37

56K 13.1K 6.8K
                                    

Nakusha diam menatap sosok yang tersenyum sopan di depannya. Sekitar mereka sepi dari keramaian. Melihat pria ini, Nakusha mau tak mau mengingat-ngingat sudah berapa lama tidak melihatnya.

“Ada apa? Bukan tentang pulang ke rumah, kan?” tanya Nakusha to the point.

Pria itu semakin tersenyum. “Itu tujuan saya datang ke sini, Den. Tuan mencari keberadaan Den Naku dan mengetahui bahwa Den Naku bersekolah di sini.”

Sudut bibir Nakusha sedikit terangkat, sinis. Matanya menatap pria itu dingin. “Aku tidak akan pulang. Minta tuanmu untuk berhenti mengirim seseorang mencariku.”

“Den Nakusha.”

Nakusha berbalik, hendak kembali ke lapangan. Dia tidak menghiraukan panggilan pria di belakangnya sampai mendengar sesuatu yang tidak dia sukai.

“Jika Den Naku masih menolak, tuan berkata akan datang sendiri ke sini dan mencabut beasiswamu.”

Langkah Nakusha terhenti. Dia berbalik sambil menyeringai. “Sekarang tuanmu suka mengancam, heh?”

“Tuan saya adalah ayah Den Naku.” Pria itu membalas dengan sopan. “Keluarga Nahentra masih mampu membiayai Den Naku sehingga tidak memerlukan beasiswa tersebut.”

“Gak usah urusin hal pribadiku!” Nakusha berkata tegas. Dia menaikkan kacamatanya dan kembali ke kepribadian acuh tak acuh. “Aku akan pulang akhir pekan.”

Pria itu mengangguk, masih mempertahankan senyum profesional. “Akan saya sampaikan kepada tuan.”

Nakusha berbalik dan melangkah pergi. Ketika punggungnya semakin jauh, senyum pria itu memudar dan berbalik pergi dengan ketidakpedulian di wajahnya.

Azalea duduk di pinggir lapangan. Sudah sejam lebih Nakusha tidak kembali setelah bertemu pria asing tadi sehingga mau tak mau posisinya digantikan pemain cadangan.

Melirik Salga yang sedang duduk selonjoran tak jauh darinya, dia merangkak pergi secara diam-diam dan bergegas lari menjauh dari sana.

Gadis itu mengikuti arah di mana perginya Nakusha tadi. Semakin jauh, lingkungan sekolah semakin sepi karena kebanyakan orang sibuk dengan berbagai lomba non-akademik.

Azalea cemberut sebab tidak menemukan jejak keberadaan Nakusha. Saat dia berbalik, matanya secara tidak sengaja melihat sosok yang bersandar pada jendela di salah satu ruangan bangunan sekolah. Matanya menyipit melihat sosok itu sebelum bergegas masuk ke dalam gedung untuk mencari keberadaan Nakusha di kelas lantai dua.

Kelas demi kelas Azalea masuki. Tatkala akhirnya melihat sosok tersebut duduk di atas meja sambil bersandar ke kaca, Azalea entah kenapa jadi merasa tenang.

“Ehan....” panggilnya sambil berjalan masuk.

Nakusha yang sejak tadi menunduk bergeming sesaat sebelum mendongak. Melihat sosok Azalea, dia langsung merentangkan tangan. “Sini.”

Azalea mengerjap pelan melihat tatapan dalamnya. Dia melirik pintu yang setengah terbuka lalu laki-laki itu kemudian.

Di tengah keraguan Azalea, tawa rendah Nakusha terdengar. “Santai, gue gak bakal makan lo sekarang kok.”

Azalea mempercayainya. Dia melangkah mendekat dan langsung dibawa ke dalam pelukan hangat laki-laki tersebut.

“Ehan?” bisik Azalea bingung. Dia merasa Nakusha sedang dalam suasana hati yang kurang baik sekarang.

Nakusha menenggelamkan wajahnya ke leher Azalea. Dia mengecup lembut kulitnya sebelum berkata dengan pelan, “Gue mau denger suara asli lo.”

Azalea terdiam.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now