12

55.4K 13.2K 5.5K
                                    

Otak Nakusha seketika kosong. Dia menatap sosok di hadapannya dengan tubuh sedikit kaku. Apa lagi ketika angin berembus pelan, menerbangkan aroma lembut dari Azalea.

“Uke?” tanya Nakusha, tidak mengerti.

Segera Azalea mengangguk. “Uke itu artinya penerima, kayak di posisi cewek sewaktu jalin hubungan. Gimana Ehan? Mau gak?”

“Tapi kenapa gue harus jadi uke?”

Pertanyaan itu membuat Azalea sedikit tercengang sebelum tersenyum lebar. “Karena gue mau jadi seme!”

Nakusha mengerutkan kening samar. “Seme? Apa lagi?”

“Kebalikan dari uke.”

“Gue lebih besar dari elo. Kenapa harus jadi uke?” Pertanyaan Nakusha ini semakin membuat Azalea melongo.

Mengerjap pelan, matanya seketika berbinar. “Jadi kesimpulannya lo mau?”

Nakusha mendengkus pelan sebelum mendorong jidat Azalea menggunakan jari telunjuknya. “Gak.”

“Ehan....” Azalea termundur beberapa langkah lalu memanggil namanya dengan nada menyedihkan sembari memasang puppy eyes andalannya.

“Stop bercanda. Besok masih sekolah, lebih baik cepet tidur biar lo gak tidur di kelas lagi.” Nakusha menasihati dan menariknya untuk berjalan.

Azalea mencuatkan bibir, menatap Nakusha di depannya tidak terima. Dia memikirkan sesuatu lalu menyeringai. “Ehan, gue serius! Lo harus mikirin ini, mau jadi pacar gue atau gue jadi pacar lo!”

Setelah itu dia melepas tangannya yang ditarik Nakusha dan lari terbirit-birit meninggalkan laki-laki itu sendiri.

Nakusha menatap punggung Azalea sejemang sebelum terkekeh. Menggeleng kepala pelan, dia kembali ke asrama dengan wajah acuh tak acuh seolah kejadian tadi tidak terjadi.

***

Yelin mengemas makanan di kantin dengan mulut terus menyumpah serapahi Azalea. Demi tidak ketahuan kakaknya, Azalea menjadikannya babu setiap siang.

“Yel, ngapa lo sendiri di sini?” Suara berat itu membangunkan Yelin dari pikirannya.

Ketika menoleh, dia mendapati tiga sosok tampan yang berhenti di sisi sampingnya. Tanpa sadar Yelin mengedarkan pandangan lalu meringis karena dugaannya benar, semua orang jadi memusatkan perhatian ke arah mereka. Dia memelototi sosok yang mengajaknya bicara karena merasa sumber masalah ada padanya.

“Lo yang ngapain ke gue, Bang? Gue bilang jangan deket-deket gue kalo di sekolah!”

“Genta kesian liat lo sendiri, Lin. Masa adeknya yang cuantik sendirian sih.” Abe menyahuti.

“Ya siapa tau ada yang bully adek gue, mau ketemu orangnya langsung,” ujar Genta dengan senyum pepsodent.

Alis Yelin terangkat. “Buat apa?”

“Jadiin temen, lah! Kapan lagi punya sekutu. Bhahaha.”

Yelin mengangkat roti di tangannya, siap melemparnya jika saja dia melupakan bahwa roti tersebut dibeli pakai uang.

Salga yang sejak tadi diam melirik makanan yang dikemas Yelin. “Lo makan sebanyak itu?”

Sebelum Yelin menjawab, Genta mendahului. “Yel-yel mau cosplay jadi babi, Bos. Wajar kalau makanannya segitu.”

Gadis itu mencebikkan bibir, semakin kesal dengan kakaknya. “Lo yang babi!”

Genta tertawa. Semakin kesal Yelin, semakin bahagia dia.

Salga melirik Genta, lalu mengeluarkan dompet. “Berapa? Biar gue bayar.”

Mata Yelin terbelalak ngeri. Dia memaksa senyuman di bibir. “Gak usah, Kak Alga. Udah bayar kok.”

“Yel, lo—”

“Rempong lo! Yelin pergi dulu ya Kak Alga, Kak Abe.” Tanpa melirik Genta, Yelin bergegas pergi dari sana.

Dia memang agak ngeri kalau Salga membayar. Sangat royal. Mungkin karena keluarga mereka terlalu kaya, dia jadi suka membagi uangnya ke orang. Tapi anehnya, beda dengan Azalea. Sahabatnya itu malah jadi pihak yang menerima barang gratisan. Yelin jadi curiga bahwa dulu Sagara salah mengambil bayi di rumah sakit.

Berjalan ke gedung sekolah, seorang gadis berlari mendekatinya. “YELIN!”

Yelin mengerjap. Dia menatap gadis yang berhenti di depannya dengan napas terengah-engah. “Kenapa?”

“I-itu, Azel dipukul!”

Mata Yelin melebar. Dia bergegas lari menuju kelas dengan penuh kecemasan. Mendobrak pintu, dia menatap sekitar kelas dengan napas tersengal.

“Yelin.” Azalea melambaikan tangan. Meja di sekitarnya berantakan dengan seorang laki-laki di bawah kakinya.

“Le! Lo gak kenapa-napa?” tanya Yelin cemas. Apa lagi melihat pipi sahabatnya yang merah kebiruan.

“Nggak papa.” Azalea menggeleng lalu menginjak laki-laki di bawahnya lebih keras. “Nih curut dateng tiba-tiba terus mukul gue karena katanya gue rebut lo dari dia.”

Tatapan Yelin akhirnya jatuh pada laki-laki di lantai. Yelin mengambil buku di meja terdekat dan memukul laki-laki itu. “Brengsek! Berani ya lo mukul sahabat gue!”

“Akh.” Laki-laki itu berusaha menghindar dari kaki Azalea dan pukulan Yelin. “Dia emang rebut elo dari gue, Lin!”

Yelin menggertakkan gigi. “Dia sahabat gue dan perlu lo inget, kita gak pacaran!”

“Lin....” Laki-laki itu meringis.

“Basmi aja gak sih?” tanya Azalea meminta pendapat Yelin. Dia menyeringai, membuat gadis-gadis yang menonton di sudut kelas memekik kagum.

Kedua gadis itu mendapat konsensus dalam diam. Begitu hendak melakukan aksi menyiksa laki-laki tersebut, seseorang memasuki kelas.

“Kalian bertiga ikut gue.”

Azalea menoleh. “Ehan!”

Nakusha meliriknya sekilas lalu berbalik. Azalea mengerutkan bibir. Dia segera menarik Yelin untuk mengekori Nakusha, mengabaikan laki-laki sebelumnya.

Memasuki ruang ketua OSIS untuk pertama kalinya, Azalea mengamati dengan saksama. Tidak terlalu banyak benda di sini selain sofa, meja, nakas dan kursi. Melihat Nakusha duduk di kursinya, dia dan Yelin berdiri di depan meja. Beberapa menit dalam diam, akhirnya laki-laki sebelumnya sampai dan berdiri di samping Yelin.

“Ceritain semuanya.”

Azalea melirik laki-laki di sebelah Yelin dengan senyum mengejek lalu menceritakan sedetail-detailnya. Tatapan Nakusha lurus menatap gadis itu, seolah mendengarkan dengan baik. Padahal pikirannya sudah bercabang.

“Sekolah melarang perkelahian. Hukuman untuk yang terlibat antara dua. Skors atau lari.” Nakusha memerhatikan raut wajah Azalea yang cerah dan segera menambahkan, “Karena guru BK lagi keluar, hukuman kalian lari memutari jogging track 20 kali.”

“Oke, gue lari. Tapi lo harus temenin.” Azalea menyanggupi begitu Nakusha kembali menatapnya.

“Tapi Kak....” Yelin cemberut. Dia tidak mau lari dalam keadaan panas-panasan. Apa lagi sekarang matahari tepat di atas kepala.

“Lo bisa bikin ringkasan materi apa aja. Ditulis pake tangan, 50 halaman.”

Memikirkannya, Yelin mengangguk menyetujui. Dia melirik Azalea lalu menyengir, tidak bisa membantu sahabatnya lagi.

Nakusha melirik laki-laki di samping Yelin. “Kalian berdua bisa pergi.”

Setelah selesai mengatur hukuman, dia berdiri. Berjalan bersama Azalea di belakang Yelin, dia menundukkan kepala dan berbisik kepada Azalea.

“Setelah ngajak gue pacaran semalem, lo bikin masalah karena seorang gadis?”

TBC

September 14, 2021.

Sorry tadi malem ketiduran. Entar malem aku update lagi setelah 3K komen di part ini ya.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang