JUS

151K 10.3K 261
                                    

Hari senin adalah hari yang paling dibenci semua orang, tak terkecuali bagi Ayana sendiri. Ia harus menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk dan harus selesai tepat waktu. Tau sendiri kan kalau pekerjaannya tidak tepat waktu, maka  bersiaplah untuk mendapat doorprize dari Arsen yang terhormat.

Sementara diruang ceo, Arsen juga "berpacaran" dengan semua berkas-berkasnya. Walaupun pekerjaannya menumpuk, tapi ia sudah terbiasa dengan semua ini. Sejak kecil, Arsen sudah mulai mengenal dan belajar tentang dunia perusaan dari keluarganya sendiri. Karena merasa pusing, Arsen menelepon Dini sekretarisnya.

"Hallo pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Dini.

"Tolong kamu panggilkan Ayana keruangan saya sekarang," perintah Arsen.

"Baik Pak." Dini menutup teleponnya.

"Kok tumben banget pak Arsen manggil Ayana keruangannya jam segini?" gumamnya

Tanpa menunggu lama, Dini langsung pergi ke meja kerja Ayana untuk menyampaikan perintah dari bosnya. Sampai di sana, Dini melihat Ayana yang sedang sibuk dan banyak kertas bertumpuk di meja kerjanya.

"Ayana, lo dipanggil sama pak Arsen sekarang di ruangannya," ucap Dini to the point.

Ayana sedikit terkejut karena Dini tiba-tiba saja datang ke meja kerjanya apalagi menyampaikan pesan kalau bos killer memanggilnya. Ayana juga menatap bingung ke arah Dini.

"Gue? Kok tumben banget, ada apa emangnya?" tanya Ayana.

"Mana gue tau, udah deh cepetan lo keruangan pak Arsen sekarang. Ntar kena marah tau rasa lo." jawab Dini terlalu ngegas.

"Ck, Iya iya" ucap Ayana terpaksa.

Setelah itu, Dini langsung pergi meninggalkan Ayana dan kembali ke meja kerjanya sendiri. Ayana dan kedua sahabatnya memang tidak pernah dekat ataupun akur dengan Dini. Karena menurut mereka, Dini adalah sekretaris yang kecentilan dan selalu cari perhatian ke Arsen. Apalagi Dini itu orangnya cerewet, makanya mereka memanggil Dini dengan sebutan nenek sihir.

"Eh, kenapa nenek sihir datang ke meja lo?" tanya Sintia kepo.

"Gue dipanggil sama muka tembok ke ruangannya." jawab Ayana.

"Buset, demi apa si bos manggil lo segala? Jangan-jangan, kalian mau pacaran ya," ejek Risa.

TUH KAN, MULAI DEH KEDUA SAHABATNYA YANG NGGAK INI MENGEJEKNYA.

"Sembarangan lo. Udah deh, gue cabut dulu, ntar gue kena semprot lagi sama dia kalo kelamaan datang ke ruangannya," ucap Ayana dan beranjak dari duduknya.

Ayana berjalan ke ruangan bosnya yang tukang nyuruh orang seenak jidatnya. Sampai didepan pintu yang bertuliskan CEO, ia mengetok pintu tersebut terlebih dahulu .

Tok! Tok! Tok!

"Permisi pak, Bapak manggil saya?" tanya Ayana saat sudah didalam ruangan Arsen.

"Hmm." Arsen hanya berdehem tapi matanya fokus ke laptopnya.

Emang kampret ya ni orang, batinnya.

"Ada apa ya pak?" tanya Ayana walaupun terpaksa karena ia sebenarnya masih kesal dan jengkel pada Arsen.

"Tolong kamu belikan saya jus di sebrang kantor," perintah Arsen dan kali ini matanya sudah menatap Ayana.

"Hah, gak salah pak? Bapak kan bisa minta buatin jus sama OB kantor kita," ucap Ayana sedikit protes.

"Saya maunya jus yang disebrang kantor," balas Arsen.

"Bapak kan bisa nyuruh sekretaris bapak, kenapa harus saya sih?" ucap Ayana bermaksud untuk mengelakkan perintah dari Arsen.

"Saya maunya kamu yang beliin," ucap Arsen dengan muka datarnya.

MY HUSBAND IS A CEO (SUDAH TERBIT) Where stories live. Discover now