POSSESIVE

147K 9.4K 1.2K
                                    

Sampai dirumah pun, Ayana masih belum kehabisan ide untuk mengerjai Arsen dan sengaja pura-pura menelepon Aldo tepat dihadapan Arsen.

Arsen sendiri juga sebenarnya masih kesal dan sedikit cemburu. Mau kerja aja jadi gak fokus gara-gara Ayana yang sengaja memancingnya. Pikirannya jadi terganggu akibat ulah istrinya ini bahkan sampai membuat hatinya terasa panas, padahal kamar mewah ini sudah dipasang AC mahal.

"Iya Aldo, aku juga sayang banget sama kamu." Ayana sengaja menguatkan suaranya saat berkata sayang dan melirik Arsen.

Arsen pura-pura gak tau dan tetap sok cool, padahal dia ngelirik dan nguping pembicaraan Ayana. Kalau saja orang yang bernama Aldo itu ada disini, ia pasti akan menggantungnya tepat dihadapan Ayana.

"Apa? Kamu besok mau ajak aku jalan-jalan. Oww kamu so sweet banget sih Aldo, jadi makin sayang deh... kamu tau aja kalau aku itu suka sama cowok yang romantis."

Kalo soal akting, Ayana juga jago. Buktinya dari tadi Arsen gak berhenti liatin dia terus, sedangkan Ayana pura-pura cuek bebek aja.

"Yaudah... Sampai jumpa besok Aldo. Mmmuaah." Ayana sengaja menekankan Kata-katanya, ia yakin sekarang muka Arsen pasti udah berubah jadi Hulk karena menahan kekesalannya.

Setelah akting menelfon Aldo selesai, Ayana beranjak keluar dari kamar. Tapi tiba-tiba Arsen memanggilnya. Biar Ayana tebak, sepertinya rencananya kali ini pasti berhasil.

"Ayana tunggu, mau kemana kamu?" Arsen berdiri dan menghiraukan pekerjaannya yang biasanya ia nomor satukan daripada yang lain.

"Saya mau minum pak. Saya haus karena telfonan seharian sama pacar kesayangan saya." Ayana mulai memancing Arsen lagi.

Arsen semakin panas saat Ayana mengatakan 'pacar kesayangan'. Seharusnya julukan 'kesayangan' itu hanya pantas untuk dirinya saja karena ia adalah suaminya Ayana. Kali ini Arsen tidak bisa diam lagi, ia harus segera bertindak walaupun dengan cara yang nekat.

"Saya ikut," ucap Arsen.

"Hah, ikut? Ngapain bapak ikut, orang saya cuma mau ke dapur kok." Ayana berusaha memasang muka tenangnya padahal aslinya, ia ingin sekali tertawa melihat ekspresi Arsen yang sudah terbakar api cemburu.

"Saya mau minum juga," alasan Arsen.

"Yaudah bapak tunggu disini aja, biar nanti sekalian saya ambilin," ucap Ayana.

"Gak, pokoknya saya ikut." Arsen menghampiri dan menggenggam tangan Ayana untuk turun ke bawah.

Sampai didapur, Ayana merasa risih karena Arsen enggan melepaskan genggamannya, padahal Ayana kan cuma mau minum. Beginilah efek samping dari seseorang yang berhati dingin sedang cemburu buta pada istrinya.

"Pak, ini gimana saya mau minum kalo tangan saya bapak genggam terus," protes Ayana.

Akhirnya setelah diprotes Ayana, Arsen mau melepaskan genggamannya dan membiarkan Ayana minum. Ternyata pura-pura drama itu sangat melelahkan dan juga menguras energi. Karena tenggorokannya terasa kering, akan lebih enak kalau sekarang minum es.

"Bapak gak minum?" tanya Ayana.

"Gak," jawab Arsen singkat.

"Lah, tadi katanya bapak mau minum juga?" Ayana jadi heran sendiri dengan sikap si muka tembok.

"Gak jadi," jawabnya singkat lagi.

Ayana mengedikkan bahunya acuh dan minum lagi sampai habis. Lega rasanya setelah meminum air es dari kulkas dengan dua pintu dan modelnya seperti lemari.

Sementara Arsen hanya diam sambil memikirkan sesuatu dikepalanya, ditambah lagi dengan tangannya yang sudah siap siaga memegang kembali tangan istrinya. Kalau seperti ini, Ayana sama saja seperti seseorang yang dijaga ketat selama 24 jam oleh bodyguard.

MY HUSBAND IS A CEO (SUDAH TERBIT) Where stories live. Discover now