45. Niall Horan : Wanted

706 31 1
                                    

DEDICATED TO RANIAAAAA BABY HUNEY.
(rec: please denger lagunya Hunter Hayes yang WANTED biar dapet feelsnya HEHE)

(i think Rania udah bobo, its 23:47 in JKT right now. so good night and sleep tight! everyone!
dan maap, engga pake link gambar atau Youtube ya, anggi lagi diJKT dan ini ngetiknya full pake hape bukan laptop. plus belum bisa dedicate.)

***
"you know i'd fall apart without you. i dont know how you do what you do. cause everything that dont make sense about me,make sense when im with you"
aku tekekeh geli ketika Harry  menyampirkan dagunya dipundak kananku. kedua tangannya memeluk perutku menimbulkan rasa geli yang lebih hebat dari sebelumnya.
"and i wanna call you mine, wanna hold your hand forever and never let you forget it, baby i.. i wanna make you feel wanted"
aku teringat akan Harry, pria polos itu bagaimana kabarnya ? sudah bisakah dia move on ? rasa bersalah berkecamuk didadaku ketika teringat akan Harry dan kenangan-kenangan kecil kami semasa pacaran.
aku merindukannya, sungguh. aku mau menukar apapun hanya untuk bisa kembali lagi ke Awal. Awal dimana semuanya hanya tentang kami berdua,tidak ada orang lain. tidak ada dilema menyesatkan, belenggu, dan perselingkuhan. if fall in love with two people, choose the second one because if you love the first one, you wont fall for the second is that quotes from John Mayer does exist in real world ?  last time i checked, aku mengikuti quotes tersebut and BAM aku menyesal. aku melepas Harry untuk orang lain yang ternyata tak mecintaiku sama seperti yang Harry lakukan. not even close. Aku bahkan tidak tahu apakah laki-laki itu masih menganggapku pacarnya atau hanya seorang wanita yang bisa ia suruh.
aku menatap foto kami berdua yang terpajang diatas lemari tv, kami tengah berlangkulan sambil memakai baju berwarna pastel. Kupikir ia mencintaiku sepenuhnya, kupikir melepas Harry untuk orang itu adalah keputusan yang baik, but he is mot worth it. Harry is way better than him, they way he treat me is way better than him.
"Raniaaaa!" panggilnya dari bibir pintu kamar tidur. "Rania..!!!!"
see ? dia pikir aku ini babu ? keluhku.
"Coming!!" sahutku sambil beranjak dari sofa yang kududuki dan segera menyusulnya ke atas.
Niall Horan, dialah yang sedari tadi kubicarakan. pria ini seperti hidup dengan dua kepribadian. Dia bisa berubah menjadi sangat menyeramkan dan suka bermain tangan jika sedang kasal, dan juga berubah menjadi sangat lemah lembut didepan umum. aku sendiri yang sudah berpacaran dengannya selama satu tahun saja masih belum bisa mengenalinya apalagi kalian.
"Kau lihat tidak jas hitam milikku ?" tanyanya ketika aku sampai diatas. "jas yang akan kupakai untuk wawancara pekerjaan hari ini ?"
"tidak lihat,coba sini  kubantu untuk mencarinya"
aku lantas masuk kedalam kamar dan membuka isi lemari pakaian Niall yang berantakan seperti kapal pecah, hampir setengah jam aku mencari sambil merapikan lemarinya tapi tak juga kutemukan. Niall terlihat kesal,wajahnya bersungut-sungut sambil menyumpah serapahi jasnya yang hilang.
Mataku menangkan selembar kertas berwarna hijau yang merupakan Bon dari Laundry langganan Niall. segera kuambil untuk kutunjukkan pada Niall.
"Niall,lebih baik sekarang kau bersiap-siap lalu sebelum ke stasiun kereta mampir ke Laundry untuk mengambil jasmu. bagaimana ?" tawarku sambil membantunya memasang dasi pada kemejanya.
niall yang awalnya terlihat ragu akhirnya mengangguk setuju. "baiklah,aku pergi ya" pamitnya ketika aku sudah selesai menjepit ujung dasinya dengan baby pin hitam milikku. Pria itu merapikan CV-nya kemudian memasukkan kedalam tas, ia mampir kehadapanku sebelum pergi. diciumnya keningku dengan lembut, membuatku kembali bertanya-tanya akan perasaanya padaku dan... perasaanku padanya.
"i love you, please remember that"
"i love you too, take care"
***

usai berbelanja makanan untuk Niall aku segera keluar dari supermarket dan berjalan kaki pulang ke apartement pria itu. sebentar lagi dia pulang dan kuharap ia diterima sebagai manager salah satu restauran kesukannya. diterima atau tidak, aku akan tetap memasak makanan kesukaannya. sudah lama aku tidak memasakannya lantaran pertengkaran konyol yang sering terjadi dan kami besar-besarkan.
"Rania!!!"
aku nyaris menjatuhkan kantung belanjaanku ketika mendengae suara itu. takut, kupercepat langkahku agar tidak bertemu atau bahkan tertangkap olehnya. Panggilannya semakin menjadi-jadi dan aku tahu bahwa ia tengah mengejarku.  jangan sekarang, kumohon jangan sekarang. jangan menimbulkan kegalauan dihatiku, kumohon pergilah... enyahlah kamu untuk sementara. aku belum siap dan tidak siap untuk bertemu denganmu, jangan membuat kegoyahan dihatiku.
"Rania,tunggu!" dapat. ia menangkan lenganku kemudian dengan satu sentakan dia membawaku menyingkir kesisi trotoar yang kosong didepan dagang bunga.
laki-laki itu berdiri dengan tampang bahagia, senyum terlebar yang pernah kulihat. ia berdiri tegak dihadapanku dengan jas sebagai pakaian kerjanya dan rambut curlynya yang ia sisir rapi. Tuhan, laki-laki ini tampan sekali. batinku.
"masih ingat denganku ?" tanyanya.
astaga, bagaimana bisa aku melupakanmu kalau hampir setiap hari penyesalan dan rasa bersalah itu menghantuiku!!! batinku menjawab dengan kesal.
"tentu masih, Harry. How are you ?" tanyaku.
"im good as you see, aku bekerja sebagai salah satu manager operasional disebuah perusahaan" jawabnya. "bagaimana denganmu ? how are you?"
"im good, ah... Harry its so nice to see yoy tapi sepertinya aku harus kembali karena Niall sebentar lagi akan pulang" aku menyesal mengakhir kalimatku dengan kata-kata itu.
Aku seperti habis menamparnya dengan tumpukan buku tebal. pria itu lantas terdiam dan tertegun menatapku. dia pasti sedang mencoba untuk menyambungkan semua isi kepalanya. dia mungkin lupa kalau Aku sudah menjadi kekasih Niall. aku hampir saja meminta maaf tapi sebelum hal itu terjadi,pria itu sudah lebih dulu memberi tanggapan. dia tersenyum tapi dimatanya tersirat kekecewaan dan rasa sakit.
"ah iya... aku lupa. maaf ya, semoga lain kali kita bisa ketemu dan mengobrol. i owe something to you" ucapnya sepersekian detik kemudian.
owe something ?
"iya, kalau begitu sampai jumpa. sukses selalu" pamitku sambil berbalik membelakanginya. belum sempat aku berjalan,pria itu kembali menariku kemudian mengecup keningku dengan singkat.
"sampai bertemu lagi, lain waktu" dan dengan begitu dia berjalan membelakangiku, tidak... bukan berjalan tapi berlari. dia berlari begitu saja meninggalkanku sendiri terpaku menatap kepergiannya. what was that ? Harry baru saja mencium keningku. he just did.
"RANIA. IKUT. AKU. SEKARANG." aku tersentak kaget ketika mendengar suara Niall dibelakangku. astaga tuhan,dia pasti melihat kejadian tadi makannya dia marah seperti ini. Niall langsung mencengkram pergelangan tanganku kemudian menariknya agar aku berjalan sejajar dengannya. pria itu... sama sekali tidak mau melihatku, dadanya naik-turun, dan kemarahan jelas telihat dari bahasa tubuhnya.
sesampainya di apartement, Niall pergi kekamarnya untuk membersihkan diri sementara aku kedapur untuk memasak. kupikir amarahnya sudah reda ketika ia masuk kedapur dalam keadaan rapi habis mandi tapi ternyata salah, pria itu justru memojokkanku hingga tidak ada celah diantara kami berdua dan meja dapur dibelakangku.
"apa yang dia lakukan padamu tadi siang ?" tanyanya tegas. "APA YANG DIA LAKUKAN PADAMU TADI,  RANIA JAWAB !"
aku menangis ketakutan. selalu seperti ini jika dia berteriak dihadapanku. rasanya aku tidak bisa menemukan rasa aman dan nyaman yang biasa kudapatkan sewaktu bersama Harry. yang kudapatkan ketika bersama Niall adalah takut, terkekang dan tertekan. aku selalu takut melakukan hal-hal yang tidak ia perintahkan, atau bahkan terkadang yang dia perintahkan sekalipun. dia selalu mau semuanya sempurna yang mana mustahil untuk kulakukan.
"kita hanya mengobrol Niall, tidak lebih. itupun dia yang memulainya duluan. i swear Niall" jawabku
"BOHONG. I SAW HIM. HE WAS KISSED YOUR FOREHEAD. THAT DAMN FOREHEAD, wasnt he ?!" lagi dia membentak untuk yang keratusan kalinya dalam hubungan kami
"he wasn't Niall..." jawabku berbohong.
"fine kalau kamu tidak mau mengaku, aku akan mencarinya saat ini juga.. dan aku akan memberinya pelajaran. sudah sepantasnya dia tahu kamu ini milikku" ujarnya marah.
tanpa sempat mecegah,Niall sudah lebib dulu meninggalkanku. meraih coatnya yang tergantung disamping pintu dan berlari keluar. aku segera menyusulnya tapi lari Niall sudah cukup jauh. pikiranku semakin kalut ketika tidak berhasil menemukannya diantara kerumunan oeang-orang yang berjalan ditrotoar. ini sore hari, semua orang yang bekerja sedang dalam perjalanan pulang dan arus pejalan kaki sangat ramai dan sebentar lagi jalanan juga akan dipadati oleh kendaraan.
kuedarkan pandanganku ke jalan raya untuk mencari Niall dan kudapati ia tengah menangis dipinggir jalan, ia berniat menyebrang jalan dan aku harus mencegahnya karena dari arah samping ada banyak kendaraan dengan kecepatan tinggi mengarah kepadanya.
"Rania...!!!" panggil seseorang dibelakangku.
aku menoleh menemukan Harry berlari kearahku namun tepat saat aku melihat Harry, suara decitan rem kendaraan dimobil terdengar keras diikuti suara motor terjatuh.
BRAKKKKK.....
thats it. sesuatu yang keras seperti menohok dadaku. dan saat itu aku tahu, itu dia.
"NIALL!!!" aku menjerit histeris ketika melihat tubuhnya terpental tengah jalan dengan darah mengalir dari kepalanya.
cepat-cepat aku mendatangi Niall dan meminta orang lain untuk mencari pertolongan. kutempatkan kepalanya dipangkuanku, pria itu masih bisa bernafas.. masih bisa meringis bahkan menyebut namaku.
"rania...baby. i love you, please remember that"
tuhan, hatiku terenyuh mendengar ucapannya. bahkan disaat-saat seperti ini dia masih mengatakan hal itu. hal yang selalu ia katakan ketika kami tengah bersama entah itu dalam keadaan akur atau setelah bertengkar. aku menangis sejadi-jadinya dihadapan Niall, membelai wajahnya dan mengecup keningnya berkali-kali.
"i love you too, Niall please remember that" "i know you do, honey and thank--"
pria itu lantas tak sadarkan diri. Harry membantuku untuk membawanya kedalam ambulan, dan ketika diperiksa oleh dokter. Niall sudah meninggal. aku menangis histeris memanggil namanya gaar ia kembali.
aku ingin memeluknya, aku ingin mengatakan bahwa ia sempurna, ia tampan, aku ingin mencium bibirnya, aku ingin membuatnya merasa diinginkan. aku ingin menggengam tangannya, aku tidak ingin kehilangan Niall. Seharusnya aku tidak perlu ragu,aku tidak perlu meragukan perasaanku. seharusnya aku tahu bahwa dia... dia pantas untukku bukan Harry, tuhan.
"i love you Niall, Please remember that"
***

Tepat dihari pemakamannya, Ibu Niall datang menghampiriku yang tengah duduk terpaku menatap rumah baru Niall. dia memberiku secarik surat dan menceritaka  suatu hal yang tak aka  pernah kulupakan seumur hidupku.
"kau mungkin tidak mengingatnya, Rania. tapi dulu ketika kamu masih kelas tiga SMP, kamu mengalami kecelakaan saat bermain bersama Niall. kamu buta Rania, dan kamu Amnesia. berhari-hari bahkan untuk waktu yang cukup lama Niall hidup diliputi rasa bersalah, dia memohon padaku agar mengijinkannya untuk memberikan matanya untukmu sebagai permintaan maaf dan aku mengiyakan. pasca operasi, Niall langsung kuterbangkan ke Amerika, kami semua pindah dan baru kembali saat ia sudah mendapat donor mata baru. saat itu dia senang sekali ketika tahu bahwa dia akan pulang menemuimu sekalipun dia tahu bahwa kamu sudah bersama Harry , aku tahu dalam hati kecilnya ia bertekad untuk memilikimu bagaimana caranya dan itu semua terwujud. jadi... aku mengucapkan terima kasih karena kamu sudah memilihnya"
sepulangnya Mrs. Horan aku duduk disamping Niall, mengusap namanya dan menciumnya. aku sudah kehabisan akal dan tenaga, aku tidak tahu harus bagaimana lagi menunjukan kesedihanku, rasa kehilangan, penyesalan dan permintaan maaf. aku bahkan sudah tak bisa menangis lagi. aku mati rasa... aku berkabung tapi tidak ada yang tahu seberapa sakitnya perasaanku.
kubuka perlahan-lahan surat yang ia tinggali.

Dear, Rania Baby
aku tahu saat ini kamu pasti sedang berada dirumahku yang baru. aku tahu ini semua akan terjadi Rania. aku tahu.
tapi ada satu hal yang kamu belum pahami selama ini sampai aku pergi. alasan kenapa aku suka bersikap kasar bahkan terkesan mengekang. itu semua karena aku takut kehilanganmu, aku takut kehilangan kamu untuk yang kesekian kalinya. dikala kamu kecelakaan, dikala kamu beepacaran dengan Harry dan dikala pertemuan kalian tadi.
Rania aku hanya tidak ingin kehilangan dirimu, aku terlalu mencintaimu sampai-sampai itu membuatku tertekan dan memiliki ketakutan yang berlebihan. tapi... aku tidak mempersalahkannya, aku mencintaimu Rania dan aku sangat menyayangimu. aku sudah merelakan semuanya,kenangan lama kita semasa SMP kutukar dengan hubungan kita... dan aku ikhlas.
kamu adalah anugrah yang paling berharga yang pernah tuhan berikan untukku. terima kasih Rania, aku mencintaimu. Love- Niall Horan.

Tuhan, maaf kan aku Niall. maaf aku sempat meragukan perasaanmu. bodohnya aku tak bisa mengingat apapun,bodohnya aku sempat menyesali hubungan ini. maafkan aku Niall.
***

INI ASTAGAH SUMFEH NGETIK PAKE HAPE FULL thanks jakarta for gave these beiliant idea. gila!!!
Vomments ? i wrote this in my samsung s4 and ... damn... ga nyangka bakal jadi begini. heheh

Clouds ❌ o.s [CLOSED]Where stories live. Discover now