CUEK

57.7K 3.3K 239
                                    

Arsen masih emosi melihat istrinya yang sangat ia cintai sedang berselingkuh dengan laki-laki lain. Hatinya hancur berkeping-keping dan dunianya pun terasa berhenti begitu saja, saat melihat istrinya sedang bercanda tawa dengan selingkuhannya. Ia sangat kecewa sekaligus tidak menyangka bahwa orang yang sangat dicintainya, telah menghancurkan kepercayaannya.

Gara-gara ini pula, Arsen jadi tidak fokus dengan pekerjaannya karena pikirannya masih terus ke Ayana. Sangat sulit bagaimana menjelaskan rasa sakit hatinya ini hanya dengan kata-kata. Alhasil, ruangan kerjanya inilah yang jadi korban emosinya. Bagaimana tidak, ruangan yang awalnya bersih dan rapi, sekarang jadi berantakan seperti kapal pecah.

Baju yang dikenakan Arsen pun jadi berantakan juga. Kemejanya kusut, dasinya longgar dan jasnya pun sudah tidak ia pakai karena ia membuangnya ke lantai. Entah apa lagi yang bisa dijadikan pelampiasan emosinya sekarang. Semuanya sudah berantakan, tapi Arsen tidak peduli itu karena baginya, yang penting sekarang adalah bagaimana caranya agar ia bisa menghilangkan semua emosi dan amarahnya.

Sementara di tempat lain, tiba-tiba saja perasaan Ayana jadi tidak enak dan ia sedang merasakan firasat buruk. Awalnya Ayana sedang tertawa bersama para sahabatnya, tapi sekarang ia malah jadi diam secara mendadak.

"Ayana, lo kenapa?" tanya Risa.

"Iya nih, lo kenapa tiba-tiba jadi diam?" tanya Sintia.

"Gue... Gue gak tau, tiba-tiba aja perasaan gue jadi gak enak. Kayaknya ada sesuatu yang terjadi, tapi gue gak tau itu apa," jawab Ayana gelisah.

"Apa kita pulang aja, soalnya ini udah mau sore juga. Ntar kamu dimarahin sama suami kamu," ucap Aldo.

"Bener tuh kata Aldo barusan, kita pulang aja ya sekarang. Apalagi lo itukan udah punya suami, ntar kita dikirain nyulik bini orang lagi," ucap Sintia tapi Ayana hanya diam.

"Ayana, lo jangan diam aja dong. Jangan buat kita khawatir sama lo, kita pulang aja ya sekarang," ajak Risa.

"Iya... Yaudah deh, kita pulang aja. Gue juga udah janji sama Mas Arsen kalo gue bakal pulang, paling lama waktunya sore hari," ucap Ayana.

"Yuk deh, kita pulang," ajak Sintia.

Mereka semua pergi meninggalkan taman dan segera bergegas pulang. Tapi sebelum itu, mereka harus mengantarkan Aldo pulang ke rumahnya dulu, barulah mereka semua pulang ke rumah masing-masing.

Selama diperjalanan menuju pulang, Ayana masih kepikiran tentang firasatnya tadi dan perasaannya semakin bertambah gelisah. Sebenarnya apa yang terjadi, hingga ia jadi gelisah dan tiba-tiba saja, ia terbayang wajah Arsen, suaminya.

Sekitar pukul lima sore, akhirnya Ayana sampai di rumah dan langsung masuk saja ke dalam. Saat ia menaiki tangga menuju kamarnya, rasanya suasana rumah ini jadi berubah. Apalagi saat ia membuka pintu kamar, ia sangat terkejut melihat seseorang sedang berdiri di depan jendela sambil memegang gelas.

"Mas arsen?" gumamnya dan segera menghampiri suaminya.

"Mas arsen udah pulang, kok cepet banget?" tanya Ayana tapi Arsen hanya diam.

Posisi Arsen saat ini adalah sedang membelakangi Ayana dan memilih untuk menikmati pemandangan daripada harus melihat wajah Ayana. Pertanyaan dari Ayana tadi pun belum dijawabnya, sampai membuat Ayana bingung.

"Mas arsen kenapa diam aja?" tanya Ayana bingung.

"Dari mana kamu?" tanya Arsen dingin, tanpa melihat wajah Ayana.

"Aku kan habis jengukin temen aku, masa Mas arsen lupa sih. Semalam kan aku udah bilang sendiri sama Mas arsen," jawab Ayana.

"Dimana?" tanya Arsen singkat.

MY HUSBAND IS A CEO (SUDAH TERBIT) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن