Kutu Buku & Brandal 2

163 30 5
                                    

Nada memasuki pelataran sekolahnya, seperti biasa beberapa orang terlihat menyapanya dengan ramah, membuat Nada sedikit merasa lelah karena harus selalu membalas sapaan dan senyuman mereka. Nada menghentikan langkahnya lalu memperhatikan area parkir khusus sepeda motor yang tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat seorang lelaki yang dua hari lalu membantunya dan juga sepupunya, lelaki tersebut terlihat sedang sibuk memarkirkan motor vespa miliknya. Nada tertawa dalam hati karena penampilan lelaki yang ia ketahui bernama Waldo itu sudah kembali seperti pertama kali mereka bertemu.

Mata mereka berdua bertemu, Nada dengan cepat membuang muka. Sedangkan Waldo yang melihat itu hanya acuh, ia memilih untuk segera berjalan menuju kelasnya berada. Nada sedikit menoleh untuk melihat apakah Waldo masih berdiri disana atau sudah pergi- Nada menghela nafas lega ketika melihat punggung Waldo berjalan kearah berlawanan dengannya.

"Itu anak emang secuek itu ya? Gue kira seengganya dia bakalan nyapa gue gitu basa basi, taunya ngga" ujar Nada sebari menatap punggung Waldo yang semakin menjauh.

Nada mengedikkan bahunya acuh, lagi pula memang ia mengharapkan apa? Nada memilih untuk melanjutkan langkahnya yang tertunda, mengingat sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi.

.
.
.

Nada menatap datar Minggu yang berdiri dihadapannya dengan senyuman yang menurut Nada terlihat bodoh. Nada yang sedang menuju kearah kantin sebari membawa kotak bekalnya itu benar-benar dikejutkan dengan kehadiran Minggu yang menghalangi jalannya, Nada mengira setelah ia mengatakan pada lelaki berbadan besar itu jika ia sudah memiliki kekasih, lelaki itu akan berhenti mendekatinya, nyatanya tidak. Dan sepertinya lelaki itu memang benar-benar gila, lihat saja penampilannya saat ini; kacamata tebal, rambut klimis dan seragam yang tertata rapi.

"Menurut kamu gimana penampilan aku? Udah sesuai sama cowok idaman kamu kan?" tanyanya dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari bibirnya.

Nada menghela nafas, "Ming, gue tau lo gila. Tapi jangan gini gini banget lah, lo malah keliatan culun. Lagian penampilan lo ngga akan ngerubah isi otak lo juga" ujar Nada.

"Iya sih, cuma ya dicicil lah. Gue udah daftar les kok minta ke mami" Minggu mengatakan itu dengan semangat.

"Gue udah punya pacar, Ming. Astagaaaa- udah sana minggir, gue mau ke kantin" Nada mendorong pelan tubuh besar Minggu, membuat Minggu bergeser kesamping.

"Nada sayang! Tungguin aku dong! Heran deh suka banget main kejar-kejaran kaya di film india" Minggu segera mengejar ketertinggalannya.

~

Nada masuk kedalam kantin yang sudah cukup ramai, matanya menatap sekeliling mencari meja yang kosong untuknya. Dalam hati ia berdoa setidaknya ada satu meja yang kosong, atau ada seseorang yang berbaik hati menawarkannya untuk bergabung. Namun sepertinya mereka semua sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga tidak menyadari kehadiran Nada disana.

"Nada sayang!"

"Mampus gue, raksasa dateng"

Nada kembali mencari meja kosong untuknya, dan bingo. Ia menemukan satu meja yang hanya berisikan satu orang yang sibuk memakan bekal miliknya, dengan kecepatan penuh yang dimiliki Nada, ia berlari cepat kemeja tersebut dan duduk disebelah orang itu, mengabaikan tatapan terkejut dan bertanya untuknya.

Nada dengan gerakan cepat membuka kotak bekal yang ia bawa, "Plisss bantu gue, Do. Biarin gue duduk disini" bisik Nada pada Waldo dengan nada memohon.

Waldo yang mendengar itu menghela nafas, "Ya udah iya duduk aja" ujarnya.

Nada tersenyum senang kemudian memakan bekalnya, Waldo pun melakukan hal yang sama. Tidak lama dari itu Nada merasakan kehadiran seseorang, dan benar saja itu adalah Minggu, yang tanpa izin duduk dihadapan Nada dan juga Waldo, ia menatap tidak suka kearah Waldo.

MixedWhere stories live. Discover now