E.X (1)

597 44 8
                                    

Sebuah mobil berhenti tepat didepan gerbang hitam, didalamnya terlihat seorang perempuan tampak grasak-grusuk tengah meneliti apa perlengkapan yang ia bawa sudah lengkap atau masih ada yang kurang.

"name tag, topi, terus..." ia membuka tas- nya dengan cepat, "kotak makan juga udah, minum..." ia masih sibuk dengan ucapannya sendiri, sedangkan pria disebelahnya tampak jengah melihat kelakuan adik perempuannya.

"udah lengkap kali de, kan tadi udah di cek sama bunda." ujarnya.

"iya abang sayang, ade tauuu...cuma kan ga ada salahnya ngecek lagi."

"iya iya terserah kamu...udah buruan turun ,abang kan harus ke kampus juga...liat tuh udah pada masuk yang lain, kamu mau telat?!."

"astaga...kenapa ga bilang sih abang!." paniknya.

Sang kakak hanya memutar matanya malas mendengar protesan adiknya itu.

"ya udah aku turun ya abang." ujarnya lalu menyalimi tangan kakaknya itu, sang kakak memberi kecupan pada pipi adiknya. Setelahnya ia segera turun dari mobil sebari membawa semua perlengkapan yang dibutuhkan.

Setelah melambaikan tangannya kearah mobil sang kakak yang sudah melesat lumayan jauh, ia menatap gerbang tinggi dihadapannya, lalu tersenyum simpul.

"here we go." ujarnya.

Nayara, atau yang kerap disapa Nara itu mulai melangkahkan kakinya ke area tengah kampus, ia adalah seorang mahasiswa baru yang kebetulan hari ini akan menjalani ospek. Ya...ritual wajib bagi para mahasiswa baru.

Nara mulai berbaris, mengikuti intruksi kakak tingkatnya yang menyuruh setiap Maba untuk berbaris sesuai fakultas yang dipilih. Sedari tadi Nara hanya diam, karena benar-benar tidak ada satupun orang yang dikenalnya.

"duh...ribet banget sih tuh kakak kakak!!."

Nara sedikit menolehkan kepalanya pada seorang perempuan yang berdiri disebelahnya. Bagaimana ya Nara mengatakannya; perempuan disebelahnya ini cantik apalagi dengan tubuh tinggi semampai bak model, wajahnya juga sedikit jutek. Dan sepertinya perempuan itu tersadar jika dirinya ditatap oleh Nara karena suaranya tadi yang cukup keras.

"oh hai, kenalin..." sapanya, sambil mengulurkan tangannya pada Nara. Nara menerima uluran tangan itu.

"gue Sandara, tapi boleh panggil Sandra." ujarnya sambil tersenyum.

"Nayara, panggil aja Nara."

"fakultas sastra juga?." tanya Sandra.

"iya, lo?."

"sama kita, lo sastra apa?."

"Inggris sih, kalau lo?."

"demi apa? Sama lah kita...Alhamdulillah gue langsung nemu temen." heboh Sandra.

Nara tertawa melihat tingkah teman barunya itu, ternyata hanya wajah saja yang jutek aslinya Sandra sangat ramah. Pikir Nara. Sayangnya sesi perkenalan keduanya harus terhenti karena ucapan kakak tingkat mereka didepan sana yang menggunakan pengeras suara.

***

Pria tampan nan kekar itu berjalan santai dikoridor kampusnya, sesekali menyapa orang yang dikenalnya. Rambut hitamnya yang baru saja dicukur itu menambah kadar ketampanannya, ia masih terus berjalan sebari memainkan ponselnya, sedang berkirim pesan dengan temannya yang menyuruhnya datang ke kantin.

Ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kantin guna mencari temannya yang katanya sudah menunggunya. Setelah menemukan dimana temannya berada ia segera melangkah untuk menghampiri. Tanpa menyapa dirinya langsung duduk dan menyambar es jeruk yang berada diatas meja, lalu meneguknya dengan cepat hingga habis tidak tersisa.

MixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang