36

55.8K 12.2K 5.8K
                                    

Azalea sudah seperti kerasukan makhluk kasar. Sejak tadi berguling-guling di atas kasur sambil membekap mulutnya sendiri agar suara teriakannya tidak mengganggu tetangga kamar sebelah. Wajahnya memerah dengan rambut seperti sangkar burung. Azalea merasa akan gila jika Nakusha seperti ini terus.

Jika itu Salga, sebagus apa pun dia, Azalea akan merasa biasa saja. Mungkin karena tumbuh bersama sejak kecil dan berhubungan darah? Entahlah, Azalea juga tidak tahu.

Tapi ini Nakusha! Badannya sama kerennya dengan Salga, tapi dia berhasil membuat darah Azalea mendidih.

“Nggak, Nggak. Lea, lo harus tenang.”Azalea mengangguk-angguk sambil duduk di atas kasur. Dia menarik napas dan mengembuskannya pelan, kemudian rona merah di wajahnya akhirnya memudar sedikit demi sedikit.

“Gue gak boleh kalah! Gak boleh mental yupi. Harus sekeras baja, segatel ulet bulu kalau bisa.”

Dia mengambil ponselnya, hendak mengetik di sana. Namun gerakannya menjadi kaku dengan pandangan ke arah pintu.

Tok tok tok

Mata Azalea mengerjap. Dia tidak salah dengar, kan? Dia beranjak mendekat, menempelkan telinganya ke pintu dengan mata menyipit.

Tok tok tok tok

“E-e-e anj!” Azalea latah sambil terlonjak kaget karena gedoran yang hampir merusak gendang telinganya.

Dia mengusap telinganya yang masih berdegung sambil bersumpah serapah. Menatap pintu yang terus diketuk, jantungnya berdetak kencang.

Malam-malam seperti ini, siapa yang mau berkunjung?!

Matanya tiba-tiba menyipit sambil menatap ponsel. Tadi dia menggoda Nakusha. Jangan-jangan... Nakusha yang ada di luar?!

Buru-buru dia mengambil ponselnya yang tergeletak di kasur lalu mengirim Nakusha chat.

Azalea : Ehan, gue cuma becanda ya tadi. Mending lo balik deh.

Tidak butuh waktu lama untuk gadis itu menerima balasan.

Nakusha : Balik ke mana? Gue baru keluar kamar mandi.

Mata Azalea melebar. Dia kembali melirik pintu, menelan saliva kasar sebelum mendekatinya. Membuka pintu meninggalkan celah yang kecil, Azalea melirik ke luar.

“Lele.”

Azalea bernapas lega dan membuka pintu lebih lebar. “Gue kira makhluk tak berkaki.”

“Apa? Setan?” Salga menatapnya sinis. “Percaya kok sama gituan. Emang dasar idiot.”

“Pirciyi kik simi gitiin.” Azalea mencibir dengan muka menjengkelkan.

Salga meremas mukanya dalam satu tangan. “Diem lo. Berani banget sekarang tambah kasar? Udah jago lo?”

Azalea menarik tangan Salga dari wajahnya dengan cemberut. “Kasar gimana?”

Salga menunjukkan roomchat mereka sebelumnya. “Jari tengah. Sejak kapan lo belajar nakal gini? Pasti karena bergaul sama anak-anak munafik itu, kan?”

“Ih, jangan fitnah mereka.” Azalea langsung mengerti siapa anak munafik di mulut Salga. Pasti tentang Nakusha. Dengan berani dia membela diri. “Kak Alga tuh yang nyebelin. Lagian kenapa Kak Alga gak bawa sekalian si Juliet? Di mana dia?”

“Juliet udah ketemu Romeo-nya.”

“Hiyaa!” Azalea malah menyambung dengan nada menggoda.

Salga menjitak keningnya. “Awas lo ngomong kasar lagi. Papa gak suka orang yang kasar mulutnya.”

Azalea mencuatkan bibir. “Iya, deh. Lea janji gak aneh-aneh lagi.”

“Gitu, kek.” Salga mendengkus. Sebelum berbalik dia bergumam kesal, “Buang-buang waktu gue aja mau minum susu jahe.”

Mata Azalea memelototinya. “Gue sumpahi lo kawin sama jahe aja sekalian!”

“Amin.”

“Idih, mit-amit!”

***

Hari kedua diesnatalis, semangat berjuang setiap kelompok masih membara. Ada jadwal tim basket Black Thunder untuk bertanding lagi. Sembari menunggu tim lawan, mereka pemanasan terlebih dahulu di lapangan.

Beberapa saat kemudian, ada sorakan semangat yang mendekat. Beberapa orang berpakaian jersey putih dengan tim pendukung berkaos putih mendekat. Ya, mereka White Cloud— tim lawan Black Thunder hari ini.

“Kuyakin, hari ini pasti menang!” Sepenggal nyanyian tersebut masuk ke indra pendengaran tim Black Thunder.

Ketika tim White Cloud sampai, mereka bergeming di tempat melihat pemain basket Black Thunder yang sedang pemanasan santai di lapangan.

“Mereka... ada di tim Black Thunder?” tanya salah satu pemain basket tim White Cloud tak percaya.

Seketika rasa percaya diri mereka turun drastis.

Nakusha yang tengah pemanasan tiba-tiba mendengar panggilan dari wali kelasnya.

“Nakusha, ada yang mencarimu.”

Alis Nakusha terangkat. Begitu menoleh, dia melihat pria paruh baya yang berdiri tak jauh sambil tersenyum padanya.

Ekspresinya berubah tanpa disadari wali kelas di depannya. “Terima kasih, Bu.” Setelah itu dia melangkah menuju pria tersebut.

Tidak ada yang merasa aneh. Namun Azalea yang sering bersamanya bisa menangkap perubahan kecil Nakusha. Wajahnya berubah sedikit suram, tatapan dinginnya berbeda dari biasanya, bahkan Azalea sempat melihat tangannya hendak mengepal.

Mau tak mau tatapan Azalea mengikuti punggung Nakusha dan pria paruh baya tersebut yang menjauh.

Siapa pria itu sampai membuat Nakusha yang tenang menjadi seperti ini?

TBC

October 20, 2021.

5K.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now