74

32.5K 6.9K 2.4K
                                    

Azalea menyesal. Dia merasa bahwa karena kebodohannya, Nakusha dan Salga mendapat luka begitu banyak. Dirinya terlalu impulsif, keras kepala, dan melakukan sesuatu sesuai keinginannya sendiri tanpa mempertimbangkan hal lain. Jika bukan untuk melindunginya, tidak akan ada yang terluka di sini.

Sebesar apapun Azalea menyalahkan diri sendiri, itu tidak bisa memutar waktu kembali untuk mencegah kejadian tersebut terjadi. Kedua laki-laki itu masuk rumah sakit dengan perbedaan masalah. Salga yang geger otak ringan dengan sekujur tubuh penuh lebam, dan Nakusha yang terkena tikaman di perut dan punggungnya.

Memasuki bangsal Salga sambil membawa sepiring potongan buah apel yang telah dikupas, Azalea bergeming melihat sosok yang duduk bersandar di atas tempat tidur sambil berbicara pelan dengan mamanya. Matanya perlahan melebar, sebelum berlari menuju arahnya dan memeluk lehernya erat.

“Huaaa Kak Alga!!!”

“Le,” panggil Salga tidak nyaman sembari menarik tangan Azalea untuk membebaskan dirinya dari jeratan sang adik.

“Kak Alga, Lea minta maaf repotin Kak Alga mulu.” Diantara ketidaknyamanannya, Salga tertegun. Tidak pernah terbayang olehnya Azalea yang selalu tidak peka akan meminta maaf. Namun kalimat berikut dari gadis itu membuat wajah Salga berubah pucat pasi. “Meski Kak Alga gak berguna, beban keluarga, dan nyusahin, tapi Lea sebagai adek yang cantik, baik nan imut gak tega lihat Kak Alga baring di rumah sakit sambil muntah-muntah terus meluk Papa kayak monyet biar Papa gak pergi.”

“Si bocil,” rutuk Salga kesal sembari meletakkan telapak tangannya di wajah Azalea dan mendorongnya menjauh. “Gue mual. Mau dimuntahin lo?!”

Sontak Azalea menggeleng kuat sembari meringsut ke belakang Skaya yang duduk menonton mereka dengan tawa ringan. “Mah, Kak Alga geger otak gak bikin gila, kan?”

“AZALEA!” pekik Salga marah membuat Azalea semakin bersembunyi di belakang Skaya.

Salga menarik napas, menenangkan dirinya yang tiba-tiba naik pitam karena kemunculan Azalea yang nakal. Melihat piring di tangan gadis itu, Salga berkata datar, “Siniin apelnya.”

Mata Azalea mengerjap. “Buat apa?”

“Ngepel lantai. Ya dimakan. Buat gue kan itu?!”

“Nggak, ih. Pede kali Kak Alga.” Azalea mencibir lalu mengambil satu potong apel dan menggigitnya. “Lea potong buat diri sendiri kok. Niatnya sebagai camilan nunggu Kak Alga bangun.”

Salga tiba-tiba terdiam. Dia menatap Azalea yang tersenyum bangga sembari melangkah menuju sofa dan duduk di sana dengan kaki bersila.

“Biar Mama yang potongin buat Alga. Jangan ngambek.” Skaya menyodok pipi Salga menggunakan jari telunjuknya lalu mulai mengupas kulit apel dan memotongnya untuk Salga.

Kebiasaan Salga saat benar-benar marah bukan membentak, tetapi diam dan tidak ingin berbicara dengan orang yang dimarahinya. Menurut Skaya anaknya sangat lucu, jadi dia suka menggodanya ketika mulai marah seperti ini.

“Lea pas lihat Alga udah bangun jadi nakal. Padahal Alga gak tahu aja Lea nangisnya kek gimana pas siuman. Hal pertama yang dikhawatirin Lea itu Alga, loh.”

Salga mendengus pelan. Bibirnya sedikit mengerut, ada kebanggaan samar di wajahnya sebelum bergumam dingin, “Kalau dia khawatirin Nakusha duluan, Alga bakal kunci dia di rumah biar gak ketemu pacarnya.”

Skaya terkekeh. “Ngomong-ngomong soal temenmu itu, lukanya lebih parah dari kamu. Luka di pergelangan tangannya retak, luka tusuk di perutnya lumayan dalem sampe harus dijahit. Untungnya sayatan di punggungnya gak dalem, kalau nggak mesti dijahit juga. Dia juga kekurangan darah pas sampai di RS semalem.”

Kening Salga sedikit mengerut. Dia tahu sedikit soal Nakusha yang disekap bersama Azalea saat kecil. Informasi ini lebih detail dia temukan secara tidak sengaja saat memasuki ruang kerja Sagara. Pria itu mencoba memeriksa apakah Azalea aman berada di sekitar Nakusha atau tidak. Biar bagaimana pun kejadian penyekapan itu membuat Azalea memiliki dampak psikologis yang dalam, meski gadis itu tidak mengingatnya.

Salga akui Nakusha kuat. Bahkan kemarin, meski ada luka berat, dia masih menjaga Azalea dalam pelukannya sampai setengah jam hingga Sagara beserta polisi tiba membawa mereka ke rumah sakit. Karena melihat ketulusannya saat itu menjaga Azalea yang tidak sadarkan diri, Salga entah kenapa jadi sedikit melonggarkan kewaspadaannya dan sedikit menerima hubungan Nakusha dengan sang adik di dalam hatinya. Walau di luar dia masih bersikap menentang.

Azalea yang duduk di sofa diam-diam akan mencuri pandang pada Salga yang berbicara dengan Skaya. Ketika Salga merasakan tatapannya dan menoleh, dia buru-buru menunduk sembari memasukkan banyak potongan apel ke dalam mulutnya. Ada sedikit kesenangan di wajahnya melihat Salga baik-baik saja, meski sang kakak masih merasa sedikit mual ketika bergerak lebih banyak.

Setelah lega, Azalea diam-diam meninggalkam bangsal Salga dan berlari menuju bangsal samping di mana Nakusha berada. Kepalanya melongok dari balik pintu, menatap kaget Sagara yang berada di bangsal Nakusha.

“Semuanya saya serahkan ke Om.” Kalimat itulah yang Azalea dengar dari mulut Nakusha sebelum mereka menyadari kehadirannya.

“Lea, Kak Alga udah siuman?” tanya Sagara sembari melambaikan tangan agar Azalea mendekatinya.

“Hm. Kak Alga lagi manja-manja ke Mama,” ujar Azalea mengadu saat pundaknya direngkuh Sagara.

“Ck, anak itu mulai cari kesempatan dalam kesempitan,” gumam Sagara sebelum mengecup pucuk kepala Azalea lembut. “Papa temui kakakmu dulu. Jangan lari ke mana-mana, main paling jauh di sini aja. Ngerti?”

Azalea mendongak sembari menyengir lebar, membuat matanya menyipit seperti bulan sabit. “Oke, Daddy.”

Sagara gemas, mengacak rambutnya sebentar. “Jika ada apa-apa dengan putri saya, beritahu saya segera,” wanti-wanti Sagara sebelum melangkah pergi meninggalkan keduanya sendiri di bangsal luas tersebut, tanpa khawatir bahwa dia sebenarnya telah menempatkan anaknya di tempat paling rawan.

Our daughter.” Nakusha berbisik pelan begitu Sagara menutup pintu bangsal.

Azalea bergegas duduk di samping tempat tidur Nakusha, menatap laki-laki itu dengan mata cerah. “Siapa daughter Ehan?”

“Kamu.”

Mendengarnya membuat Azalea terbahak. “Lea gak punya dua Daddy.”

“Kalau begitu call me Daddy. Kamu jadi punya Daddy lain.” Di wajah pucatnya, Nakusha masih bisa menampilkan senyum menggoda yang rupawan, membuat Azalea tertegun terpesona.

“Oke.” Azalea mengangguk mengerti dan memanggil dengan serius. “Ayah.”

Nakusha seketika terdiam karena Azalea sengaja tidak mengambil umpan dari godaannya. Mau tak mau dia menghela napas tak berdaya dan menarik gadis itu lalu menggigit pipinya gemas sebagai hukuman.

TBC

June 18, 2022.

2K comments for next. Mungkin lusa aku bisa update lagi.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang