1

105K 16.1K 5.8K
                                    

Tahun demi tahun, sebuah sekolah bergengsi yang berlokasi di Jakarta Selatan menjadi semakin terkenal— baik karena tumpukan prestasi dan para alumninya sangat sukses, serta uang sekolah yang amat mahal. Nama sekolah tersebut tidak asing lagi di negeri ini yaitu SMA Lesmana.

Sekolah swasta ini semakin lama semakin berkembang baik. Selain infrastruktur yang diperbaiki secara besar-besaran beberapa tahun yang lalu, gedung bertingkat empat tersebut kini memiliki puluhan kelas serta ruangan seperti laboratorium, perpustakaan, ruang siaran radio, hingga gedung olahraga.

Selain gedung yang semakin baik, ada juga lingkungan luas yang dijadikan daya tarik tersendiri untuk sekolah ini. Ada tempat rekreasi dipenuhi pepohonan rindang untuk refreshing, lapangan outdoor basket, sepak bola, voli, bulu tangkis, kolam renang, hingga golf.

SMA ini juga menyediakan dua asrama, yakni asrama putra dan putri. Kedua asrama tersebut berada jauh di sisi barat dan timur. Sebagai siswa dan siswi di sekolah ini, mereka diwajibkan untuk tinggal di asrama. Alasan yang masih beredar dari mulut ke mulut adalah agar sekolah lebih mudah memantau kegiatan mereka.

Membatasi kebebasan? Tentu saja. Sekolah ini juga terkenal ketat dalam absensi pelajarnya. Ada batasan dan hukuman tertentu yang ditetapkan untuk pelajar yang suka membolos. Sering juga terjadi razia minuman alkohol dan rokok baik di kelas maupun di asrama.

Bagi siswa yang terpaksa masuk, sekolah ini neraka. Namun bagi orang tua, ini adalah kesempatan bagus untuk mendidik anak mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan terkendali.

Untuk melengkapi sekolah ini dan mempermudah pelajar, ada kantin luas yang bisa menampung lebih dari seribu orang serta toko dengan barang lengkap di sampingnya. Jauh di ujung gedung, terdapat peternakan kecil yang berguna untuk mengisi daging segar untuk dikonsumsi para pelajar.

Semua di sekolah ini lengkap, seperti sekolah idaman sebagian siswa dipenjuru Nusantara.

Di sore hari yang indah dan cerah, di ruang TU bagian barat, seorang laki-laki— tidak, dia adalah gadis dengan potongan rambut pendek. Hoodie hitam oversize menutupi tubuhnya dengan sebuah celana jeans boyfriend. Tingginya di atas rata-rata gadis di Indonesia, sekitar 169-170 cm. Wajahnya mulus dan putih dengan sepasang mata besar beriris amber.

Bibirnya yang merah semakin merah karena digigit terus menerus. Matanya tertuju pada pria di seberang meja, menatapnya dengan kukuh.

“Saya gak bisa tinggal di asrama putri, Pak.”

Pria itu bernama Wawan, staf TU SMA Lesmana. Menghadapi lawan yang sejak tadi tidak menerima pengaturannya, dia menghela napas.  “Azalea Alyosha Rahardian. Identitas kamu di kartu keluarga adalah perempuan. Jika tidak di asrama putri, kamu mau tinggal di mana?”

Gadis itu mengerutkan kening samar. Melirik sekitarnya, dia mencondongkan tubuh agar lebih dekat ke arah Pak Wawan. “Sebenernya ya Pak, gender saya masih gak jelas.”

“Maksud kamu?” tanya Pak Wawan tak mengerti. Dia melirik gadis itu dari atas hingga bawah dengan wajah kebingungan.

Gadis itu, Azalea, mengembuskan napas sedih. Dia melipat tangannya di atas meja dengan mimik sendu. “Bapak pasti pernah dengar tentang intersex gak? Seseorang yang lahir dengan dua gender.”

Awalnya Pak Wawan tak mengerti. Namun mendengar kata-katanya, pria setengah baya itu terbelalak. “Jadi kamu....”

Azalea bergegas mengangguk. Matanya sedikit berair, membuat Pak Wawan merasa kasihan. “Saya juga gak ngerti, Pak. Saya cewek sejak kecil, tapi malah didiagnosis sebagai cowok setahun lalu. Bahkan masuk toilet cewek saja saya merasa enggan, takut berdosa.”

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now