24. Niall Horan : Hopeless

1.1K 38 1
                                    

                Aku berdiri tepat ditengah-tengah terminal kedatangan Heathrow, hari ini tanggal empat januari dua ribu empat belas. Aku masih berdiri disini menunggu kedatangan Joyceline. Kekasihku. Waktu sudah menunjukan pukul enam sore, sepulangnya menyanyi disebuah acara musik aku langsung kebandara untuk menunggu Joyceline.

                Joyceline Natasha, aku mengenalnya saat kami –one direction berada di Amerika untuk Tour. Aku bertemu dengannya sebagai partner kerja, she was our tour guide dan semuanya mengalir begitu saja. Aku jatuh cinta padanya dan begitu juga dengan Joy and that’s it. Terdengar seperti dongeng tapi itulah yang terjadi.

                I have been doing this for two years, since the nightmare happens. Dan aku masih percaya bahwa gadis itu akan menemuiku disini. Aku siap untuk memberinya pelukan hangat, tidak peduli dengan keadaan fisiknya. Aku mencintai wanita itu apa adanya.

                Pengumuman pesawat mendarat dari intercom yang terpasang di Heathrow menyadarkanku kembali. Aku bersiap untuk menyambut kedatangannya, melihat sekumpulan-sekumpulan orang keluar dari pintu keluar terminal. Mataku dengan jeli mencari sosok Joyceline tapi lagi-lagi hasilnya nihil, mereka berlalu begitu saja seolah-olah tidak menganggap kehadiranku. Aku berusaha berjinjit untuk mencari sosok Joyceline, sialnya tubuhku kurang tinggi. Manusia-manusia ini bisa saja menenggelamkanku sehingga gadis itu tak bisa menemukan keberadaanku.

                Sekali lagi, aku sadar untuk yang kesekian kalianya bahwa gadis itu tidak ada dirombongan ini.

Lelah berdiri, aku mengambil tempat disamping seorang anak kecil laki-laki yang tengah termenung.

                “Niall?!” ia memekik ketika aku membalasa senyumannya. “Ayahku suka denganmu!”

                “Benarkah ?”

                “Ya! Dia suka sekali dengan lagu-lagumu, anyway kau sedang menunggu Joyceline ya ?”

                Oh bagaimana dia tahu ?

                “Ya” jawabku. “Kau sendiri sedang apa disini sendirian ?”

                “Menunggu kedua orang tuaku, mereka sebentar lagi tiba”  jawabnya cengengesan. Aku ingin sekali mencubit pipinya yang tembam seperti bakpau. Wajahnya mirip seperti Theo, keponakanku yang berumur satu tahun.

                “Namamu siapa ?”

                “Braddy”

                Aku mengangguk mengerti. kami kembali tenggelam dalam pikiran masing-maising, kutatap arloji yang terpasang dipergelangan tangan dengan resah. Gadis itu tak kunjung datang apakah ia akan tiba disini keesokan harinya ? atau dia menggunakan penerbangan besok hari ?

                Braddy berpamitan untuk menemui ayahnya. Ia berlari menuju seorang pria berseragam angatan laut yang berdiri didepan pintu keluar.  Anak itu langsung meloncat kepelukan Ayahnya seraya menangis. Kurasa itu tangisan bahagia.

“Niall, apa yang kau lakukan disini ?”

Aku menoleh, mendapati Harry berdiri dihadapanku. “Menunggu Joyceline, kau sendiri ?”

“aku baru kembali dari L.A” sahut Harry.

“Oh. Cool, menulis lagu baru ya ?”

Harry mengangguk seraya duduk disampingku, bekas kursi Braddy tadi. Ia menggosokkan kedua tangannya, kepulan asap terlepas dari bibirnya ketika ia menghela nafas. Memang cuaca diLondon dingin sekali mala mini.

“Niall, we better go home. Niall” ajak Harry.

“Why ? aku ingin menunggu Joyceline”

“Niall, she is gone and never come back. She will never be here”

SNAP.

Aku menatapnya dengan kesal. Dia tidak punya hak untuk berkata seperti itu, dia tidak punya hak mengatakan Joyceline sudah meninggal. Never in a million years. Joyceline akan selalu menepati janjinya, dia bukan tipikal orang yang suka mengingkari janji. Dia bukanw anita seperti itu.

“she is gone, two years ago in a plane accident. Niall”

This is the worst nightmare ever.

Ucapan Harry berhasil menamparku pada kenyataan yang menyakitkan. Ucapan Harry barusan berhasil menendangku dari belenggu yang kubuat sendiri. Dia berhasil meruntuhkan dinding kokoh yang kubangun diantara dunia nyata dan dunia khayal. Dia berhasil melakukannya.

Aku tidak menangis, aku tidak juga berteriak, aku hanya diam.  Aku mati rasa untuk sesaat. Semuanya terasa melambat bahkan aku bisa merasakan bahwa atmosfer ruangan ini berubah menjadi mencekam. Aku tidak bisa mendengarkan apapun, Suara diinterkom bandara, suara Harry dan derapan langkah kaki orang-orang disekitar. Pergerakan-nya melambat.

“Kau tidak melupakan itu kan, Niall ?”  Tanya Harry hati-hati. “we were attend her funeral, in NYC”

No, I didn’t. aku ingat. Semuanya berubah menjadi normal. Dan disinilah aku, kembali pada dunia nyata yang menyakitkan. Tempat dimana aku hidup.

Aku menggeleng. “Aku sempat melupakannya, tapi sekarang aku ingat” sahutku.

“terima kasih”

Harry bergerak tidak nyaman ditempatnya. Aku tahu, dia mungkin merasa bersalah akibat ucappannya tadi. “Mate, aku mengkhawatirkanmu. Aku tahu, ini menyakitkan. Tapi, aku yakin Joy tidak ingin kamu seperti ini, dia ingin menepati janjinya tapi mungkin Tuhan tidak memberinya kesempatan”

“I know Harry, pulanglah”

“mate im sorry”

“No, tidak ada yang perlu dimaafkan, aku hanya butuh waktu sendiri” aku tersenyum, menatap Harry. Walaupun air mata berhasil keluar dari sudut mataku. “Harry, kumohon”

Harry mengangguk mengerti, ia bangkit dari tempatnya dan berjaalan meninggalkanku sendirian dibandara.

Even Angles have their demons. Aku terisak ditempat duduk menyadari bahwa semua usahaku selama ini percuma. Dua tahun aku membohongi diriku sendiri, bersikap seolah-olah aku bisa menerima kenyataan yang ada walaupun sebenarnya tidak. Dua tahun, aku membohongi seluruh dunia mengenai perasaanku. Move on ? Cih, kata apa itu. aku tidak pernah mengenal kata itu baik sesudah atau sebelum kematian Joy.

Dua tahun aku hidup dalam belenggu menyesatkan yang kubat sendiri. Aku berusaha membuat Joy tetap hidup, menganggap bahwa wanita itu masih hidup dan akan tetap menjadi milikku sampai kapanpun. Kalau saat ini aku masih diijinkan untuk merengkuhnya barang sebentar saja, I will do anything to get it, I will do anything she want me to.

Keluar dari airport, aku memutuskan untuk jalan kaki pulang kerumah. Membiarkan range rover hitam milikku terparkir dilapangan parkir heathrow. Orang-orang menatapku dengan tatapan iba dan putus asa, beberapa dari mereka berbisik pada satu sama lain sambil menatapku. Tapi satu hal yang harus mereka tahu, Aku tidak peduli untuk saat ini.

Hujan turun seolah ingin ikut mengambil peran, menghujani tubuhku yang sudah mati rasa. Seolah-olah kasihan melihat kisah cintaku harus kandas  begitu saja. We are broken, we can’t fix it and there is no cure for our condition.  Jelas, tidak akan pernah bisa diperbaiki. Kami sudah hidup didunia masing-masing, dia sudah bahagia disana tanpa ada rasa sakit sedikitpun. Dan Biarlah aku disini yang merasakan rasa sakit, aku rela asalkan gadis itu bahagia disana.

Aku hancur. Hanya itu yang bisa kukatakan pada kalian. Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang. Aku hancur, hanya itu. aku tidak yakin bahwa suatu hari nanti akan ada seseorang yang bisa membantuku bangkit. Aku..

Aku hanya tidak yakin, bahwa aku bisa kembali menjadi Niall yang dulu. aku hanya tidak yakin akan hal itu.

Maaf, Maafkan aku

  ***

Joycelineee maap ya lama sayangkuh. semoga suka, ini sad ending. asli kayaknya jahat banget nasib kamu disini. tapi semoga feelnya dapet ya cintakuh. hehe maap baru ke post :")

Votes and comments ditunggu yaaa :"))) xx

Anggi x

Clouds ❌ o.s [CLOSED]Where stories live. Discover now