57

46.4K 11.6K 7K
                                    

Ada rengekan, tangisan, dan kebisingan dalam mobil jeep itu, membuat pria yang duduk di kursi depan membentak kasar. Anak-anak di sana langsung meringsut, ketakutan.

Salah satu gadis kecil, pakaiannya masih terlihat bersih dengan wajah bingung memandang mereka. Dia menggerakkan kakinya yang bergelantungan di kursi, dalam hati merasa heran kenapa anak-anak itu mau duduk di bawah. Padahal lebih enak duduk di kursi.

Ketika mobil berhenti, isakan anak-anak itu tersendat. Ketika pintu mobil belakang terbuka, seorang pria menarik mereka turun satu persatu hingga gadis kecil yang duduk di kursi.

Hey, little girl, what's your name?” tanya pria yang mengenakan masker hitam itu sembari menggendong gadis kecil itu.

Gadis kecil itu menelengkan kepala, bingung. “Om bilang apa?”

Honey, I don't understand.

“Om, Lea gak bisa bahasa Ingglis,” katanya dengan suara lembut namun cadel.

Dibanding anak-anak kecil lainnya yang memiliki fitur wajah layaknya orang Eropa, Azalea memiliki penampilan yang berbeda. Wajahnya khas Asia, berkulit putih dengan mata amber, rambut hitam pekat, serta pipi tembam.

Stop talking and hurry up!” Seorang pria bertempramen kasar berceletuk, membuat pria yang menggendong Azalea mendengkus dan membawa gadis kecil itu memasuki gedung.

Azalea kecil melirik sekitarnya penasaran. Dia melirik banyak pria besar yang berlalu lalang dengan senjata di tangannya, masih berpikir itu seperti mainan yang sering dipamerkan Genta dan Abe.

Tiba-tiba matanya terhenti pada sesosok anak laki-laki yang berjalan ke arah berlawanan dari mereka. Meski pakaian anak laki-laki itu kotor dengan tubuh kurus, dia cukup tinggi dan sangat tampan!

Mata gadis kecil itu menyala. Dia menepuk pundak pria besar yang menggendongnya. “Lea mau sama kakak itu!” katanya sambil menunjuk arah kepergian anak laki-laki tadi.

Ah, your name is Lea?” tanya pria itu sebab sejak tadi mendengar nama yang sama keluar dari mulut Azalea.

Azalea masih tidak mengerti apa yang dibicarakan pria itu. Dia memukul pundak pria itu sekuat tenaga serta kakinya yang bergelantungan bergerak tak beraturan. “Mau kakak itu! Lea mau sama kakak itu!”

Keep calm, little girl. What do you want to?” Jelas pria berbadan kekar sepertinya tidak memiliki pengalaman membujuk anak kecil. Namun dia sedikit gatal dalam hatinya saat melihat betapa cantiknya anak kecil ini, jadi mau tak mau dia ingin bermain dengannya sebelum berpisah.

“Kakak! Lea mau sama Kakak itu!” Azalea kecil kembali menujuk arah perginya anak laki-laki tadi.

Pria itu melirik arah yang ditunjuk Azalea. Tatapannya sedikit rumit. Namun di bawah desakan dan rengekan Azalea serta sebagai pria yang tidak handal dalam membujuk anak kecil selain dalam kekerasan, mau tak mau harus menuruti permintaan gadis kecil itu. Toh, dia tetap menjadi sanderaan mereka.

Azalea disuruh memasuki ruang remang-remang dan sumpek itu sendiri. Dia berbalik, menatap pria yang menemaninya sejak tadi untuk sementara waktu, lalu melangkah masuk ke dalam. Baru saja masuk beberapa langkah, derit pintu tertutup menggema.

Gadis itu menoleh kanan-kiri. Karena saat ini malam, hanya ada satu buah lampu berwarna kuning samar di atas. Ada tumpukan barang yang tertutup kain putih kekuningan, dengan debu tebal menyelimuti lantai.

“Kakak?” cicit Azalea takut.

Hening. Gadis kecil itu semakin ragu untuk melangkah. Namun ketika mendengar suara derit samar dari pojok ruangan, dia menoleh. Melihat sosok yang duduk tenang, matanya berbinar dan berlari kecil.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang