63

58.5K 11.7K 7.8K
                                    

Hei, kangen aku?

***

Musim penghujan telah tiba. Bahkan langit saat ini nampak gelap oleh gerombolan awan kelabu yang menghalau sinar mentari. Padahal saat ini masih sore.

Aroma rerumputan dan tanah menyebar, memasuki hidung Azalea. Gadis yang duduk di kelas dengan mata mengantuk itu menghirup udara dengan rakus lalu mendengkus puas. Dia sangat suka saat hujan turun. Selain suka aroma tersebut, bermalas-malasan dengan selimut membungkus tubuh sambil mendengar air mengalir di luar ruangan adalah hal terbaik yang bisa dia bayangkan.

Hanya dengan memikirkannya saja Azalea semakin tidak sabar untuk kembali ke asrama dan memanjakan diri di atas kasur kesayangannya.

Guru di podium masih menerangkan rumus Fisika dengan penuh semangat, seolah tidak merasakan kantuk dan lesu yang dirasakan oleh semua orang di kelas ini.

Ketika mata Azalea hendak terpejam, tiba-tiba dia merasakan sikutan dari sampingnya.

“Le, Le.” Yelin berbisik untuk mengambil atensinya.

Azalea cemberut. Dia menoleh dengan tatapan kesal. “Apa? Lo gak liat mata gue merah banget pengin tidur cantik?”

“Ih, jangan pundung dulu.” Yelin berdecak. “Bapaknya gak capek ya ngajar daritadi?”

“Gak tau. Coba nanya bapaknya.”

Yelin mengusap dagunya lalu menjentikkan jarinya penuh semangat. Dia melirik ke depan lalu berbisik kepada Azalea. “Le, gimana kalau kita bikin bapaknya ngantuk?”

Mata Azalea langsung terbuka lebar. Dia mendekati diri ke Yelin, nampaknya penasaran. “Gimana?”

“Bentar.” Yelin merobek kertas lalu menulis nama guru Fisika mereka sebelum melipatnya menjadi bentuk kotak dan meletakkannya di lantai, di dekat kakinya. “Terus injek-injek kertasnya,” gumamnya sambil menekan kertas tersebut di bawah sepatunya berulang kali.

Azalea tercengang. Dia melirik bawah kolong lalu wajah Yelin yang serius dengan sedikit tak percaya. “Emang efektif? Siapa bilang?”

“Papi gue,” jawab Yelin polos. “Dulu kata Papi dia suka bikin gini. Eh bener dong, guru yang ditulis namanya terus diinjek auto ngantuk.”

“Papi lo sesat, njir.” Azalea mendelik. “Kalau metode Papa gue sih mending bikin keributan. Waktu gurunya emosi pasti bakal bilang, 'kamu yang keluar apa saya?'”

“Terus? Papa lo jawab apa?” balas Yelin semangat mendengar ceritanya.

“Ada peraturan di sekolah ini siswa gak boleh keluar saat pelajaran. Karena gak ada aturan seperti itu buat guru dan kebetulan bapak menawarkan diri buat keluar, ya silakan.” Azalea memberatkan suaranya, meniru nada datar Sagara.

Seketika Yelin terbahak sampai memukul meja, mengambil atensi guru di podium.

“SISWI DI UJUNG SANA! BERDIRI!”

Tubuh Yelin dan Azalea membeku. Melihat wajah serius nan garang guru tersebut, Azalea meringis sembari menutup wajahnya dengan buku. Sedangkan Yelin, dia dengan kaku menolehkan kepala dan merutuk dalam hati begitu mendapati tatapan tajam guru tersebut mengarah padanya.

“Apa yang kau tertawakan?!”

Yelin sontak memegang rambutnya, kebiasaannya saat salah tingkah. Cengiran kaku langsung terulas di bibirnya. “Tadi lalat nabrak kaca jendela, terus nempel ke kaca lalu merosot ke bawah. Maap ya pak, humor saya sereceh itu.”

Seketika sekelas penuh dengan dehaman. Banyak orang yang menahan tawa dan memilih berdeham untuk meredakan keinginan tawa mereka. Bahkan Azalea cekikan di balik buku.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now