68. Harry Styles : Over Again

303 27 29
                                    

"I don't care, I need you"

**

Aku mondar mandir diruang tengah menunggu Harry yang tak kunjung datang. Sudah pukul satu pagi dan dia belum juga kembali dari mengambil cincin tunangan kami ditoko padahal dia janji akan kembali saat makan malam. Ponselnya mati dan teman-temannya sama sekali tidak tahu soal keberadaan Harry yang semakin membuatku khawatir.

"Im home!" suara Harry terdengar dari teras depan.

Kaki melangkah dengan tergesa-gesa menghampiri Harry yang terlihat mabuk dengan sebotol minuman keras ditangannya. Besok adalah hari pertunangan kami dan dia memilih untuk mabuk mala mini ? susah dipercaya. Tiga tahun kami berpacaran, Harry seperti memiliki dua kepribadian, sikapnya susah ditebak. Jika aku tidak menuruti keinginannya maka dia akan marah dan bersikap kasar, tapi ada saat-saat tertentu ketika dia bersikap sangat baik dan lembut, Harry seperti memiliki masalah dalam mengatur emosi. Selama ini akulah yang berusaha untuk menahan amarah tiap kali Harry bersikap seperti ini.

"Harry!" aku berusaha menahan emosi. "kemana saja sejak tadi siang ?!"

Harry tertawa, ia mendekatiku kemudian menunduk mensejajarkan wajah kami. "siapa kamu mengatur hidupku ?"

"aku..." sialan. "...kita akan bertunangan besok! Aku ini calon tunanganmu!"

"im the man here, incase youre forget" ucap Harry kasar sambil berjalan memutariku dengan tatapan intimidasi.

"Harry, come to bed, please" aku berusaha membujuk Harry seperti yang selama ini kulakukan. "ayo istirahat, besok adalah hari besar untukmu, untukku"

"apa ?" Harry mencemoh. "hari pertunangan kau bilang hari besar ? cih"

Sabar Grace, sabar. Gadis batinku sibuk mengipas dirinya yang emosi.

"Harry, please can we just come to bed and sleep ?"

Ini yang aku tak suka dari Harry. Harry tidak suka berdiskusi, dia benci pembicaraan panjang yang justru membuatku serba salah. Tiap kali diajak berdiskusi, dia akan memotong ucapanku dan menganggapnya tidak ada. Tak jarang sikap Harry yang seperti ini sering kali membuat kita bertengkar dan aku selalu menjadi yang satu-satunya mengalah.

"aku yang mengatur semua bukan kamu!" Bentak Harry kasar.

"Harry a—" sekeliling mataku terasa panas, emosi dan kekesalan didadaku memuncak sampai-sampai membuat sesak.

"Kamu hanya wanita yang harus menuruti semua perintahku, remember I pay for everything, you better be a good girl and do what I said, bitch"

Bitch. Dia baru saja memanggilku jalang dan mengungkit kuasa yang dia punya atas hubungan kami dan apa yang sudah dia lakukan padaku. Kami akan bertunangan besok dan dia memanggilku jalang ?

That's it. Aku muak, selama ini aku berusaha menahan amarahku dan ternyata Harry tidak berubah. Dia tidak pernah menghargaiku. Dia tahu tidak aku seharian khawatir ?! aku sama sekali tdak berselera makan setelah tahu jika pria itu tidak kunjung kembali dan tak bisa dihubungi ?! dan dia dengan teganya bilang kalau aku ini jalang ?

Laki-laki brengsek.

"that's it Harry"

"What ?! what are you gonna do about it bitch ?"

Aku menampar pipi Harry, cukup untuk menimbulkan memar merah dipipinya. "shit" ringis laki-laki itu kesakita.

"im out" ucapku lirih. Sambil menatap Harry dengan tatapan heran campur tak percaya.

"So youre gonna leave ? " Tanya Harry ketika aku sudah melangkah menjauhi dirinya. "Fine! I don't care!"

"Oh.." aku berhenti ditempatku dan berbalik. "we need a break. I don't care about our engagement, our family relationship or even about you. Leave. Me. Alone. "

Clouds ❌ o.s [CLOSED]Where stories live. Discover now