46. Harry Styles : Gone

689 36 2
                                    

(Song-pict on mulmed)

***               

“Can somebody just talk to me please ?! Dad!”

“How can I live without Dad ?”
“what am I suppose to do now ?”

***

“We are sorry but he is gone”

                Aku berdiri mematung dihadapan dokter yang tengah menangani Ayahku. Empat jam aku menunggu, berharap dan berdoa untuknya. Empat jam aku berusaha menyemangati Ayah yang tengah melawan maut didalam sana dengan berdoa dan sekarang dia pergi. Baru semalam aku—kami bercanda, menghabiskan waktu bersama dengan menonton televise dan sekarang dia pergi ? Really ?

                Aku ingin menangis atau mungkin berteriak histeris mengeluarkan kesedihanku, dan aku berharap aku bisa menerjunkan diriku dari lantai dua belas tempatku berdiri saat ini tapi yang keluar dari mulutku hanyalah tawa parau yang aku sendiri tak mengerti.

                “He is gone, Jaslyn”

                DUH. I know! Im not that stupid and you don’t have to say it twice!! Im not deaf!!

                Aku hendak membalas ucapan dokter tersebut tapi Gemma sudah lebih dulu menjawabnya dengan tangisan histeris. Wait, yang meninggal itu Ayahku tapi kenapa Gemma yang menangis histeris ? Oh.. aku lupa kalau dia yang menyebabkan semua ini, dia yang menabrak Ayahku pagi tadi saat ia tengah mengemudi dalam keadaan mabuk. Oh perfect.

                “Kami permisi, Jaslyn” pamit dokter tersebut sambil berlalu begitu saja.

                Gemma masih menangis histeris dan aku bisa dengar suara Harry dengan sangat jelas sedang menenangkan kakaknya, lantas siapa yang menangkanku saat ini ? aku berbalik menatap mereka berdua. Harry menatapku dengan tatapan memohon ? dan.. kasihan ? sementara kakaknya sama sekali tak berani menatapku.

                “Pergi, kalian berdua”

                “Jaslyn im sorry, aku minta maaf. Jaslyn…. Tolong maafkan aku, aku tidak sengaja” ujar Gemma, ia lantas bangkit dari tempatnya dan bersujud dihadapanku memohon maaf.

                Harry menatap kami berdua dari kejauhan dan aku tahu, dia juga menangis. Tapi, menatap mereka berdua untuk saat ini terasa sangat menyakitkan untukku. Menatap mereka berdua, terutama Gemma si pembunuh dan si tukang mabuk ini. Aku bahkan merasa tidak sudi untuk dipeluk kakinya oleh wanita ini.

                “Pergi, sekarang” ucapku tegas. “Kumohon, pergi..”

                Gemma berhenti menangis, dia menatapku dari bawah untuk sesaat sebelum melanjutkan tangisannya. Harry berusaha mendekati kami tapi aku yang bersifat terlalu defensive, aku mundur beberapa langkah.

                “PERGI KALIAN BERDUA DARI HADAPANKU, SEKARANG!!” aku membentak mereka dengan kasar kemudian berlari pergi menuju ruang rawat Ayah.

                Kedua lututku mendadak lemas ketika melihatnya tengah terbaring diatas tempat tidur dengan  ditutupi kain. Beberapa orang suster yang berada didalam rupanya menyadari keberadaanku, mereka menatapku dari kejauhan dengan penuh kasihan sambil tetap melepas alat-alat medis dari tubuh Ayah.

                Aku terduduk dilantai tak jauh dari tempat tidur Ayah dan menangis. Aku tidak tahu berapa lama ini akan berlangsung tapi yang kuingin lakukan hanyalah menangis sepuasnya, menangis karena tidak mampu berfikir dengan jernih, menangis karena kehilangan satu-satunya orang dan juga teman baikku didunia ini, menangis karena aku kehilangan Ayahku.

Clouds ❌ o.s [CLOSED]Where stories live. Discover now