What If: Kalandra & Nadira

238 29 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

Kalandra berjalan dengan langkah ringannya disepanjang koridor kampus, dipunggungnya terdapat sebuah tas gitar yang hampir setiap hari selalu ia bawa kemana pun. Pria berwajah tampan itu berhenti didepan sebuah ruangan yang bertuliskan ruang kesenian. Ia membuka pintu ruangan tersebut dengan pelan dan menyembulkan sedikit kepalanya kedalam, senyum dibibirnya terbit manakala ia melihat punggung seorang wanita yang terlihat sibuk dengan dunianya sendiri.

Kalan segera masuk kedalam ruangan tersebut, melangkah pelan menghampiri wanita cantik yang belum menyadari kehadirannya. Semakin dekat dengan sosok cantik itu semakin lebar juga senyum yang terbit dibibir Kalan. Kalan berhenti tepat dibelakang wanita tersebut, menatap kanvas yang dipenuhi oleh berbagai warna tersebut. Tangannya ia angkat untuk mengelus surai lembut milik sang terkasih, membuat wanita cantik itu sedikit terkejut karena merasakan sentuhan lembut pada surai hitamnya.

Nadira yang merasakan sentuhan lembut itu segera berbalik dan mendongak.

"Serius banget, sampe aku dateng aja kamu ngga sadar" ujar Kalan masih dengan senyum yang setia terbit dibibirnya, membuat siapa saja yang melihat senyuman itu akan merasakan kehangatan, termasuk Nadira.

Nadira membalas senyuman milik Kalan dengan senyum cerahnya, "Maaf, kamu dari tadi?" tanya Nadira, kemudian meletakkan palet warnanya dilantai.

Kalan menggeleng pelan, "Ngga kok, baru aja dateng" ujarnya, ia membungkukkan tubuhnya kearah Nadira, membuat wajah keduanya sejajar.

"Aku udah bilang belum sih kalau aku suka banget lihat kamu kalau lagi serius ngelukis?" tanya Kalan sebari menghapus noda cat yang terdapat dipipi halus Nadira.

"Kayanya kamu setiap hari bilang itu deh, Lan" ujar Nadira dengan tawa kecilnya, memamerkan gigi kelincinya yang menggemaskan.

"Haha ya udah jangan bosen ya dengernya"

"Ngga akan pernah bosen kok" timpal Nadira, satu tangannya ia pakai untuk mengusap rambut Kalan yang mulai memanjang dengan lembut, membuat Kalan memejamkan kedua matanya menikmati sentuhan yang Nadira berikan.

"Tunggu sebentar ya, aku rapihin ini dulu" ujar Nadira, Kalan hanya mengangguk dan kembali menegakkan tubuhnya, mengamati Nadira yang saat ini sedang membereskan alat-alat lukisnya.

~

Mereka berdua berjalan beriringan dengan jari jemari yang saling bertautan, suara tawa dari keduanya sesekali terdengar disela percakapan dan candaan. Membuat siapapun yang melihat akan sangat iri dengan hubungan sehat yang mereka berdua miliki. Setelah mendapatkan donor yang cocok untuk keduanya, mereka dinyatakan sembuh dan melakukan proses pemulihan selama satu tahun, setelah dinyatakan jika mereka berdua sudah bisa beraktifitas dengan normal, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk kuliah diumur mereka yang menginjak 21 tahun.

Mereka memilih kuliah dikampus yang sama, dengan Kalan yang mengambil jurusan musik dan Nadira mengambil jurusan seni. Berbeda dengan kembaran mereka yaitu Kavindra dan Nadia yang beberapa bulan lalu baru saja lulus dan sudah melaksanakan wisuda, mereka berdua justru baru memulai kehidupan perkuliahan mereka. Telat memang, tapi tidak apa, toh nyatanya proses setiap orang berbeda-beda dan mereka baru saja memulai proses tersebut. Sama halnya saat mereka berdua bersama-sama survive dari sakit yang diderita.

MixedWhere stories live. Discover now