Serendipity 2

182 21 1
                                    

Johnny menatap bangunan dihadapannya, lalu beralih pada dua cup latte yang ia bawa. Kini dirinya berada didepan klinik milik Nayeon- ia pun tidak mengerti kenapa bisa berdiri didepan bangunan tersebut sebari memegang dua cup latte. Bukan kah harusnya saat ini ia berada dikamarnya sedang menikmati waktu tidurnya, yang biasa ia lakukan di waktu weekend?.

"Lo ngapain, John?" monolognya.

Baru saja Johnny ingin berbalik untuk kembali ke mobilnya, suara Nayeon sudah lebih dulu memanggilnya, membuat Johnny kembali berbalik dengan senyuman canggungnya.

"Eh beneran lo ternyata, gue kira gue salah orang" ujar Nayeon saat berada dihadapan Johnny.

Johnny mengusap tengkuknya, ia merasa malu tertangkap basah oleh Nayeon berdiam diri didepan kliniknya.

"Lo minum dua latte?" tanya Nayeon bingung.

"Oh ini, ini buat lo yang satunya" ujar Johnny sebari memberikan satu cup latte yang dibawanya pada Nayeon.

"Thank you, Eh lo emang mau ke klinik? Mau konsul soal daegal ya?" Johnny bersyukur dalam hati ia memiliki alasan untuk datang menemui Nayeon setelah ia mengingat soal daegal.

"Oh iya, Nay. Tapi kayanya lo mau pergi ya?"

"Gue mau makan siang sih, kalau lo ngga keberatan kita bisa ngobrol sambil makan siang, gimana?" tawar Nayeon.

Johnny tersenyum mendengar tawaran Nayeon, tentu saja Johnny tidak akan menolak tawaran tersebut, "Iya boleh, pake mobil gue aja ya" ujarnya, "Iya boleh" setelahnya Johnny menggiring Nayeon menuju mobilnya, tidak lupa membukakan pintu mobilnya untuk Nayeon. Membuat Nayeon tersenyum sungkan dan mengucapkan terima kasih.

~

Mereka berdua memilih sebuah restoran mewah yang terletak tidak jauh dari klinik Nayeon. Obrolan mereka mengalir begitu saja seperti seorang teman lama yang sudah lama tidak bertemu- membahas mulai dari keinginan mereka berdua untuk kembali menyambangi New York, membahas daegal dan percakapan ringan lainnya.

"Jadi lo dokter hewan ya selama ini" ujar Johnny sebari memotong daging steak miliknya.

"Jadi lo CEO, John?" timpal Nayeon, membuat Johnny tertawa.

"Baru dua tahun yang lalu sih, pas gue balik dari New York lebih tepatnya" jelas Johnny.

Nayeon mengangguk, ia memasukkan potongan daging steak kedalam mulutnya, "Tadinya gue ngga ada niat buat lanjutin perusahan bokap sih" lanjut Johnny.

Nayeon mengerutkan keningnya, "Kenapa?" Johnny tersenyum sebari menatap Nayeon yang terlihat penasaran dengan jawabannya.

"Masa lalu gue gelap banget, sampe gue ngerasa ngga pantes buat lanjutin perusahaan bokap" ujar Johnny, ia mengatakan itu dengan wajah santainya.

"Tapi menurut gue lo pantas kok, dari pertama kali gue temuin lo dijalan itu gue tau kalau lo itu sebenernya diciptakan buat jadi orang yang sukses, lagian lo lebih cocok kaya gini, dari pada jadi berandal- lagian setiap orang punya masa lalu kali, jadi ngga perlu ambil pusing lah" Johnny menatap Nayeon yang berbicara panjang lebar sebari sibuk memotong daging miliknya tanpa melihat kearah Johnny.

Meskipun terkesan banyak bicara, entah kenapa Johnny menyukai sisi Nayeon yang seperti itu. Menurut Johnny, Nayeon adalah sosok yang jujur pada dirinya sendiri dan orang lain, ia lebih memilih mengutarakan apapun yang ada dalam pikirannya.

Nayeon mendongak menatap Johnny yang menatapnya, Nayeon meringis pelan. Johnny pasti merasa tidak nyaman karena mendengarnya terlalu banyak bicara dan mengomentarinya.

MixedWhere stories live. Discover now