44. Zayn Malik : Full of Crazy

705 29 1
                                    

(Song+ pict in Mulmed) // Dedicated  for Begellates xo
[ Anggi nulis cerita baru, judulnya Unknown Letters, kalau dari judulnya pasti udh bisa nebak kayak apa alur awalnya kan ? Dibaca ya, feedbacks juga bole hehe. maakasii ya linknya ada di External Link)

**             
  Diam-diam kuperhatikan Zayn yang tengah mengobrak-abrik isi kulkas layaknya kucing mencari ikan. Masih mengenakan kaos oblong putih kesukaannya dan celana pendek NIKE, Zayn berjalan kembali kehadapanku setelah menemukan sekaleng beer dingin yang bisa ia minum. Ia pasti haus setelah berdebat panjang denganku.

“Sekarang ..” aku kembali mengajaknya berbicara. “Katakan apa yang kamu mau, Zayn”

“Pergi ? Aku harus tetap pergi”

Aku cukup terkejut mendengar ucapan Zayn. Sebegitu mudahnya ia membuangku setelah apa yang sudah kami lakukan bersama-sama ? I mean, London –New York – Swiss  are we really going to do this whole Long Distance Realtionship things ?

 Ia kembali meneguk Beernya-kali ini ia teguk sampai habis lalu bersendawa cukup keras. Biasanya, akulah yang selalu menegur Zayn jika ia sudah mulai lepas kendali tapi tidak lagi kali ini semenjak ia kupergoki tengah berselingkuh.

 “Look, aku tahu ini semua tidak mudah. Untukmu ataupun untukku tapi inilah yang harus kita lakukan. I will call you and whenever I get free time, I will come back here. Trust me” ucap Zayn.

Aku berdiri mematung dihadapannya. Zayn melempar kaleng minumannya kearah bak sampah, lalu berseru girang karena kalengnya berhasil masuk. Aku tersenyum ketika melihat tingkahnya yang persis seperti anak kecil. Zayn berjalan mendekat, diraihnya kedua tanganku untuk ia genggam lalu kami berdua larut dalam pandangan satu sama lain. Aku bisa membacanya, aku bisa tahu bahwa ini adalah akhir dari semuanya. Akhir dari hubungan kami.

“Aku yang salah karena sudah mengambil keputusan ini tanpa memikirkan perasaanmu, maaf”  bisiknya ketika kening kami saling bersentuhan. Kupejamkan kedua mataku, membiarkan bulir-bulir air mata yang sedari tadi kutahan terjatuh begitu saja.

Aku masih bisa merasakannya, merasakan keberadaan Zayn. Nafasnya, aroma tubuhnya yang khas, sentuhannya, semuanya masih kukenali dengan sangat baik. Apakah aku masih bisa merasakan ini semua setelah kami berpisah ? Tidak.

“Ssh.. jangan menangis, its okay.. everything is gonna be okay”

Tolong jangan katakan hal itu, tolong Zayn. Batinku memberontak memohon.

“as long as we’re stick together”

Tangisku justru berubah semakin tak terkontrol. Aku menangis sesenggukan, membuat Zayn mau tak mau menarikku kedalam pelukannya. Tidak banyak yang ia katakan seperti biasanya, kali ini ia hanya mengusap dan sesekali menepuk-nepuk punggungku untuk menangkan.

“Kita masih bisa skype,kan ?” hibur Zayn.

Tidak, aku tidak bisa Zayn. Melihatmu hanya akan menyakitiku. Aku menjawab dalam hati.

“Mau menungguku, kan ?”

Zayn menarik wajahku agar melihatnya. Ia tersenyum sebelum menyatukan bibir kami untuk yang terakhir kalinya.

Love don’t know what distance is

***  

 

“I want it crazy”

“WHAT ?!”

“I was joking babe, don’t take it seriously”

Entah apa sebabnya, aku justru kembali menyesali kejadian beberapa bulan yang lalu antara aku dan Zayn, seharusnya tak kubiarkan ia pergi kalau tahu akan seperti ini jadinya.  Terakhir kali kudengar Zayn tengah menyelesaikan proyek menulis lagunya diSwiss dan aku tak tahu apakah dia sudah pulang atau belum. Lagi.. aku mengumpaat kesal sambil memainkan kamera SLR yang kubawa. Libur kuliah daripada menganggur dirumah lebih baik aku hunting foto didanau tempatku dulu dan Zayn bertemu.

Clouds ❌ o.s [CLOSED]Where stories live. Discover now