RINDU

58.9K 3.3K 336
                                    

Hati Ayana saat ini sangatlah hancur dan benar-benar hancur. Sangat sulit bagaimana mengungkapkan bagaimana perasaan yang saat ini ia rasakan, apalagi dibentak dan diusir oleh suaminya sendiri. Bahkan suaminya pun tidak percaya dengannya dan malah lebih percaya dengan perempuan pembohong yang telah menghancurkan hidupnya, yaitu Irene.

Hujan deras menghiasi malam ini, seakan alam ikut bersedih dan menangis bersama Ayana. Ia masih tidak menyangka bahwa orang yang selama ini ia cintai, tega mengusirnya dari rumah tanpa mau mendengarkan penjelasan darinya. Padahal sebenarnya ia akan jujur dan bermaksud untuk menjelaskan semuanya tapi, Arsen tidak mau mendengarkannya sedikitpun karena Arsen sudah diselimuti oleh emosi dan kemarahan.

Akhirnya Ayana memutuskan untuk pulang ke rumahnya, walaupun sebenarnya ia terpaksa. Ia juga tidak punya pilihan lain, selain pulang ke rumahnya dan menenangkan dirinya disana. Ayana sedang berdiri di depan pintu rumahnya dalam keadaan basah kuyup dan menangis.

Ting tong!

Saat pintunya terbuka, terlihatlah abangnya yang terkejut, bahkan sangat terkejut melihat kedatangan adiknya, apalagi dalam keadaan yang tidak biasa. Abangnya pun langsung mendekati adiknya yang sedang menangis sesegukan.

"Bang Rio." Ayana memeluk erat abangnya dan menangis sejadi-jadinya di pelukan disana.

"Ayana, lo kenapa nangis?" tanya Rio khawatir.

Ayana hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya sambil menangis. Sementara Rio, ia sangat bingung dengan adiknya ini dan hatinya sangat sakit melihat adik kesayangannya ini menangis.

"Udah udah, jangan nangis lagi dong. Kita masuk ke dalam aja yuk, kasian kamu udah basah kuyup dan kedinginan," ucap Rio.

Rio membawa Ayana masuk ke dalam rumah dengan merangkulnya. Ayana duduk di sofa, sementara Rio sedang berusaha menenangkan adiknya ini agar tidak menangis lagi.

"Ayana, udah dong jangan nangis lagi. Cerita sama gue, kalau lo itu punya masalah," bujuk Rio, tapi Ayana masih enggan untuk berbicara.

"Liat adek kesayangan gue nangis gini, hati gue sakit Ayana. Jangan nangis dong, adek abang yang cantik," ucap Rio sambil mengelus-elus kepala Ayana.

Ayana terus menangis di pelukan abangnya ini, untuk mengeluarkan semua emosinya. Saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah menangis, karena itu adalah satu-satunya cara untuk menenangkannya.

"Ayana, kamu kenapa sayang?" tanya Mamanya yang tiba-tiba datang, tapi Ayana tidak menjawabnya.

"Rio, adek kamu kenapa, kok dia sampai nangis gini?" tanya Mamanya khawatir.

"Rio Nggak tau Ma, tiba-tiba aja Ayana datang ke rumah dan langsung nangis," jawab Rio.

"Yaudah, sini sama Mama aja ya sayang," ucap Mamanya sambil membawa Ayana ke pelukannya.

"Hiks... Hiks... Sakit Ma," ucap Ayana yang menangis di pelukan Mamanya.

Mamanya semakin memeluk erat putrinya ini dan Rio pun ikut mengelus kepala adiknya.

"Udah, udah... Jangan nangis lagi ya sayang, Mama di sini kok. Mama akan selalu ada untuk kamu sayang," bujuk Mamanya.

Perlahan-lahan, Ayana mulai berhenti menangis dan menatap Mamanya. Sementara Mamanya sedang menghapus air mata di pipi mulus putrinya ini.

"Papa... Papa mana Ma?" tanya Ayana.

"Papa kamu lagi keluar kota sayang, dua minggu lagi baru pulang," jawab Mamanya.

"Ayana... coba jawab pertanyaan Mama, kenapa kamu nangis dan suami kamu mana?" tanya Mamanya.

Ayana yang mendengar kata suami, hatinya menjadi sangat sakit dan hancur. Ia hanya menundukkan kepalanya saja dan mulai menangis lagi, sembari menggelengkan kepalanya.

MY HUSBAND IS A CEO (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang