Satu Rasa

330 40 13
                                    

Pria berwajah tampan itu menatap handphonenya dengan wajah panik, dia segera berdiri dan mengambil tasnya yang dia simpan dibangku sebelahnya, membuat gadis cantik dihadapannya menatap bingung kearah pria tampan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria berwajah tampan itu menatap handphonenya dengan wajah panik, dia segera berdiri dan mengambil tasnya yang dia simpan dibangku sebelahnya, membuat gadis cantik dihadapannya menatap bingung kearah pria tampan tersebut.

"Kamu mau kemana, The?" tanyanya bingung, pasalnya mereka baru saja sampai dan selesai memesan makanan. Bahkan makanan yang mereka pesan pun belum datang.

"Sorry, ini gue harus balik ke kampus" ujarnya merasa bersalah.

Gadis itu mengerutkan keningnya, "Ada kelas dadakan?" tanyanya.

Pria itu menggeleng, lalu mengusap pelan kepala gadis itu dan tersenyum.

"Gue duluan, sekali lagi sorry ya. Makanannya biar gue yang bayar" ujarnya, setelah itu dia segera melangkah meninggalkan sang gadis seorang diri dengan beribu pertanyaan dikepala.

Meskipun pria itu tidak mengatakan apapun, tapi sepertinya gadis itu cukup tau apa yang membuat pria tampan yang saat ini bisa dibilang sedang melakukan PDKT dengannya itu pergi begitu saja. Gadis itu menghela nafasnya kasar, merasa kesal karena untuk kesekian kalinya dirinya ditinggalkam begitu saja.

.

.

.

Pria tampan bernama Theo itu berlarian disepanjang koridor kampusnya, mengabaikan sapaan yang diterimanya dari beberapa orang. Dalam pikirannya hanya ada satu nama yang saat ini benar-benar membuatnya khawatir. Dirinya sampai diklinik kampus, dengan tidak sabaran Theo segera membuka pintu klinik, tidak peduli dengan nafasnya yang tersengal. Saat masuk pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah seorang gadis cantik yang duduk bersandar ditempat tidur klinik sedang menerima suapan dari seorang pria.

Theo berjalan mendekat, membuat dua orang berbeda gender disana menatap kearah Theo. Theo tersenyum lembut saat netranya bersitatap dengan netra madu milik gadis cantik yang terlihat lemas itu. Berbanding terbalik dengan sang gadis yang justru membola menatap Theo yang saat ini sedang berjalan kearahnya, sang gadis mengalihkan tatapannya kearah pria yang sibuk memegang mangkuk berisikan bubur dengan pandangan menyelidik, yang ditatap seolah tidak peduli dan hanya mengedikkan bahunya.

Theo mengusap lembut kepala gadis itu dengan lembut, "Masih sakit?" tanyanya.

"Ekhmm, udah engga" jawab gadis bernama Ranaya itu, "Lo bukannya lagi ngedate ya?" tambahnya.

Theo hanya tersenyum sebari melepaskan tali ransel dari bahunya, "Gue panik pas Yudha bilang lo pingsan, jadi gue langsung kesini" jelasnya, Theo menarik kursi plastik yang berada didekat tempat tidur klinik yang satunya.

Ranaya atau yang sering dipanggil Naya itu menghela nafas lelah, dirinya benar-benar merasa tidak enak dengan Theo dan juga gadis yang saat ini sedang dekat dengan Theo.

"Besok-besok jangan gitu lagi, The" ujar Naya lemah.

Theo tidak menjawab, hanya menatap kearah wajah pucat Naya.

MixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang