besar keagungan Tuhan hingga bisa membuat pesawat  terbang seberat dan sebanyak itu terbang lalu lalang dilangit. Ha! kalian pasti tidak pernah berfikir soal itu kan ? yang hanya kalian tahu hanyalah “naik”nya saja. Dasar.

Kami berdua berbeda bahkan hampir tidak memiliki kesamaan. Niall itu pejuang, dia berjuang untuk hidup meski ia tahu bahwa semuanya hanya akan sia-sia. Dia percaya akan keajaiban. Sementara aku, si pasrah. Aku pasrah menyerahkan hidupku pada Tuhan karena aku yakin, beliau punya rencana yang indah untuk orang-orang seperti kami.

“Aku dulu takut akan kematian, tapi kemudian aku sadar. Semua orang akan kembali Niall, pada akhirnya kita semua akan kembali dan tidak akan ada yang selamanya abadi”

“Apa yang kau takutkan saat ini ?” tanyanya lagi.

“Cinta” jawabku tanpa basa basi. Niall menatapku seolah meminta penjelasan mengenai ucapanku barusan.

”Aku takut kalau aku harus jatuh cinta dalam keadaan begini karena aku tahu, diakhir nanti aka nada yang terluka karena ditinggalkan atau meninggalkan”

Niall tiba-tiba saja sudah terisak ditempatnya. Kuraih tangannya yang dingin kemudian ku genggam. Kami biasa melakukan hal ini untuk menangkan satu sama lain dan coba tolong jangan berpikir bahwa kami berdua pacaran karena kenyataannya adalah, tidak.

“kamu takut ?” tanyaku. Niall mengangguk.

“Yang aku lihat, selama ini kamu takut akan kenyataan. Kamu takut untuk menerima bahwa kenyataannya orang-orang seperti kita ini memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk bertahan hidup. Kau tidak bisa bersembunyi terus, kau harus belajar menerimanya, Jangan takut.”

“aku tidak tahan melihat Ayah dan Ibu menangis hampir setiap hari,Dee. Kau lihat sendiri kan, lantas kalau suatu saat nanti aku pergi bagaimana dengan mereka ?”

“Mereka akan menerimanya, di awal mereka akan butuh waktu”

Saat kami berbincang-bincang dua orang suster datang menghampiri. Waktu beranjak petang dan sudah saatnya kami untuk kembali kekamar dan makan malam. What do you expect from us ? Kami berdua hidup dengan kanker, gagal ginjal, jantung dan masih banyak lagi. penyakit mematikan itu adalah teman hidup aku, Niall dan orang-orang yang berada dirumah sakit ini.

Niall memiliki penyakit gagal ginjal, sementara aku kanker otak stadium tiga. Tidak ada harapan untukku hidup lebih lama dari yang sudah divonis-kan oleh Dokter, kalau Niall masih bisa diselamatkan, mungkin.

Tempat tidurku dan Niall disatukan dalam satu kamar besar jadi hanya perlu menyibak tirai saja kami sudah bisa berbicara. Niall biarpun sakit seperti itu masih bisa bercanda dan makan. Dia akan dengan senang hati memakan makananku.

Clouds ❌ o.s [CLOSED]Where stories live. Discover now