56

46.1K 11.5K 7.7K
                                    

Tangan Azalea yang menjadi tumpuan badannya bergetar, membuat tubuhnya langsung ambruk di sofa. Dia meringis, lalu melongok dari balik punggung sofa.

Penampilannya benar-benar kacau. Rambut palsunya hampir terlepas, bergelantungan di sisi kepalanya, rambut pendeknya berantakan layaknya sangkar, dan ekspresi cengonya membuat sosok yang mendekat menjadi terkekeh geli.

Membantu Azalea melepaskan rambut palsu tersebut, sosok tersebut mengulas senyum lembut. “Alea ngapain tadi?”

Azalea menatap cermat wajah sosok laki-laki itu. Seolah telah mengkonfirmasi bahwa dia adalah asli, gadis itu tiba-tiba melompat memeluknya. “HUAA! JEN!”

Laki-laki itu langsung menangkap tubuh Azalea lalu tertawa pelan melihat tingkahnya. “Kangen?”

“Banget! Kok bisa nyasar ke sini, sih, Jen?” tanya Azalea semangat, masih bergelantungan di tubuh laki-laki itu.

“Papa ada kerjaan di Jakarta,” balas laki-laki itu lalu berusaha mendudukkan Azalea ke sofa. “Aku nginep di sini boleh?”

“Boleh! Siapa bilang nggak!” seru Azalea langsung dengan pipi mengembung. Melihat laki-laki di hadapannya kembali tertawa, mata Azalea meniliknya lekat.

Sudah setahun tidak melihatnya, dia kok merasa sepupunya bertambah tampan?

Laki-laki itu, Jendra, mengelus rambut Azalea. Tersadar sesuatu, dia menaikkan satu alisnya heran. “Kenapa rambut Lea bisa pendek gini?”

Seolah teringat sesuatu, Azalea buru-buru menarik Jendra duduk di sebelahnya. Dia menghadap laki-laki yang 2 tahun lebih muda darinya dengan ekspresi serius. “Jen, aku suka cowok!”

“Emang sebelumnya Lea suka cewek?”

Sontak Azalea menabok pundak Jendra gemas. “Nggak, ih! Pokoknya dia tuh wow banget, gak kalah dari Kak Alga.”

Ekspresi Jendra sedikit tertarik mendengarnya. “Tinggi? Pinter?”

Dengan anggukan serius Azalea menjawab. “Dia temen sekelas Kak Alga! Parah sih, Kak Alga punya temen secakep itu gak info-info. Kalau aku gak nyamar ke sekolah itu, mana mungkin aku bisa kenal dia, kan?”

“Hebat juga dia bisa bikin Lea terpesona.” Jendra manggut-manggut pelan. “Gak jadi nikah sama aku, Lea?”

Azalea mencuatkan bibirnya dengan ekspresi malu-malu. “Kalau Jendra mau jadi yang kedua, Lea bisa-bisa aja.”

Jendra tertawa dan mencubit pipi gadis itu gemas. Meski dia lebih muda 2 tahun dibanding Azalea, sosoknya tinggi dan besar membuatnya seolah lebih dewasa dibanding gadis itu.

Azalea selalu menjadi kesayangan di rumah. Mungkin karena dia perempuan satu-satunya di keluarga mereka, sehingga tanpa sadar mereka semua memanjakannya berlebihan.

“Oh, Aunty ikut gak?” tanya Azalea sembari melirik ke belakang, mungkin bisa melihat sosok yang dicarinya.

“Nggak. Mama ada jadwal potret di Aussie.”

“Yah....”

“LEA! AYO MAKAN MALAM!” teriak Skaya yang mendekat. Melihat Azalea tengah bergelayut manja di samping Jendra, ekspresi terkejut terlintas di wajahnya. “Jendra udah sampe?”

“Iya, Bunda.” Jendra menatap Skaya dengan senyum kecil. Dia bangkit, menarik Azalea untuk pergi ke ruang makan.

“Papamu nanti tinggal di sini, gak?” tanya Skaya berjalan di sisi Jendra, ingin menanyakan kabar kembarannya dari keponakannya.

“Kayaknya tinggal di hotel, Nda. Lebih deket sama proyek biar gak bolak-balik habisin waktu katanya.” Jendra terdiam sejenak sebelum menambahkan. “Nanti Jendra ngomong ke Papa buat mampir ke sini.”

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now