19

56.2K 12.8K 6.7K
                                    

Wajah berbinar Azalea membuat Nakusha tidak menolak. Di bawah desakan gadis itu, mereka akhirnya menyelinap pergi menuju dapur kantin. Meski belum terlalu larut, sekitar daerah kantin memang sudah sepi setelah melewati jam makan malam.

Seperti sebelumnya, mereka akan masuk melewati pintu belakang. Azalea bersemangat, soalnya dia memang suka berduaan saja bersama Nakusha.

Melirik laki-laki itu yang memasuki dapur dalam diam, senyumnya merekah.

Laki-laki ceria dan romantis memang manis, tapi laki-laki pendiam namun penurut lebih menggemaskan. Penurut bukan berarti dia tidak bisa melawan, melainkan karena dia tidak bisa menolak orang yang dicintainya.

Azalea sejak dulu memimpikan kisah cinta seperti ini. Sosok yang bisa memanjakannya dan memprioritaskan dirinya. Meski cara yang dianut Azalea saat ini salah, dia merasa bisa mendapatkan laki-laki yang lebih tulus menyukainya.

Dari segala hal, gadis itu berharap banyak pada Nakusha. Dia susah digapai, jadi apa? Ketika tembok pertahanannya hancur, betapa bucinnya dia saat itu terjadi? Semakin susah, Azalea pikir semakin baik. Gadis di luar sana tidak akan mudah mendapatkan cintanya, jadi Azalea tidak takut diselingkuhi.

“Buat apa?” tanya Nakusha langsung mengambil atensi Azalea.

Gadis itu mengerjap lalu meletakkan telurnya di atas meja. “Telur ceplok!”

Nakusha mengangkat alisnya lalu memeriksa rice cooker. Karena tidak ada nasi yang tersisa, Nakusha menarik lengan bajunya hingga siku, mengambil beras untuk dicuci sebelum meletakkannya di rice cooker.

“Ehan, masak nasi bukannya lama ya?” tanya Azalea sambil menangkup wajahnya menggunakan kedua tangannya di atas meja.

“Lama,” balas Nakusha singkat.

“Tapi gue keburu laper. Gimana kalo gue mati kelaparan?” keluh Azalea dengan suara pelan.

“Lo makan siang sekitar jam 12-an, sampai saat ini kira-kira baru 8 jam. Orang yang gak makan berhari-hari aja masih bisa bertahan.” Nakusha meliriknya datar. “Jadi tenang, lo masih tetap hidup bahkan kalau malam ini gak makan.”

Setelah mengatakan serangkaian kalimat tersebut, Nakusha memalingkan wajah dan memainkan ponselnya sambil menunggu nasi.

Azalea tercengang. Sepertinya ini kalimat terpanjang Nakusha padanya?

“Ehan, lo to the point banget.” Azalea memprotes. “Bujuk kek, kasih kata-kata manis biar gue bisa tungguinnya. Kek pacar orang gitu.”

“Lo bukan pacar gue.”

Azalea merasa tertohok. “Buat saat ini, gak tau nanti kan?”

“Gue gak ada minat pacaran,” sahut Nakusha tanpa menatap gadis itu. “Apa lagi sama sesama jenis.”

Azalea menyengir, namun tidak mengatakan apa-apa. Dia ingin memegang kata-kata Nakusha ini, ingin melihat apakah dia akan menjilat ludahnya di masa depan.

30 menit kemudian dalam diam, Azalea mengusap matanya. Setelah berlari dikejar bebek tadi, dia merasa lelah sehingga lebih cepat mengantuk. Dia memilih memainkan jemarinya di atas meja, mengabaikan kemerahan karena patokan bebek tadi.

Namun Nakusha yang sejak tadi entah melakukan apa dengan ponselnya sesekali melirik karena merasa aneh akan keheningan Azalea. Saat dia melirik untuk kesekian kalinya, dia malah salah fokus pada beberapa memarnya.

Dia melangkah pergi, membuka laci di sudut ruangan dan mengambil salep sebelum mendekati Azalea lalu mengambil tangannya tanpa pemberitahuan.

“Ehan?” tanya Azalea kaget.

Nakusha membuka salep dan mulai mengusapnya ke tangan gadis itu. “Ini kenapa?”

“Dipatok bebek,” jawab Azalea pelan. Dia menatap sisi wajah Nakusha. Karena jarak mereka yang dekat, jantungnya kembali berpacu cepat.

“Jangan nyuri lagi. Denger?” Nakusha menoleh ke arahnya dengan tatapan peringatan.

Azalea mencuatkan bibir. “Gue gak nyuri. Nanti bayar kok sama ibu-ibu kantin.”

Nakusha hanya diam, terpaku sejenak pada mata Azalea sebelum kembali menatap tangannya. Dia mengusapnya pelan dengan tatapan dalam.

“Ehan, lo marah?” tanya gadis itu hati-hati melihat keheningan Nakusha.

Laki-laki itu tiba-tiba melepaskan tangannya, berjalan menuju kompor dan mulai memasak. Seharusnya hampir sejam setelah dia memasak nasi.

Melihat keanehan Nakusha, Azalea ikut menatap tangannya. Entah kenapa dia merasa Nakusha semakin aneh. Dia tidak menatapnya ketika berbicara. Dan saat menatapnya, dia akan terdiam sebelum membuang muka. Bukan hanya hari ini, tetapi dari beberapa hari yang lalu.

Beranjak mendekati Nakusha, Azalea menatapnya lekat. Tidak mungkin Nakusha menjaga jarak karena tahu dia perempuan. Jika tahu, pasti dia akan langsung mengatakannya. Jadi, apakah karena sikap agresifnya dalam pendekatan membuat Nakusha merasa risih?

Memikirkan kemungkinan ini, Azalea jadi resah. Tidak boleh. Kalau Nakusha menarik jarak, dia akan semakin susah mendekat!

Mungkin karena terlalu hanyut dalam pikirannya, Azalea tidak menyadari bahwa sudah bermenit-menit dia lalui sehingga Nakusha juga telah selesai memasak telurnya. Laki-laki itu mengambilkan nasi panas dan meletakkan telur ceplok di atasnya sebelum menyerahkan kepada Azalea.

Mengerjap pelan, Azalea tersenyum kaku. Nampak masih gelisah karena dugaannya tadi. “Makasih. Ada kecap?”

Nakusha mengangguk dan mengeluarkan kecap membuat Azalea tersenyum semringah dan menuangkannya melingkar di atas telur dan nasinya. Sederhana memang, tapi ini makanan kesukaan Azalea!

Memakannya dengan nikmat, Azalea hampir melupakan Nakusha di sampingnya. Dengan pipi mengembung karena makanan, dia mengangkat sendoknya untuk menawarkan. “Ehan mau?”

“Gak.” Setelah menolak, Nakusha berjalan ke arah lain untuk membuat susu jahe kesukaannya.

Azalea mengedikkan pundak, mencoba melupakan kejanggalan Nakusha sementara waktu dan menikmati makanannya. Memotong telur di atas piring, dia menggertakkan giginya.

Emak bebek, gue makan anak lo! Batinnya penuh kedengkian dalam hati.

Setelah menghabiskan makanannya, Azalea merasa puas dan bersemangat. Dia mencuci piring dengan suasana hati bahagia sebelum berbalik dengan tangan basah karena habis mencuci.

“Ehan....” panggilnya ceria.

Nakusha menyeruput susu jahenya perlahan sebelum meletakkannya di atas meja dan menatap Azalea yang berdiri di depannya. Menatap matanya untuk sementara waktu, matanya dibalik kacamata menjadi semakin dalam.

“Azel.”

“Hm?” sahut Azalea setelah tersentak pelan karena tiba-tiba dipanggil dengan serius.

“Besok bisa pindah ke kamar lain?”

Azalea tertegun. “Lo usir gue?” Pertanyaan itu langsung lolos dari mulutnya.

“Iya.”

TBC

5K komen.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now