DIHUKUM LAGI

114K 6.7K 206
                                    

Sudah dua hari Arsen sama sekali tidak mau bicara dengan Ayana. Tapi sampai saat ini pun, Ayana masih belum menyerah untuk membuat Arsen tidak marah dan mau bicara lagi dengannya. Contohnya sekarang Ayana sedang menyiapkan baju untuk Arsen, mulai dari kemeja, jas, celana dan dasi. Setelah beberapa menit kemudian, Arsen keluar dari kamar mandi.

"Pagi pak, saya udah nyiapin baju kerja untuk bapak," ucapnya sambil memberikan kemeja untuk Arsen. Tapi Arsen sama sekali tidak menggubris Ayana dan berjalan saja melewatinya menuju lemari dan mengambil baju kerjanya sendiri, setelah itu Arsen kembali lagi masuk ke kamar mandi.

"Apa segitu bencinya pak Arsen sama aku sampai-sampai dia gak mau pake semua yang aku siapin? Padahal aku udah rela bangun pagi-pagi untuk nyiapin semua ini," gumamnya sedih.

Ayana benar-benar merasa sedih. Ia juga tidak tau kenapa Arsen bisa marah padanya dan dimana kesalahannya sampai Arsen tidak mau bicara dengannya sampai berhari-hari. Karena Ayana tau kalau Arsen tidak mau melihatnya, ia memilih keluar saja dan menyiapkan sarapan untuk Arsen.

Arsen pun turun ke bawah untuk sarapan. Ayana tidak ada disana karena ia sedang berada di dapur. Arsen melihat sudah ada roti dan susu yang tersedia di meja makan.

"Siapa yang menyiapkan sarapan ini?" tanya Arsen ke maid nya.

"Nyonya Ayana yang menyiapkannya untuk tuan," jawab maid itu.

"Tolong kamu buatkan saya sarapan yang baru. Saya tidak mau makan sarapan yang ini," ucap Arsen.

"Tapi tuan---

"Apa kamu tidak dengar apa yang saya bilang tadi?" ucap Arsen dengan suara tinggi.

"Iya... Baik tuan" maid itu langsung membuatkan sarapan yang baru untuk Arsen. Ayana mendengar ucapan Arsen kalau ia tidak mau memakan sarapan buatannya. Ayana benar-benar merasa sedih dan pergi duluan ke kantor tanpa sarapan.

Sampai di kantor, Ayana hanya diam dan melamun. Sahabatnya yang melihat Ayana sedih, langsung mendekatinya berniat untuk menghibur sahabatnya supaya tidak sedih lagi.

"Ayana, lo kenapa diam aja sih?" tanya Sintia.

"Iya nih... lo ada masalah ya? Cerita dong sama kita, jangan dipendam sendirian," ucap Risa.

Ayana hanya menggelengkan kepalanya tanpa melirik sahabatnya. Kedua sahabatnya semakin bingung dengan sikap Ayana yang tidak seperti biasanya.

"Ayana... kalau lo sedih, kita kan jadi ikut sedih juga," ucap Risa.

"Ngomong dong sama kita," bujuk Sintia.

Ayana pun melirik kedua sahabatnya dan tersenyum tipis. Ia berusaha menutupi kesedihannya agar kedua sahabatnya ini tidak ikut bersedih. Tapi, kalau ia pendam sendirian rasanya sangat sesak dan membuatnya tidak tenang.

"Sebenarnya, gue emang lagi sedih dan punya sedikit masalah," ucap Ayana.

"Sedih kenapa?" tanya Risa.

"Gue sedih karena pak Arsen," jawab Ayana sambil menunduk.

"Pak Arsen? Emang kenapa sama pak Arsen?" tanya Sintia penasaran.

Ayana menghela nafasnya,
"Sejak pulang dari camping itu... Pak Arsen sikapnya jadi dingin sama gue. Kayaknya dia lagi marah, tapi gue gak tau dimana salah gue."

"Ya ampun... Kok bisa gitu sih? Emangnya lo gak nanya sama pak Arsen salah lo itu dimana?" tanya Risa.

"Gue udah berusaha nanya sama dia, tapi dia selalu menghindar dari gue. Bahkan gue udah rela setiap hari bangun lebih awal untuk siapin baju sama sarapan. Tapi dia malah cuek dan gak mau make yang gue siapin," jelas Ayana.

MY HUSBAND IS A CEO (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang