14

54.6K 13.1K 5.2K
                                    

“Bego.” Nakusha merutuk pelan sambil terkekeh rendah. Dia menggaruk pelipisnya menggunakan jari telunjuk sebelum menutup data pribadi Azalea.

Dia bahkan tidak melanjutkan membaca informasi gadis itu. Nampaknya ada kesalahan dalam mendata. Bagaimana mungkin Azalea seorang gadis?

Nakusha menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Jemarinya perlahan mengetuk permukaan meja, matanya menatap lurus layar desktop komputer lalu membuka dua kancing atas kemejanya.

Sepertinya dia harus meluruskan kesalahpahaman ini kepada pihak sekolah. Matanya menyipit memikirkan sesuatu. Kecantikan Azalea sebagai laki-laki memang suka membuat orang kebingungan.

Keesokan harinya, Nakusha benar-benar mengunjungi ruang TU dan menemui pak Wawan.

“Anak pindahan itu?” Pak Wawan tertegun mendengar laporan Nakusha.

Laki-laki itu mengangguk. “Saya lihat ada kesalahpahaman di sini. Wajahnya memang kelihatan feminim, tapi identitasnya cowok. Bisa bapak ubah kesalahan dalam data Azel?”

Pak Wawan menatap Nakusha lekat kemudian teringat Azalea yang mendatanginya dengan alasan yang membuatnya berbelas kasih.

Sebenarnya datanya tidak salah sebab mengikuti data dari keluarganya, yang menjadi masalah adalah kelainan gender Azalea. Tetapi berhadapan dengan Nakusha, dia tidak bisa memberitahu kebenarannya. Ini privasi Azalea, pasti dia tidak ingin masalahnya diketahui banyak orang.

Pak Wawan yang kembali mengasihani Azalea tidak tahu bahwa selama ini dia telah dibohongi oleh gadis tersebut.

Pria baya itu hanya mengiyakan dengan senyuman, sebab dia tahu niat Nakusha adalah baik. “Jaga anak itu baik-baik di asrama.”

Nakusha mengangguk sebelum pamit pergi. Memikirkan sikap pak Wawan begitu membahas Azalea, dia sedikit bingung namun mengabaikannya kemudian. Itu bukan urusannya lagi.

Dalam kehidupan di sekokah, Nakusha selalu mempertahankan sikap ramah sekaligus acuh tak acuh. Begitu seseorang berpas-pasan dengannya, dia akan membalas teguran orang-orang tersebut dengan senyuman sopan.

Berjalan menuju ruangannya, Nakusha mengernyit begitu melihat sosok yang berjongkok di depan pintu ruang ketua OSIS sambil melakukan sesuatu. Dia mendekat, setelah yakin bahwa itu memang sosok yang diduganya, dia memanggil pelan.

“Azel?”

Azalea yang sedang menggoda semut di lantai mendongak. Wajahnya berubah cerah melihat sosok laki-laki itu. “Ehan! Ke mana aja? Gue lama nungguin.”

“Ke TU. Lo ngapain?” tanya Nakusha melirik Azalea dari atas hingga bawah.

Gadis itu menunjuk lantai, lebih tepatnya semut kecil yang akan pergi dari jangkauannya. “Main sama semut. Kesian dia gak punya komplotan. Jadi karena gue dan dia sama-sama sendiri, gue ajak main aja.”

Nakusha tersenyum samar sebelum membuka kunci dan masuk. Melihat laki-laki itu pergi tanpa mengundangnya masuk, Azalea cemberut dan buru-buru bangun untuk mengikuti. Tidak peduli Nakusha suka atau tidak, dia akan menghabiskan waktu istirahat di sini!

Merebahkan diri di sofa, Azalea mengembuskan napas lega. Berjongkok terlalu lama membuat kakinya sedikit mati rasa. “Ehan gak makan siang?”

“Udah.” Memikirkan sesuatu, Nakusha menambahkan. “Dan berhenti manggil gue Ehan.”

Jelas Azelea tidak menyahut, dia malah sibuk bermain ponsel. Nakusha menyalakan komputernya, melakukan sesuatu di sana dua puluh menit sebelum membuka laci mejanya untuk mengambil roti dan sebotol air mineral. Duduk di sebelah Azalea, dia meletakkan kedua benda tersebut di atas meja berkaki pendek di depan mereka.

Azalea tertegun sejenak lalu menoleh melihat Nakusha yang membaca buku di sampingnya. Ini pasti untuknya! “Makasih Ehan!”

Sudut bibir laki-laki itu sedikit terangkat, namun tidak terlihat jelas. Melirik Azalea makan dengan tenang, dia kembali memusatkan perhatian pada buku di tangannya.

Memakan roti berisi coklat, pikiran Azalea jadi melayang. Dia menyipitkan mata, menatap sisa roti di tangannya sebelum tersenyum licik. Dengan sengaja dia membiarkan coklat menempel di sudut mulutnya sebelum mengajak Nakusha berbicara.

“Ehan, gue denger diesnatalis sekolah seru banget?” tanya gadis itu berusaha menarik perhatian Nakusha.

Nakusha membalik lembaran bukunya tanpa menoleh. “Mm.”

“Pembagian kelompok kelas nanti gimana caranya?” tanya Azalea lagi, pantang menyerah.

“Soal itu wali kelas yang rapat.”

Azalea mencuatkan bibirnya sebab sejak tadi Nakusha tidak meliriknya sedikit pun. “Oh,” balasnya tak semangat.

Tanpa diduga, setelah mendengar itu Nakusha menoleh ke arahnya. Dia terdiam sesaat melihat raut lesu di wajah gadis itu sebelum mengingatkan. “Ada coklat di pinggir bibir dan pipi lo.”

Yes! Masuk perangkap! Pekik Azalea dalam hati.

Dia pura-pura menggosok sekitar wajahnya. Matanya menatap Nakusha dengan kebingungan. “Udah hilang belum?”

Melihat sorot matanya, Nakusha tidak berdaya. Dia mengambil tisu di atas meja lalu membersihkan sudut bibir dan pipi Azalea yang kotor. Secara tidak sengaja jarinya menyentuh pipi gadis itu, membuatnya berpikir sejenak dan melepaskan tisu agar membersihkan pipi Azalea menggunakan tangannya.

Usapan lembut jari Nakusha di pipinya selama puluhan detik membuat Azalea sungguh-sungguh bingung. Kenapa sangat lama?

Padahal dia tidak tahu bahwa Nakusha sengaja mengusap pipinya, ingin merasakan wajah halus itu secara langsung di tangannya. Setelah itu dia beralih mencubit pipi Azalea sambil mendekatkan wajah.

“Lo sengaja.”

Mata Azalea melebar. “A-apa?”

Semburan napas hangat dengan aroma mint Nakusha tepat di depannya membuat detak jantungnya menggila.

“Kulit lo lembut.” Nakusha tidak menjawab pertanyaan Azalea. Jarinya masih mengusap pipi Azalea. “Pakai apa?”

Ada sorot tak terduga dari mata Nakusha. Namun Azalea tidak bisa menebak apa yang dipikirkan Nakusha saat ini. “A-anu...”

Nakusha terkekeh pelan. Saat ingin mengatakan sesuatu, pintu terbuka tiba-tiba. Tiga orang yang hendak masuk bergeming di tempat melihat kedekatan Azalea dan Nakusha di sofa.

Azalea terkejut. Dia bergegas bangun dan pergi dengan kepala menunduk. Wajahnya berubah merah dengan sekujur tubuh masih menegang efek perlakuan Nakusha tadi.

Nakusha masih duduk di tempatnya sembari meluruskan punggung. Melihat Azalea melarikan diri, dia tetap diam sebelum melirik anggota inti OSIS-nya. “Udah gue bilang berapa kali? Sebelum masuk harus ngetuk pintu terlebih dahulu.”

“Kita....” Seketika tiga orang tersebut tidak dapat mengatakan apa-apa.

Apa cuma perasaan mereka atau memang Nakusha menatap mereka dengan sorot tidak ramah setelah mengganggu waktunya dengan laki-laki tadi?

TBC

September 16, 2021.

Karena semalem gak update, entar malem aku update lagi. 3K komen dulu tapi.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now