42

49.3K 11.9K 5.6K
                                    

“Hai Yelin-ku!” Azalea yang baru saja memasuki kelas menyapa riang sambil memonyongkan bibir, memberi aba-aba mencium sahabatnya.

Yelin sontak mencibir jijik dan mendorong muka Azalea. “Najis.”

Gadis itu mendelik lalu duduk di sampingnya. Sambil mengeluarkan buku, Azalea tiba-tiba bersin dan menggosok hidungnya yang telah memerah.

Yelin menoleh ke arahnya. Mimik santainya berubah sedikit khawatir melihat wajah pucat sang sahabat. Dia memegang dahi Azalea lalu meringis. “Le! Badan lo panas banget!”

Dia juga baru menyadari bahwa wajah Azalea sangat pucat. Bibirnya yang biasa kemerahan kini nampak memutih. Ekspresinya juga tidak sehidup biasanya.

“Beneran?!” Azalea malah melebarkan mata dan bergegas menyentuh keningnya juga. “Bisa bolos dong?”

Yelin tanpa sadar menabok kepalanya. “Bolos mulu kerjaan lo!”

“Ih, gara-gara lo kepala gue jadi pusing, tau!” rengek Azalea kesal sambil mengusap pelipisnya.

“Lagian lo itu tabok-able tau! Gemes pengin tabok lo terus!” seru Yelin dengan seringaian. Menatap Azalea yang mengulum bibirnya, dia menjadi lebih serius. “Atau ke UKS dulu, Le?”

“Nggak dulu deh. Gue mau bertekad menjadi murid yang baik,” sahut Azalea dengan cengiran.

Yelin mendengkus pelan. Bel berbunyi, membuat mereka harus menghentikan obrolan dan bersiap mengikuti pelajaran.

Azalea diam-diam menggigil. Sepertinya dia benar-benar sakit akibat berjam-jam di luar dengan udara dingin. Mengingat laki-laki itu yang membuatnya menunggu lama, dia menggertakkan gigi.

Dua kali! Nakusha sudah merusak harapannya dua kali. Azalea mau tak mau jadi menurunkan minat pada laki-laki itu, meski Nakusha memang tipe idealnya.

Hingga jam pelajaran ketiga, Yelin dapat melihat bahwa Azalea menggigil dengan wajah semakin pucat. Dia tanpa sadar panik dan melaporkannya kepada guru yang mengajar. Setelah guru melihat kondisi Azalea, dia mengizinkan Yelin mengantarnya ke UKS.

Yelin berjalan sambil merangkul lengan Azalea, mencegahnya jatuh jika saja dia kehilangan tenaga. Ruang UKS kebetulan ada di lantai satu, sehingga mereka tidak perlu repot naik tangga.

Dalam perjalanannya, Azalea malah bertemu sosok yang tidak ingin dia temui. Bola matanya memutar samar. Entah datang dari mana, tenaganya sedikit pulih sehingga saat ini dialah yang menarik Yelin untuk melewati Nakusha.

“Azalea,” panggil Nakusha sambil mencekal pergelangan tangannya, mencegah dia terus berjalan.

“Lepas.”

“Semalem—”

“Kenapa semalem?” Azalea memotong ucapan Nakusha sambil meliriknya datar. Melihat jelas wajah pucatnya, Nakusha nampak tertegun.

“Lo sakit?”

“Bukan urusan elo, sih.” Azalea mengabaikan tatapan tak percaya Yelin. Dia masih menatap laki-laki itu dingin. “Udah tau gue sakit, kan? Bisa lepasin gue? Gue capek berdiri terus.”

Nakusha bisa merasakan suhu badan Azalea hanya dengan menyentuh kulitnya. Perlahan dia melepaskannya, membuat Azalea segera mengusap pergelangan tangannya yang digenggam Nakusha lalu berjalan pergi.

Yelin melihat Azalea yang terus berjalan lalu Nakusha yang bergeming. Bingung sejenak, dia pamit kepada Nakusha kemudian bergegas mengejar Azalea.

“Le, lo ada masalah apa sama Kak Naku?” tanya Yelin, merasa aneh dengan sikap sahabatnya.

“Siapa dia?” Azalea malah balik bertanya acuh tak acuh, sambil naik ke salah satu kasur dan berbaring di sana. Dia menutupi setengah tubuhnya menggunakan selimut baru dari lemari lalu menghela napas lega.

Yelin tercengang. Dia buru-buru duduk di pinggir kasur, menatap Azalea yang mulai memejamkan mata. Dia mengguncang tubuh Azalea pelan. “Jangan tidur sekarang, Le. Minum obat dulu.”

Azalea memiringkan tubuhnya membelakangi Yelin. “Gak mau.”

“Le!” Yelin ingin mengguncangnya lagi, namun melihat dia telah tertidur nyenyak kurang dari semenit, dia mendengkus.

Menunggu beberapa saat, dia menyibak gorden pembatas untuk keluar menyiapkan obat, namun mendapati Nakusha berdiri di luar, Yelin tersentak. “Kak Naku?”

Nakusha menatapnya sekilas sebelum melirik gorden yang tertutup sembari mengedikkan dagu ke sana. “Azalea udah tidur?”

“U-udah, Kak.” Yelin menelan saliva gugup. Meski dia mengidolakan Nakusha, dia tidak seberani Azalea saat berbicara dengannya.

Aura Nakusha seperti menolak semua orang untuk mendekatinya. Bahkan Yelin yang selalu bersikap seenaknya akan bersikap hati-hati di depannya.

Nakusha mengangguk lemah. “Lo balik ke kelas. Jangan sampai ketinggalan pelajaran.”

“Tapi Azel—”

“Gue yang temenin.”

Satu alis Yelin terangkat. Dia termenung sejenak sebelum mengangguk. “Jagain sahabat gue ya, Kak. Dia belum minum obat. Anaknya emang susah disuruh minum obat. Kalau Kakak gak kerepotan, kasih dia makan dulu biar perutnya gak kosong.”

“Hm.”

Yelin ragu-ragu sejenak sebelum pergi dari sana.

Nakusha menyibak gorden putih yang membatasi tiap kasur. Melihat sosok yang tidur nyenyak sambil memunggunginya, dia perlahan mendekat dan duduk di kursi samping kasur. Matanya menatap lekat punggung Azalea, lalu perlahan menunduk, berusaha menekan rasa posesif di sorot mata dan benaknya.

Ketika mendengar gerakan dari kasur, dia kembali mendongak. Ternyata gadis itu mengganti posisi baringnya menjadi terlentang. Melihat wajah cantik namun pucatnya, Nakusha membasahi bibirnya lalu meraih tangan gadis itu sebelum menggenggamnya lembut.

“Maaf,” gumamnya sembari mengecup punggung tangan Azalea berulang kali. Entah apa maksudnya meminta maaf, dia sendiri tidak mengerti. Namun melihat gadis itu seperti ini, rasanya sangat tidak nyaman.

TBC

October 28, 2021.

Sorry semalem ketiduran, rencana up pagi tadi tapi aku sibuk, jadi baru sempet update siang. But tenang, hari ini aku double up. Malem ini update part  selanjutnya.

Tapi 5K dulu komennya.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now